Alisya adalah gadis yang terlahir dari keluarga kaya. ayahnya merupakan salah satu pengusaha tersohor di Jakarta. walaupun demikian, tak membuat Alisya kehilangan jati dirinya. Bahkan ia harus menerima takdirnya dijodohkan oleh kedua orang tua sesuai dengan bibit, bobotnya. namun pernikahan yang di impikan itu tak seindah yang dibayangkan. justru pernikahan itu menjadi awal mula mimpi buruk bagi kehidupan Alisya, kala sang suami mengetahui penyakit yang di derita. perilakunya seakan jijik dan mencampakkan sang istri. hingga keduanya harus berpisah dan Alisya di pertemukan kembali dengan cinta pertamanya. kebahagiaan di antara keduanya mulai tercurah kembali. namun kebahagiaan mereka hanya sesaat kala harus di pertemukan kembali dengan perpisahan abadi yang sesungguhnya.
apa yang terjadi pada Alisya? ikuti misteri cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alletaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesedihan
"Yang sabar ya Jeng kita sama-sama berdoa untuk Alisya. Semoga dia baik-baik saja" Nona juga terlihat langsung memeluk Sinta, yang membuat Sinta semakin merasa di kasihani, sehingga semakin merasa sedih dan terus berlarut dalam kesedihan.
Satu jam berlalu....
Akhirnya dokter yang menangani Alisya keluar dari kamar pasien. Segera Herman dan Jordan menghampiri sang dokter untuk menanyakan perihal kondisi Alisya
"Bagaimana keadaan anak saya dok? Ucap Herman yang tak sabar mendengar kabar dari sang dokter. Sebagai orang tua ia sangat khawatir terhadap kondisi anaknya sekarang
"Dengan keluarga Alisya? Tanya sang dokter untuk meyakinkan bahwa Herman benar-benar keluarga pasien
"Iya dok, saya ayahnya. Bagaimana dengan anak saya dok. Cepat katakan!" Desak Herman yang saat itu semakin tak tertahankan. Sementara Jordan yang berada di sampingnya hanya bisa membantu menenangkan
"Sabar ya om" ucap Jordan sambil merangkul pundak sang calon ayah mertua
"Silakan ikut ke ruangan saya pak!" Perintah sang dokter
Kemudian Herman mengikuti dokter menuju ruangannya di ikuti pula oleh Jordan di belakang.
Kreekkkk.....
Dokter membuka pintu ruangannya, ia terlihat lebih dulu masuk ke dalam ruangan tersebut
"Silahkan duduk pak!" Ucap dokter
"Begini pak, setelah saya cek dan analisa perihal penyakit yang di alami anak bapak. Dengan berat hati kami sampaikan kepada keluarga pasien bahwa sekarang ini anak bapak mengalami kanker otak" ungkapan sang dokter seketika membuat Herman hampir saja pingsan. Tumbuhnya seketika lemas dan tak berdaya, sekujur tubuhnya terasa dingin. Ia masih tak percaya dengan apa yang dikatakan dokter.
"Jangan main-main dok. Gak mungkin anak saya kena kanker otak!" Ujar Herman, yang saat itu mulai tak kondusif. Air matanya seketika berlinang membasahi pipinya
Sementara Jordan yang berada di samping Herman. Lagi lagi hanya bisa menenangkan Herman yang saat itu mulai tak terkendali. Bahkan dirinya juga syok mendengar apa yang dikatakan sang dokter.
Kemudian dokter menyodorkan sebuah hasil Rontgen pemeriksaan yang dilakukan terhadap Alisya. Dokter itu perlahan menjelaskan gambar demi gambar kepada Herman.
Orang tua mana yang tak sedih jika melihat sang buah hati menderita. Di tambah Alisya yang merupakan anak tunggal, penerus tahta dan harta keluarga. Herman yang saat itu hanya bisa menangis dan terus menangis. Baru kali ini ia luapkan kesedihannya. Setelah hampir satu jam sebelumnya ia pendam di hati.
Jordan yang dengan sigap membantu sang ayah mertua untuk berjalan keluar meninggalkan ruangan sang dokter.
