Mika dan Rehan adalah saudara sepupu.
mereka harus menjalani sebuah pernikahan karena desakan Kakek yang mana kondisinya semakin memburuk setiap hari.
penuh dengan konflik dan perselisihan.
Apakah mereka setuju dengan pernikahan itu? Akankah mereka kuat menghadapi pernikahan tanpa dasar cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pe_na, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Menginap?
HAPPY READING...
***
Siang itu. Benar-benar terjadi makan siang bersama. kedua keluarga berkumpul pada meja yang sama. Papa Bima, Mama Reta, Ayah Adam, Ibu Widya, Mika dan juga Rehan. semuanya telah duduk di kursi masing-masing.
Makanan sudah terhidang di meja. semua menu masakan yang dibuat oleh 2 wanita. dan semuanya terlihat begitu lezat dan menggungah selera.
Diantaranya ada makanan kesukaan anak-anak mereka. Mika dan Rehan.
Selama memasak tadi, 2 orang ibu itu saling berbagi rahasia tentang masakan kesukaan anak-anak nya.
Binar mata Mika berubah melihat makakan kesukaannya di meja. ingin segera mencicipi masakan buatan Ibu yang sudah lama tidak bisa Mika rasakan.
Ayah Adam memimpin doa dan semua orang begitu antusias.
"Makanlah yang banyak..." ucap Ibu pada putrinya.
"Apa kau menyukainya Rey?" tanya Mama Reta. karena melihat putranya itu juga makan dengan lahap. entah kapan terakhir kali Mama melihat Rehan makan sebegitu senangnya.
"Hm, enak..." puji Rehan.
karena selama tinggal terpisah dari orang tuanya, Rehan hanya sering memesan makanan. ia bisa sih masak sendiri, hanya saja malas untuk melakukannya.
menjadikan masakan Ibu adalah nomor 1 baginya. tidak ada yang menandingi. ditambah lagi saat ini rehan memiliki 2 Ibu. dan masakan Ibu Widya juga tak kalah enak dari masakan Mama Reta. tangan ajaib seorang ibu, begitu Rehan menyebutnya.
"Papa sudah meminta supir untuk mengantarkan mobilmu kesini..." ucap Papa Bima bersuara.
"Terimakasih Pa..." jawab Rehan.
karena tadi memang Rehan tak membawa mobil sendiri.
"Kenapa? Aku sudha memutuskan kalau Rehan dan Mika akan menginap disini untuk beberapa hari..." ucap Ayah Adam.
memikirkan bagaimana pertengkaran Mika dan Rehan kemarin, membuat Ayah merasa sedikit khawatir. itulah sebabnya ia ingin Mika dan Rehan yinggak di rumah ini untuk beberapa hari. setidaknya untuk memastikan bahwa mereka sudah benar-benar berbaikan.
"Itu juga ide yang bagus..." Papa Bima setuju. sedangkan Mika dan Rehan saling tatap.
ia tak tau dengan rencana Ayah tadi. syok juga karena mereka sudah sepakat untuk kembali sore nanti.
"Tapi Yah..." protes Mika.
akan menjadi hal rumit jika mereka menginap di rumah ini. Mika dan Rehan tak bisa melakukannya.
"Semua ini demi kebaikan kalian Ka, Rey.. tinggalah disini untuk beberapa hari..." timpal Ibu Widya.
Dengan keberadaan Mika dan Rehan di rumah ini, mereka bisa memantau perkembangan keduanya. setidaknya Mika dan Rehan benar-benar sudha baikan. bukan hanya pura-pura.
ditambah dengan alasan lain yang mampu memperkuat hubungan keduanya.
"Tapi, Rehan tidak membawa pakaian satupun Bu..." ucap Rehan membantu Mika untuk membuat alasan agar tidak menginap.
"Papa sudah meminta supir untuk membawa pakaian mu..." ucap Papa Bima.
Apa?
Mika dan Rehan benar-benar tak habis pikir. kenapa semuanya seperti telah direncakan sebelumnya.
dan mereka benar-benar tak bisa berbuat apapun sekarang. tak ada alasan untuk tidak tetap tinggal di rumah ini.
"Hanya beberapa hari, setelahnya kalian boleh kembali..." desak Ayah.
"Baik...".
"Baik..". Jawab Mika dan Rehan berbarengan.
Makan siang masih berlanjut.
"Oh iya.. kapan kalian akan mengunjungi Kakek? beliau terus saja menanyakan kalian..." keluh Mama Reta.
sudah sepekan sejak Mika dan Rehan menikah. tapi keduanya tak pernah berkunjung sama sekali. hal itu terus membuat Kakek selalu menanyakannya. dan satu-satunya sasaran kekekalan Kakek adalah Mama Reta dan suaminya. karena beliau yang tinggal serumah dengan Kakek.
"Sesekali mampirlah ke rumah dan bertemu Kakekmu..." ucap Papa Bima.
Rehan dan Mika hanya mengangguk.
mereka hanya tak punya waktu untuk mengunjungi Kakek.
----
Anak buah Papa benar-benar membawakan pakaian Rehan ke rumah ini. sekoper pakaian telah siap dan berada di kamar Mika.
