NovelToon NovelToon
Trap Of Destiny

Trap Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Iblis / Peramal
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dian Dipa Pratiwi

Terima atau tidak, mau tak mau manusia harus menerima kenyataan itu. Bahwa mereka terlahir dengan apa adanya mereka saat ini. Sayangnya manusia tak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. Kalau bisa memilih, mungkin semua orang berlomba-lomba memilih versi terbaiknya sebelum lahir ke dunia.

Terkadang hal istimewa yang Tuhan beri ke kita justru dianggap hal aneh dan tidak normal bagi manusia lain. Mereka berhak untuk berkomentar dan kita juga berhak memutuskan. Mencintai diri sendiri dengan segala hal istimewa yang Tuhan tuangkan dalam diri kita adalah suatu apresiasi serta wujud syukur kepada sang pencipta.

Sama seperti Nara, yang sudah sejak lama menerima kenyataan hidupnya. Sudah sejak dua tahun lalu ia menerima panggilan spiritual di dalam hidupnya, namun baru ia putuskan untuk menerimanya tahun lalu. Semua hal perlu proses. Termasuk peralihan kehidupan menuju hidup yang tak pernah ia jalani sebelumnya.

Sudah setahun terakhir ia menjadi ahli pembaca tarot.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Dipa Pratiwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali

Sepertinya tinggal di rumah Hana untuk sementara waktu bukanlah hal yang bagus. Bukannya merasa jauh lebih baik, ia malah tal bisa tidur semalaman. Sehingga kini kepalanya menjadi sedikit pusing akibat kurang tidur. Oleh karena itu Nara memutuskan untuk kembali hari ini.

"Bagaimana tidurmu kemarin?" tanya Hana begitu gadis itu sampai di bawah.

"Baik," jawab Nara berbohong.

Ia tak suka untuk berbohong sebenarnya. Namun, jika berbohong demi kebaikan sepertinya tak apa.

"Aku akan pulang hari ini," ungkap Nara.

"Baiklah, kalau begitu kau harus sarapan dulu sebelum pulang," kata Hana lalu menyodorkan sebuah piring untuknya.

"Nanti akan ku antar. Kebetulan aku akan menemui salah satu klienku dan jalan menuku rumahnya searah dengan tempat tinggalmu," jelas gadis itu kemudian.

"Tidak perlu repot-repot. Aku bisa naik bus saja nanti," kata Nara sambil tersenyum tipis.

"Aku tak suka penolakan," balas Hana.

"Baiklah, kalau begitu terima kasih," ucap Nara sekaligus menjadi penutup percakapan mereka.

Keduanya segera menyarap sebelum pergi meninggalkan rumah. Sejauh ini Nara sudah banyak merepotkan gurunya yang satu itu, tapi Hana seolah-olah tak merasa keberatan. Selepas menyarap, Hana dan Nara lekas memasuki mobil.

Hari ini tampak sedikit mendung. Mungkin nanti siang akan hujan deras. Nara tak akan bisa kemana-mana kalau hujan. Kedai juga akan sepi pengunjung. Itu sebabnya Nara tak begitu menyukai hujan, seperti yang orang lain lakukan.

Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di depan kedai milih gadis itu. Hana langsung menginjak pedal rem dan berhenti tepat di depan bagunan tersebut.

"Kita sudah sampai," ujar Hana.

Nara melepas sabuk pengaman miliknya sebelum turun.

"Hari ini sepertinya akan hujan. Berhati-hatilah saat berkendara," pesan gadis itu pada Hana.

"Terima kasih untuk semua kebaikanmu," sambungnya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu. Sampaikan salamku pada ibumu," pamit Hana.

Wanita itu kemudian kembali menginjak pedal gas nya, yang membuat mobil tersebut mulai melaju lagi. Ia masih harus melanjutkan perjalanan ke rumah kliennya.

'TIK!'

'TIK!'

'TIK!'

Mendengar suara tersebut, Nara lantas mengalihkan pandangannya. Mencari darimana sumber suara tersebut berasal. Ternyata langit mulai gerimis. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia memperingati Hana perihal datangnya hujan.

Tak ingin berlama-lama di luar, gadis itu buru-buru masuk ke dalam sebelum basah kuyup karena hujan yang semakin deras.

"Kau sudah kembali?" sambut ibunya.

"Menurut ibu?" tanya Nara balik.

Wanita itu sedang sibuk menyiapkan stok ayam yang akan digoreng nantinya. Tapi sepertinya pengunjung kedai tak akan terlalu banyak di hari hujan seperti ini.

"Mandi dan gantilah pakaianmu yang terkena hujan itu, sebelum kau sakit," ujar Ibu Nara.

"Tadi Hana memintaku untuk menyampaikan salamnya pada ibu. Ia tak sempat mampir karena harus ke rumah kliennya," jelas Nara.

"Kau datang dengannya tadi?" tanya wanita itu.

"Hm…," balasnya singkat.

