Malam itu terdengar tangisan di tengah gelapnya malam. Seorang bayi terbungkus kain putih di letakkan begitu saja diantara tumpukan sampah yang berbau.
Keluarga Anggoro, keluarga yang di kelilingi orang-orang kejam tega membuang darah daging mereka demi sebuah gengsi.
Bayi malang Dewi yang lahir kembar dengan Bintang anggoto. Dewi memiliki sisik emas, sisik yang keluar saat dia marah atau sesuatu akan menimpa sedangkan adiknya bintang juga memiliki kekuatan yang luar biasa hebatnya.
akankah mereka bersatu ataukah mereka akan jadi musuh satu dengan yang lain?
ikuti terus kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15. LINTAH KIRIMAN KI ANOM.
Ki Anom sama sekali tidak menemukan sesuatu yang janggal pada tubuh Wulan.
"Ki coba lagi, mungkin Aki salah."
Ki Anom mencoba lagi dengan mata batin tapi masih seperti tadi, kosong. Tak ada mustika yang di temukan dalam tubuh Wulan.
Tidak lama muncul Dewi dari dalam rumah.
"Ki coba dengan perempuan itu?
Ki Anom menganggu kemudian membaca mantra, tubuh Dewi transparan sama seperti Wulan. Ki Anom juga tidak menemukan sesuatu yang janggal pada tubuh Dewi.
Sebelum keluar dari dalam rumah Dewi sudah menyadari ke hadiran mereka. Dengan mustika yang di dapatnya dari bunglon, Dewi mempergunakan mustika itu untuk berkamuflase, mengelabui Ki Anom.
"Keduanya sama sekali tidak memiliki mustika, kamu pasti membohongiku."
"Tidak mungkin, sejak mereka tinggal di rumah kami, kejadian-kejadian aneh terus saja terjadi."
Dewi menghentikan pengendara ojek yang kebetulan melintas.
Dari belakang Vanessa dan Ki Anom membuntuti mereka.
Di tengah perjalanan Vanessa memerintahkan Ki Anom mencelakai Dewi.
Ki Anom paham, mulutnya komat-kamit membaca mantra. Dari dalam mulut ki Anom keluar lintah. Lintah-lintah itu melesat cepat bak peluru menembus kaca mobil.
Belum juga lintah-lintah itu menembus tubuh Dewi, Sesosok bayangan berkelebat, bayangan menyerupai tupai raksasa menghadang hewan pengisap darah itu.
Lintah-lintah yang jumlahnya cukup banyak jatuh diatas aspal dan hilang begitu saja.
Mobil berhenti, Ki Anom keluar lalu menghampiri tupai raksasa.
"Siapa kamu? kenapa menghalangiku menghabisi perempuan itu."
"Kamu tidak usah tahu siapa aku, selagi itu kejahatan maka lawanmu itu aku."
"Cari mati rupanya."
Ki Anom mengeluarkan sebuah kendi kecil dari dalam saku lalu membukanya. Keluar asap dari dalam kendi lalu berubah menjadi lintah raksasa dan langsung menyerang tupai raksasa.
Pertarungan sengit terjadi antara keduanya. Lintah mililit sang tupai lalu menyedot darahnya. Tupai tidak mau kalah, di gigitnya tubuh lintah itu hingga mengeluarkan darah pula.
Lintah kesakitan dan melepaskan lilitannya.
meronta diatas aspal lalu menghilang.
Kedua mata ki Anom terbelalak, baru kali ini ada yang menandingi ilmu sihirnya.
Ki Anom membaca mantra, dari dalam mulutnya kembali keluar lintah yang begitu banyak dan di semburkan.
Lintah-lintah itu berkelebat menyerang tupai raksasa makin lama jumlahnya semakin banyak hingga sang tupai kewalahan.
Tupai terdesak, jalan satu-satunya melarikan diri.
Terlihat darah berceceran diatas aspal.
Menyadari musuhnya sudah tidak ada lagi ki Anom menarik kembali lintahnya masuk kedalam mulut.
"Apa yang terjadi ki."
Vanessa datang menghampiri Ki Anom.
"Sosok tupai menghalangiku menghabisi perempuan itu, tapi tenang saja tupai itu terluka dan beberapa lintah sudah masuk kedalam tubuhnya tunggu hitungan jam saja dia pasti akan tewas."
"Tupai? bukanya ular."
"Bukan, aku yakin perempuan itu memiliki kekuatan luar biasa. Aku semakin penasaran untuk memburunya."
Vanessa dan Ki Anom kembali masuk ke dalam mobil, pengejarannya kali ini gagal karena terhalang tupai raksasa.
Sementara itu Dewi sudah tiba di restoran, sama seperti hari-hari biasa Linda masih saja mengganggunya. Walau begitu Dewi membalasnya secara sembunyi-sembunyi. Terkencing-kencing karena ketakutan.
Tidak lama kedatangan Dewi sebuah mobil mewah menyusul. Ryo pemilik restoran, dia keluar dari dalam mobil sambil memegangi dadanya.
Bajunya di penuhi darah. Dengan berjalan sempoyongan dia masuk kedalam restoran.