Rehan menatanya dalam lemari gadis itu. karena mungkin saja akan sering ada acara menginap di waktu yang akan datang. jadi Rehan memilih untuk menata pakaiannya bersama dengan pakaian Mika.
"Aku mau mandi..." ucap Mika.
"Hm," jawab Rehan tanpa mengalihkan pandangannya. pria itu masih sibuk.
Hingga suara gemericik air terdengar.
sambil menunggu Mika selesai mandi, Rehan memilih balkon untuk sekedar menikmati suasana sore hari.
semilir angin benar-benar menenangkan. walaupun kamar ini termasuk tempat baru bagunya, tapi Rehan merasa nyaman disini. mungkin karena rumah ini didesain oleh orang yang sama dengan rumah yang ditempati orang tuanya, membuat Rehan merasa seperti berada di rumahnya sendiri.
"Sudah, gantian mandi sana..." ucap Mika mendekat.
aroma sampo menguar memasuki indra penciuman Rehan. wangi.
ditambah dengan penampilan Mika yang menggulung rambutnya dengan sebuah handuk.
seperti inilah penampakan yang akan Regan nikmati untuk beberapa hari kedepan.
"Kenapa?" protes Mika dengan cara Rehan menatapnya barusan.
"Ck... galak sekali..." ucap Rehan dan langsung masuk ke dalam kamar untuk gantian melakukan kegiatan membersihkan diri di sore hari.
"Gunakan handuk baru yang sudah disiapkan..." perintah Mika. sedangkan Rehan hanya melambaikan tangan mengerti.
Mika mulai menghidupkan beberapa lampu untuk menerangi kamarnya. menutup pintu balkon dan tak lupa tirainya karena malam sebentar lagi datang.
"Apa pria selalu mandi dalam waktu yang lama?" gumam Mika karena tak juga melihat Rehan keluar dari kamar mandi. durasi mandi Rehan yang sedikit lebih lama dibandingkan dengannya.
Tapi Mika mencoba untuk tidak peduli. gadis itu memilih untuk duduk di depan meja belajar dan mengerjakan tugas yang sempat terabaikan.
Cukup lama. hingga tiba-tiba Rehan membungkukkan badannya tepat di samping Mika. "Apa yang kau lakukan?". pertanyaan Rehan dengan posisi yang sedekat itu membuat Mika terkejut. bahkan lebih dari itu, air sisa mandi juga menetes dari ujung rambut pria itu. mengenai pilih Mika.
"Kau?".
Mika mendongak. dan lebih mengejutkannya lagi, ternyata Rehan bertel*nj*ng saat ini. hanya ada sebuah handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya saja.
"Apa yang kau lakukan?" teriak Mika panik. otomatis menutup matanya karena tak sengaja melihat tubuh pria dewasa tanpa perencanaan.
"Aku? aku hanya penasaran dengan apa yang kau lakukan..." jawab Rehan. karena itulah alasannya ia mendatangi Mika tadi.
karena melihat Mika sibuk menatap layar Laptop dengan serius.
"Bukan itu... maksudku kenapa kau seperti itu? apa kau gila?" protes Mika. kelayapan tanpa mengenakan apapun.
"Kenapa? aku menggunakan handuk..." jawab Rehan tak mau kalah. dia tidak segila itu untuk memamerkan tubuhnya. Rehan masih waras. lagian pria itu juga menggunakan handuk bukan?
"Tapi kau tidak berpakaian... sana pergi!" perintah Mika.
tapi beda lagi dengan Rehan. senyum misterius itu tiba-tiba muncul di sudut bibirnya. seperti ada ide di dalam kepala untuk menggoda Mika.
"Mika..." panggil Rehan.
Mika panik. kenapa tiba-tiba Rehan memanggilnya setelah pembahasan mengenai pakaian barusan.
Tidak Mika! jangan buka matamu! batin Mika menyakinkan dirinya untuk tidak membuka mata. karena mungkin saja Rehan melakukan sesuatu saat ini.
"Sayanggg..." panggil Rehan lagi. bahkan lebih dibuat-buat untuk mengerjai Mika.
"Berhenti bicara atau ku bunuh kau!" ancam Mika.
"Hahaha... ayolah Mika... bukan matamu..." perintah Rehan.
"Kau gila? mana mungkin aku membuka mata saat ini... aku tau ya isi kepalamu itu...".
Rehan masih tertawa dibuatnya.
terkadang menggoda Mika adalah hal yang sangat asyik untuk dilakukan. dan mungkin saja Rehan akan sering-sering melakukan hal itu.
"Sana pergi!" usir Mika masih dengan menutup matanya rapat-rapat.
"Hahaha.. ya sudha kalau tidak mau... aku pergi..." jawab Rehan. melangkah meningalkan Mika untuk berganti pakaian.
"Mika... aku pergi..." ulangnya.
"Terserah..." jawab Mika. dan beberapa menit kemudian setalah dirasa aman, Mika baru memberanikan diri untuk membuka matanya dan bernafas dengan lega.
Dia benar-benar gila!
***