ILMU HITAM

Dion berjalan gontai di koridor rumah sakit. Pikiran nya kalut terngiang-ngiang ucapan istrinya. Apakah benar ini adalah kutukan ?

Dion masih ingat bagaimana dia merampas kesucian Masayu ? Kemudian meninggalkan nya begitu saja perempuan itu.

Pada saat itu Dion masih terlalu muda untuk berpikir panjang, hingga ia terima tantangan teman-temannya untuk menaklukkan Masayu, gadis pemalu yang sangat takut pada laki-laki.

Padahal Dion tidak pernah sama sekali mencintai Masayu, hanya demi uang seratus juta ia rela mengkhianati Eva. Dion berpikir uang itu lumayan untuk membeli rumah impian nya bersama Eva.

Tapi ternyata tindakan Dion berakibat fatal. Masayu hamil dan meminta pertanggungjawaban nya. Dion terpaksa berkelit, tidak mungkin dia mengaku dan mempermalukan keluarga nya. Bisa-bisa dia dikutuk jadi upil oleh Bapak dan Ibunya.

Untung Eva percaya, namun rupanya Eva tidak melupakan kejadian itu. Meskipun sudah lima tahun berlalu.

Sumpah yang Masayu ucapkan pun masih Dion ingat. Apakah sumpah tersebut sekarang benar-benar terjadi ?

AH

Dion meraup wajahnya dengan kasar, tapi tiba-tiba ada seseorang yang menubruk kakinya. Dion sontak menoleh, ternyata seorang gadis kecil bermata indah.

" Tasya "

Seru seorang perempuan, mungkin Ibunya. Dion mendongak, betapa terkejutnya ia melihat seorang perempuan yang juga tak kalah terkejut dengan nya. Ia diam mematung sama seperti apa yang Dion lakukan.

" Mama"

Panggilan anak itu membuyarkan pikiran Dion, ia langsung beralih kepada anak kecil tadi. Tasya ! Yah namanya Tasya, langsung berlari memeluk sang Ibu yang tak lain adalah Masayu.

" Jangan lari-larian, nanti kalau jatuh gimana ?" Masayu meraih gadis kecil itu ke dalam gendongannya.

" Tasya "

Seorang laki-laki muncul, menahan langkah Dion yang hendak menghampiri Masayu.

" Kamu kok nakal sekali sih"

Pria itu mencubit hidung Tasya gemas, Dion terdiam. Bukankah pria itu adalah Pak Robert, Owner perusahaan tempat dia bekerja.

Yah, Dion memang mendapatkan kabar jika Pak Robert akan datang berkunjung ke kantor cabang. Yang mana Dion bekerja sebagai kepala OP disana.

Tak disangka, rupanya Masayu sudah menikah dan itu dengan Bosnya Dion sendiri.

" Pak Robert " Sapa Dion, ia melirik Masayu. Perempuan itu memilih bersikap seolah-olah tidak mengenal nya.

Robert menoleh, ia menautkan kedua alisnya.

" Maaf Pak, saya Dion. Kepala OP di kantor cabang " Dion mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

" Oh, Kamu Dion" Robert langsung menyambut uluran tangan bawahannya itu.

" Kebetulan sekali bertemu disini, ngapain kamu di Rumah Sakit ?"

" Umm Anu Pak, istri saya dirawat disini "

" Ohya?"

" Bapak sendiri, siapa yang sakit ?"

" Nggak, aku cuma jenguk teman lamaku yang sedang cuci darah disini"

" Ohh"

Dion manggut-manggut.

" Dimana kamar istri mu, sekalian aku ingin menjenguk nya"

" Aaa ummm disana Pak"

Dion jadi kelabakan, tidak pernah menyangka jika Bosnya malah berinisiatif untuk menjenguk Eva. Bagaimana ini?

Memang, menurut cerita. Pak Robert sangat baik sekali. Dia ramah dan humble dengan anak buah.

" Kamu tidak keberatan kan sayang, kalau kita menjenguk istri Dion dulu" Pak Robert meminta pendapat sang istri. Masayu mengangguk disertai senyuman, Dion hanya diam memperhatikan.

Eva heran melihat Dion kembali, bukankah dia bilang ingin pulang untuk istirahat. Lebih mengejutkan lagi, ternyata Dion tidak sendiri di belakangnya ada seorang laki-laki dan perempuan yang menggendong anak kecil mengikuti.

