Kisah perjuangan hidup gadis bernama Cahaya yang terpaksa menjalani segala kepahitan hidup seorang diri, setelah ayah dan kakak tercintanya meninggal. Dia juga ditinggalkan begitu saja oleh wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.
Dia berjuang sendirian melawan rasa sakit, trauma, depresi dan luka yang diberikan oleh orang orang yang di anggapnya bisa menjaganya dan menyayanginya. Namun, apalah daya nasibnya begitu malang. Dia disiksa, dihina dan dibuang begitu saja seperti sampah tak berguna.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Akankah Cahaya menemukan kebahagiaan pada akhirnya, ataukah dia akan terus menjalani kehidupannya yang penuh dengan kepahitan dan kesakitan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15 Makna yang tersirat
Pagi ini Aya masih bisa melihat matahari seperti hari hari sebelumnya. Tuhan masih belum mengabulkan permohonannya untuk mengambil nyawanya.
Dia merasa sangat tidak nyaman saat ini. Seluruh tubuhnya terasa sakit, suhu tubuhnya juga panas. Dia demam. Tapi apa pedulinya, dia tetap bangun dari tempat tidurnya, mandi dan bersiap berangkat ke kampus.
Sedangkan Kai, dia juga terpaksa bangun pagi karena ada rapat penting pagi ini. Hal pertama yang dia cek saat bangun adalah hp nya. Melihat pesan yang dia kirimkan pada Aya, berharap mendapat balasan dan itu benar Aya membalas pesannya.
((Aku mohon. Tolong! Jangan ganggu aku lagi. Aku capek, aku lelah. Aku mohon mengertilah, jangan ganggu aku lagi!!))
Kai kecewa membaca pesan balasan dari Aya. Tidak sepenuhnya kecewa, ada perasaan sedih dan kasihan juga menjadi satu rasa yang membuatnya sesak.
"Mungkin Elang benar, aku harus berhenti mengganggunya?"
"Tunggu! kenapa aku merasa dia bukan memintaku menjauh, tapi seperti dia membutuhkan bantuan!"
"Hei Kai. Dia membalas pesanmu. Kau tahu, kali ini dia tidak memblokir nomor mu. Bukankah ini kemajuan?" Kai menjadi bersemangat.
"Aku anggap kamu membutuhkan aku cantikku. Tunggu aku sayang. Aku akan datang untuk kamu seorang."
Dia bergegas mandi, lalu bersiap dan berangkat ke kantor. Menghadiri rapat pagi ini dengan senyum sumringah. Membuat sekretaris dan karyawannya ikut merasakan kebahagiaan yang sedang dirasakan CEO mereka itu.
Dan Aya sendiri, kini dia baru tiba di kampus. Anggi, Tari dan Ika sedang berbincang di ruang kelas membicarakan tentang persiapan mereka.
"Pagi kak Aya." sapa Anggi begitu melihat kedatangan Aya.
Langkah Aya tampak tidak fokus, wajahnya juga sangat pucat.
"Kak Aya kenapa?"
Mentari menghampiri sahabatnya itu, menyentuh kening dan lehernya dengan punggung tangannya.
"Aku gak apa apa kok." jawab Aya dengan menyingkirkan tangan Mentari darinya.
Anggi dan Ika menatap khawatir kearah Aya yang berhenti melangkah.
"Kak Aya!" Teriak mereka saat tubuh itu jatuh begitu saja ke lantai.
"Tari, kak Aya demam." ujar Anggi menyentuh dahi Aya yang sangat panas.
"Kita antar ke rumah sakit!"
Mereka memapah Aya untuk diantar ke rumah sakit, tapi Aya menolak.
"Antar ke klinik kampus aja. Aku hanya butuh istirahat bentaran juga sembuh kok." ucapnya terbata.
"Kak Aya yakin gak mau ke rumah sakit?" tanya Tari.
"Mmm. Gak perlu ke rumah sakit. Aku cuma butuh istirahat sebentar."
"Baiklah, kita antar kakak ke klinik kampus aja."
Mereka mengantar Aya ke klinik kampus. Disana dia diberi obat deman dan diizinkan istirahat nyaman sampai merasa baikan.
Sementara Kai sudah selesai rapat. Dia kini di ruangannya tersenyum senyum menatap layar hp nya melihat pesan balasan dari Aya tadi pagi.
"Kopinya boss." sekretarisnya masuk membawakan kopi untuknya.
"Thank you."
"Boss, aku rasa boss harus berhenti mengejar gadis itu. Lihat semua kartu ini. Boss hampir memborong seluruh sim card di negara ini dan dia selalu memblokir boss." ujar Anita memberi saran pada boss nya itu.
"Tenanglah Anita. Kamu tidak perlu membeli kartu lagi untuk saya. Kali ini dia tidak memblokir nomor saya lagi. Dia bahkan membalas pesan saya." Tuturnya merasa bangga dengan kemajuan itu.
"Terserah anda deh boss. Cinta memang buta ternyata." Rutuk Anita.
Saat Anita keluar dari ruangan itu, Kania datang menemui kakaknya itu.
"Mas."
"Hmm."
"Siapa sih cewek yang bisa buat mas jadi seperti ini?" selidiknya penarasan.
"Akan aku beri tahu jika sudah waktunya. Jadi, sabar ya."
"Pelit banget sih." rutuknya cemberut.
"Mas mu ini masih berjuang untuk bisa mendapatkan hatinya. Jadi, doakan saja."
"Siapa sih tu cewek, secantik apa dia, sehebat apa dia, sampai sampai begitu sulit untuk didapatkan oleh seorang Kai Abian Anggara?"
"Kamu akan tahu suatu saat nanti, saat dia menerima cinta mas mu ini."
Jawaban itu bertambah membuat Kania cemberut kesal dan juga penasaran. Tapi, apa boleh buat saat mas nya menyuruh bersabar, maka dia harus bersabar menunggu waktu yang tepat itu datang.
"Kamu sendiri bagaimana? Sudah menemukan kebahagiaan, belum?"
Huh!
Helaan napas Kania terdengar berat.
"Kebahagiaanku sudah lama mati, mas. Aku sudah berjanji tidak akan mencintai lagi di hari dia meninggalkan aku."
Kalimat itu membuat Kai merasa iba pada adiknya. Dia melangkah mendekat, lalu memeluk Kania yang berakhir menangis dalam pelukan hangat kakaknya.
Lima tahun yang lalu, Kania pernah menjalin hubungan dengan seorang yang sangat baik. Tapi, hubungan mereka hanya bertahan kurang dari satu tahun. Kekasihnya itu meninggal dalam kecelakaan tunggal, mobil yang dia kendarai masuk jurang.
Sejak saat itu, Kania terus berusaha untuk tetap tegar, tersenyum dan berpura pura seakan tidak terjadi apa apa. Dia tidak bisa mengungkapkan kesedihannya pada bunda, karena bunda tidak tahu bahwa dia diam diam berpacaran.
Hanya Kai yang tahu tentang Kania. Hanya pada Kai Kania bisa menumpahkan segala rasa yang membelenggu dirinya. Dia beruntung memiliki kakak seperti Kai. Karena itulah Kania juga berharap untuk kebahagiaan kakaknya itu.
Semangat kakak Author, ditunggu kelanjutannya 💪
Author berhasil membuatku menangis 👍
Semangat kakak Author 💪