Dahlia hidup dalam kenyamanan jauh dari orang-orang yang mengenal masa lalu kelamnya bersama putranya.
Tetapi suatu ketika tepat di hari penghargaan yang diadakan di negaranya, dia tiba-tiba melihat sosok yang tidak ingin Ia lihat selama-lamanya.
Lagi, sebuah kejadian tidak menyenangkan terjadi membuatnya harus kehilangan anaknya dan menggali kembali dan dalam hatinya yang sudah lama terlupakan.
SIAP MENGIKUTI ACARA BALAS DENDAM DAHLIA? YUK,, BACA!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15.
"Mm...!! Mm...!!" Alan yang disekap dalam mobil berusaha meronta-ronta untuk keluar dari cengkraman orang-orang di mobil tersebut.
Tetapi tubuhnya dan tenaga dari seorang anak berumur 4 tahun tidaklah sanggup melawan pria kekar di dalam mobil sampai akhirnya Alan menjadi pasrah dan hanya bisa berdiam diri membiarkan para pria di sana terus membawanya.
Meski Alan hanya diam saja di pangkuan salah satu pria dalam mobil, Tetapi dia memperhatikan situasi sekitarnya dan berusaha mengamati jika ada celah baginya untuk melarikan diri.
Namun ketika Alan masih terus memperhatikan sekitarnya, pria kecil itu tiba-tiba dikejutkan oleh kemunculan ibunya yang berada 200 m di depan mobil yang sedang melaju.
'Ibu!' ucap Alan dalam hati sambil meneteskan air matanya, Dia sangat merindukan ibunya.
Tampak Dahlia sedang memegang ponselnya dan mengusap air matanya karena perempuan itu sedang membaca pesan yang dikirim oleh putranya beberapa waktu yang lalu.
Lalu tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapannya yang membuat Dahlia langsung menatap mobil itu dengan waspada.
"Ibu!!" Seru Alan Langsung melompat dari mobil saat ia telah diizinkan oleh para pria di sana untuk bertemu ibunya.
"Sayang!!" Dahlia langsung menghampiri putranya dan memeluk Alan sambil menangis tersedu-sedu.
"Ibu! Aku di sini!" Kata Alan juga ikut meneteskan air matanya dan menikmati hangatnya pelukan dari sang ibu.
"Kesayangan Ibu, ibu sungguh merindukanmu," ucap Dahlia dengan penuh rasa lega.
"Ayo kita pulang, bu," kata Alan setelah beberapa saat membuat Anggita menganggukkan kepalanya dan segera menaiki mobil yang di parkir Dahlia tak jauh dari tempat Mereka berdiri.
Setelah berada dalam mobil, Dahlia menyetir sambil sesekali menatap pria kecil yang duduk di sampingnya, dia masih tak percaya kalau akhirnya dia berhasil membawa putranya kembali.
Saat perempuan itu masih sementara menyetir, ponselnya tiba-tiba saja berdering.
Drriing! Drrriiiiing...
Dahlia mengangkat panggilan telepon yang berasal dari Tiara.
"Halo," ucap Dahlia pada perempuan di seberang telepon.
"Kau sudah mendapatkan anakmu?" Tanya perempuan dari seberang telepon dengan nada suara terburu-buru.
"Iya, Terima kasih banyak sudah membantuku," ucap Dahlia yang meski merasa benci pada Tiara, tetapi perempuan itu masih harus berterima kasih karena Tiara mau membantunya bersama kembali dengan putranya.
"Heh,, tidak usah berterima kasih, yang penting sekarang juga kau segera pergi dari negara ini dan bawa putramu menjauh dari tunanganku! Jika nanti kau dan putramu masih ada di negara ini, akan kupastikan kau dan putramu kembali berpisah dan pada saat kalian berpisah karena aku yang memisahkan kalian, jangan harap kalian bisa bertemu lagi!" Ancam Tiara.
Dahlia menggertak kesal, perempuan di seberang telepon tidak bisa di ajak bicara baik-baik, "Sayang sekali, tapi aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal di negara ini, tapi jangan khawatir karena aku akan melindungi putraku supaya tidak bertemu lagi dengan tunanganmu itu! Tapi sekali-kali kau berusaha menggangguku dan putraku, Jangan harap berkas-berkas itu akan aman!" Tegas Dahlia sebelum dia mematikan panggilan telepon itu secara sepihak.
"Siapa itu Bu?" Tanya Alan penasaran.
"Hanya seseorang yang tidak penting, Apa kau lapar?" Tanya Dahlia dengan lembut.
"Hm,, tapi aku ingin makan masakan ibu," ucap Alan sambil menatap ibunya dengan mata berbinar-binar, sudah cukup lama dia tidak menikmati masakan ibunya, dan dia sangat merindukan masakan itu.
"Baiklah, kita akan pulang sekarang Dan ibu akan memasak makanan kesukaanmu," ucap Dahlia segera menyetir menuju kediaman mereka.
Sementara di tempat lain, Tiara yang mengakhiri panggilan teleponnya dengan Dahlia kini keluar dari toilet dan mendapati sang pelayan berdiri di depan pintu keluar.
'Hah,, Kenapa dia begitu khawatir? Justru bagus kalau anak harem itu pergi dari rumah ini,' gerutu Tiara dalam hati sambil menghampiri sang pelayan yang sementara bolak-balik dari kiri ke kanan.
"Hentikan gerakanmu ini! Kau membuatku pusing saja!" Gerutu Tiara membuat sang pelayan dengan cepat berdiri di tempatnya sambil menunduk dengan penuh rasa cemas.
Tiara masih memandangi pelayan di hadapannya, dia kesal pada pelayan itu, tetapi tidak ada gunanya menceramahinya dan dia hanya bisa berpura-pura tampak sedih karena kehilangan Alan.
Pada saat itu juga, pintu apartemen tiba-tiba saja terbuka memperlihatkan Galang telah kembali.
"Apa yang terjadi?!" Tanya Galang dengan tatapan tajam diarahkan pada Tiara. Entah kenapa dia merasa tidak senang pada Tiara.
"Sayang,,," Tiara langsung menghampiri Galang dan memeluk pria itu, "ada orang-orang yang menculik Alan, hiks,, hiks,, Sepertinya itu orang-orang suruhan Dahlia," ucap Tiara.
"Dahlia?" Galang menggertakkan giginya dengan penuh amarah, Kenapa perempuan itu lagi?