Semua orang tak berani mendekati pria itu, takut kena semprot sama seperti yang sering dialami Linda.
Dari kejauhan Dewi melihat keanehan dalam tubuh Ryo. Ada mahluk hidup kasat mata bergerak dan menggerogoti tubuhnya.
Dewi memberanikan diri mendekat, untung tepat saja waktu kalau tidak Ryo sudah jatuh.
"Bawa aku ke ruanganku."
Suara Ryo pelayan, kondisinya sungguh memprihatinkan. Di bantu satpam, Dewi membawa Ryo ke ruangannya.
Ryo dibaringkan diatas sofa.
"Apa perlu saya panggilkan dokter?" tanya pak satpam.
Ryo melambaikan tangan, Pak satpam paham lalu keluar.
Tubuh Ryo tiba-tiba mengejang, lintah ki Anom sudah mulai bekerja menggerogoti tubuhnya
Dengan cepat Dewi berubah lalu merasuk kedalam tubuh Ryo melalui mulut.
Beberapa lintah sedang bertarung melawan tupai penghuni tubuh Ryo, sisanya lagi menghisap darah di jantung dan paruh-parunya.
Tupai kewalahan menghadapi lintah-lintah itu yang jumlah semakin banyak.
"Serahkan mereka padaku." ucap Dewi ular.
"Denganku saja mereka menang apalagi hanya ular sepertimu. Cepat pergi sebelum mereka menghabisimu." ucap tupai dengan sombong.
"Cerewet sekali."
Dewi ular mendorong tupai agar menyingkir. Dengan satu kali mengibaskan ekor lintah-lintah itu terlempar.
Tupai takjub, pertarungan seimbang, keduanya menyerang lintah-lintah habis-habisan. Hanya sebentar saja lintah-lintah itu keok dan hilang.
Dewi ular keluar melalui mulut Ryo.
"Untuk kamu mengikutku, cepat lepaskan ekorku tupai."
"Aku tidak akan melepaskan mu sebelum kamu mengatakan siapa dirimu."
"Dasar menyebalkan."
Kembali Dewi ular mengibaskan ekornya, dengan sekuat mungkin tupai itu berpegang erat.
"Aa .............."
Teriak Ryo menahan sakit. Keduanya langsung diam. Dewi kembali ke wujud asli menjadi manusia biasa. Tupai masih berpegang erat bukan lagi di ekor tapi kini di kaki Dewi.
Dengan satu kali tendangan tupai itu terlempar. Dewi mendekat dan memeriksa sekujur tubuh Ryo.
Semuanya baik, hanya energinya saja yang berkurang mungkin habis terkuras melawan lintah-lintah kiriman Ki Anom.
Berbagai cara Dewi lakukan untuk mengembalikan energi Ryo tapi hasil masih tetap sama.
"Kenapa hanya diam, cepat sembuhkan majikanmu."
Dewi membentak tupai itu yang masih santai melihat majikannya tersiksa.
"Dia tidak akan bisa sembuh jika kamu tidak memberinya energi."
"Maksudmu?" Dewi mengernyitkan dahi.
"Lakukan nafas buatan."
"Apa?"
Dewi hampir saja melompat.
"Kamu saja yang melakukanya. Dasar hewan menjijikkan."
Dewi berdiri lalu melangkah pergi belum juga pintu di buka pintu Roy kembali berteriak, meronta dan jatuh dari atas sofa.
Dewi berbalik dan kembali menghampiri. Ryo mengejang bak ingin kehilangan nyawa. Tubuhnya basah dengan keringat dingin.
"Cepat lakukan sebelum semuanya terlambat."
Perasaan bercampur aduk. Dewi mulai mendekatkan wajahnya lalu menutup mata.
Kedua bibir mereka menyatu, sinar emas dari dalam mulut Dewi tersalur masuk kedalam tubuh Ryo.
Setelah dirasa cukup Dewi menarik wajahnya, di usapnya bibirnya secepat mungkin lalu berdiri.
Kondisi Roy pulih seperti sedia kala. Tarikan nafasnya pun mulai teratur walau belum sadarkan diri.
"Pura-pura tidak mau tapi menikmati."
Ucapan tupai membuat wajah Dewi merah menahan malu. Dari dalam tubuhnya keluar bayangan lalu mengangkat tupai dan membantingnya.
Tupai menjerit kesakitan.
"Rasakan itu, makanya jangan main-main denganku."
Dewi berlalu pergi meninggalkan ruangan kerja Roy.
********************************
Sementara itu Ki Anom yang sedang bersemedi di pondok di tengah hutan di kagetkan dengan munculnya lintah-lintah kirimannya yang sudah mati.
"Kurang ajar, kalian telah membunuh lintah-lintahku. Tunggu saja pembalasanku aku akan melenyapkan kalian."
semoga aja ada keajaiban Krn Dewi penolong
beda sekali dengan bintang yahhh didikan yg slh JD nya seperti itu
ttp smgt km thor
Sedangkan Bintang mengambil paksa yg bukan miliknya.
kan Dewi baik makanya selalu menang punya kekuatan di gunakan utk kebaikan bukan untuk kejahatan apa kabar saudara kembar si Dewi yaaa apakah jadi musuh