Bola mata Eva melebar, ia ingat dengan perempuan yang menggendong anak kecil itu. Wajahnya tidak bisa Eva lupakan.

" Ini istri saya Pak, sayang ini Pak Robert dan istrinya " Dion memperkenalkan Pak Robert kepada Eva begitu pula sebaliknya.

Eva tersenyum canggung, matanya tidak bisa beralih dari wajah Masayu yang nampak tenang.

" Yang sabar ya Nyonya, semoga setelah ini anda bisa hamil anak kembar sepuluh " Celutuk Pak Robert, Dion tersenyum begitu juga dengan Eva. Meskipun sedikit kaku.

" Terimakasih banyak Pak, anda mau perduli dengan kami yang hanya sebatas karyawan " Ucap Dion.

" Jangan begitu Dion, tanpa kalian , tanpa karyawan-karyawan yang bekerja di perusahaanku, Aku tidak bisa berada di titik ini" Sangat rendah hati sekali Pak Robert menjawab.

Dion manggut-manggut sopan.

" Mas, kayaknya Tasya be'ol deh. Aku mau bersihin dulu ya" Masayu pamit, Pak Robert mengangguk setuju.

Setelah Masayu keluar, Dion merasa ini kesempatan nya untuk bicara dengan Masayu. Dia ingin minta maaf supaya Masayu Sudi untuk mencabut kutukan nya.

" Sayang aku keluar dulu sebentar, Pak saya pamit keluar sebentar " Dion cepat bertindak, meskipun ragu. Eva mengiyakan, namun raut wajahnya terlihat tidak tenang.

Masayu keluar dari toilet sambil bercanda dengan putri nya. Ia tidak menduga jika Dion sudah menunggu di luar.

" Dion" Ia tercengang untuk sesaat. Pria itu tersenyum tipis.

" Kau mau kemana ?" Tanya Masayu curiga, tidak mungkin kan Dion mau ke toilet wanita.

" Aku ingin bicara dengan mu"

" Ada apa ?"

" Aku... Aku ingin minta maaf " Dion sangat canggung, ia malu sekali. Butuh mental yang kuat untuk mengakui semua kesalahannya.

Masayu tersenyum sinis.

" Minta maaf untuk apa?"

" Untuk semua nya" Dion semakin merasa tidak nyaman, nada bicara Masayu seperti ejekan baginya.

" Itu sudah lima tahun lepas, dan kamu minta maaf sekarang ? Bukan cuma makanan aja yang ada expired nya, perkataan maaf pun sama. Jadi, kalau saja itu makanan ? Udah basi"

Masayu beranjak untuk pergi setelah berucap demikian, tapi Dion cepat menghadang.

" Aku tahu Masayu, aku tahu tindakan ku tidak pantas untuk dimaafkan. Tapi, apakah Tasya ini anakku ?" Hal itu juga yang ingin Dion ketahui. Karena jika tidak sekarang, lain waktu tidak mungkin bertemu.

" Menurut mu?" Balas Masayu sinis, dari sudut pandang nya terlihat masih ada sisa-sisa kemarahan dan kebencian.

" Masayu, aku menyesal.. Aku sangat menyesal "

" Kau terlihat menyedihkan Dion, Apa karena musibah yang kau alami ?" Cetus Masayu.

Dion terkesiap, mungkin kah benar Masayu yang melakukannya ?

Perempuan itu tersenyum tipis, lalu menuntut Tasya untuk pergi. Lagi-lagi Dion cepat menghalangi Masayu, ia belum puas bicara dengan Masayu.

" Masayu tunggu !!"

" Mau apa lagi ?"

" Aku.. Aku mohon, jangan lampiaskan kemarahan mu kepada Eva. Dia tidak bersalah, dia tidak tahu jika aku berhubungan dengan mu. Dia juga korban , Aku yang bersalah. Aku yang terlalu bodoh. Eva, Eva tidak tahu apa-apa "

Masayu tersenyum semakin lebar.

" Kau mencampakkan aku dan juga tidak mengakui anak ini. Dan sekarang, disaat kau kesulitan memiliki anak? Kau baru mau minta maaf. Lalu? Apakah aku harus memaafkan mu?"

Dion terpaku, kepalanya seakan ingin meledak. Tapi, Bagaimana pun kutukan itu harus dihilangkan. Dengan terpaksa Dion menjatuhkan diri di atas lantai, ia bersujud di depan Masayu.