"Kalau begitu aku ke atas dulu untuk bersiap," timpal Nara kemudian beranjak dari tempatnya.

Saat hendak menuju ke kamarnya, secara tiba-tiba ia berpapasan dengan Baron di tangga. Kali ini Nara tak bisa menghindar lagi. Padahal Nara sudah tak ingin terlibat dalam urusan apapun dengannya.

"Kemana saja kau kemarin?" interupsi Baron tanpa bada-basi.

Wajah pria itu tampak begitu serius. Ia tak sedang main-main sekarang.

"Bukan urusanmu," jawab Nara lalu melangkah pergi.

Namun, belum sempat melancarkan aksinya untuk kabur, pria itu sudah bergerak lebih dulu. Menutup akses jalan. Sehingga tak ada cara lagi bagi Nara untuk pergi sebelum mereka menyelesaikan permasalahannya.

"Apa-apaan ini?" tanya Nara dengan ekspresi tak senang.

Amarahnya mulai tersulut. Hal itu tercermin dari nada bicaranya yang sudah mulai agak tinggi.

"Jawab dulu pertanyaanku," ucap Baron.

"Kemana kau sejak kemarin?" tanya pria itu sekali lagi.

"Bukan urusanmu!" tegas Nara sekali lagi.

"Aku sudah menjawabnya, jadi biarkan aku pergi sekarang," sambung Nara.

Tapi bukan Baron namanya jika menyerah begitu saja. Pria itu sama sekali tak bergeser dari posisinya. Kali ini ia terpaksa menolak permintaan Nara secara mentah-mentah.

"Tolong jangan buat keributan di sini," pinta Nara.

Sesekali gadis itu memijat salah satu sisi kepalanya yang mulai terasa sakit. Saraf-saraf di kepalanya mulai menegang karena tekanan dari mana-mana.

"Aku mohon," ucapnya sekali lagi.

"Tidak, aku tak akan membiarkanmu pergi kemana pun sebelum menjawab pertanyaanku," kata Baron.

Harus Nara akui jika pria itu benar-benar keras kepala. Ia tetap teguh pada pendiriannya.

"Terserahmu saja!" ucap Nara menyerah.

Ia lalu berusaha untuk menyingkirkan tubuh pria itu secara paksa. Agar mendapatkan sedikit ruang untuk bergerak menuju anak tangga berikutnya. Aksi Nara cukup berjalan mulus di detik-detik pertama. Namun sayangnya keberhasilan itu tam berlangsung lama.

Baron langsung menarik salah satu tangan gadis itu secara cepat. Sehingga membuat Nara terpaksa mundur dan tak sengaja menabrak tubuh pria itu.

"Lepaskan aku!" perintah Nara.

"Tidak akan, sebelum kita menyelesaikan urusan kita," bisik Baron.

"Kita sudah tidak ada urusan apapun," ucap Nara sambil menggertakkan giginya.

Sesekali ia berusaha memberontak, namun sama sekali tak membuahkan hasil. Energinya terbuang sia-sia. Nara jelas kalah jika diadu kekuatan secara fisik dengan pria itu.

"Lepaskan aku!" perintah Nara sekali lagi.

"Tidak akan!" pertegas Nara sekali lagi.

Padahal jika Nara menjawab pertanyaan Baron dengan apa adanya, mungkin urusannya tidak akan jadi sepanjang ini.

Tapi mereka berdua sama-sama keras kepala. Tak ada yang mau mengalah.

Kesabaran Nara sudah habis. Ia tak bisa seperti ini terus-terusan. Gadis itu lantas menendang salah satu kaki Baron dengan tiba-tiba. Sehingga pria itu terjatuh. Sebenarnya serangan Nara tak terlalu sakit, namun cukup untuk membuat pria itu kehilangan keseimbangannya.

Tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, Nara lekas buru-buru naik ke kamarnya dan meninggalkan pria itu sendirian di sana.

"Dia benar-bebar membuatku kesal!" gerutu Nara.

Setelah ini mungkin Baron akan menghadangnya lagi. Ia buka tipikal orang yang mudah menyerah sebelum mendapatkan apa yang ia mau. Sehingga Nara sudah menyiapkan rencana terbaiknya sebelum turun.

Namun, sungguh tak terduga. Baron ternyata sudah berada di depan pintu kamarnya sejak tadi. Sehingga Nara merasa sedikit terkejut saat mendapati Baron tengah menyambutnya dengan ekspresi datar di depan pintu. Ia sama sekali tak menduga jika hal ini akan terjadi. Ia tak menyiapkan rencana apa pun untuk hal yang berada di luar prediksi seperti ini.

Nara menghela napas dengan berat lalu berkata, "Apa lagi?"

"Masih dengan persoalan yang sama," jawab Baron secara gamblang.

1
Ernawati Ningsih
Ceritanya bagus banget. Mengangkat sudut pandang peramal dan juga kepercayaan akan takdir. Terus ada bahas soal ritual-ritual gitu. Seru banget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!