Saat itu mereka berdua tak langsung menemui keluarga yang lain, termasuk Sinta dan Nona. Herman rasa ia harus menenangkan dirinya dahulu sebelum menghadapi sang istri. Tak tega rasanya jika melihat sang istri semakin larut dalam kesedihan. Walaupun nantinya juga akan di sampaikan olehnya.
"Om, maaf kalau Jordan lancang. Om yang sabar ya! Kita semua sayang sama Alisya kita doakan Alisya sama-sama. Hmm gimana kalau sekiranya kita pergi sholat meminta kesembuhan untuk Alisya" ucap Jordan yang berusaha terus menenangkan sang calon mertua
Herman yang mendengar pernyataan Jordan seakan luluh dan mengikuti perintah Jordan untuk segera menghadap kembali kepada sang pencipta.
Mereka berdua bersama mengambil air wudhu. Di tunaikannya sholat sunah dua rakaat kemudian di lanjut dengan sholat ashar. Karena memang saat itu waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya sudah memasuki sholat ashar.
Dengan tetesan air mata yang perlahan jatuh di pipi Herman, ia meminta kepada sang pencinta
"Ya Allah, ya Tuhanku cobaan apa yang engkau berikan untuk anak hamba. Tak sanggup rasanya jika hamba harus melihat putri hamba kesakitan. Ya Allah tapi jika memang dengan sakit yang engkau berikan kepada putri hamba adalah sebuah penggugur dosa untuk keluarga kami. Berikanlah kami sekeluarga ketabahan dan kesabaran dalam menerima ujian ini ya Allah. Kuatkan Alisya, berikan ia kesabaran atas ujianmu. Panjangkan lah umurnya, berikan kesempatan padanya untuk memulai sebuah kehidupan baru bersama keluarga. Jangan kau ambil nyawanya sebelum engkau ambil nyawaku ya Tuhanku"
Isak tangis Herman memenuhi seisi antero. Tangisannya pecah kala mengadu pada sang pencipta. Karena hanya kepada-Nya tempat umat manusia kembali dan berserah diri.
Dalam hati kecil Herman, ia sangat gundah gulana kala harus mengatakan kepada sang istri. Pasti dirinya akan lebih sakit dan terpuruk kala mendengar kabar ini.
Dua luluh menit berlalu, kesedihan Herman perlahan mulai luluh. Menjadi seorang kepala keluarga tak boleh lemah, pikirnya. Ia harus memberi contoh pada keluarga yang lain untuk tetap tegar.
Walaupun berat langkah kakinya untuk menemui sang istri. Ia seperti tak sanggup melihat istrinya yang semakin terpukul akan kabar ini. Tapi mau tak mau ia harus tetap mengatakan itu kepada Sinta. Bagaimana pun juga semua keluarga pasti akan tahu kabar ini.
*****
Sementara di ruang tunggu pasien, Sinta dan Nona serta keluarga yang lain sangat menantikan kabar dari Herman.
Di lihatnya sang suami berjalan menuju ke arahnya, Sinta segera bangkit dari duduknya. Ia menghampiri sang suami yang kala itu berusaha menyimpan kesedihan yang amat mendalam.
"Pa, bagaimana? Apa kata dokter?" Tatapan haru sang istri membuat Herman semakin tak tega jika harus mengatakan ini. Dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya, tak mungkin ia biarkan bersedih.
Sinta yang melihat Herman yang hanya terdiam tak memberi jawaban. Terus mendesak sang suami untuk mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada anak gadisnya.
"Katakan pa? Apa kata dokter? Papa dengar mama kan?" Air mata Sinta terus bercucuran membasahi pipi yang kian mulai menua.
Herman langsung memeluk sang istri tercinta, dipeluknya erat-erat. Ia tahu istrinya pasti tidak sanggup menerima takdir ini. Perlahan tapi pasti Herman mulai membuka mulutnya. Satu demi satu kata mulai di susun dan keluar dari mulutnya.
"Alisya mengidap kanker otak ma" pecah tangis Herman dan Sinta membuat seisi ruangan menjadi haru, keluarga yang mendengar juga ikut larut dalam kesedihan itu.
Tubuh Sinta yang semakin tak berdaya ketika mendengar pernyataan dari suaminya, badannya kini mulai lemas. Antara tak percaya dan tak mau menerima takdir anaknya. Anak semata wayang di keluarga itu tentunya.
Di topang nya badan sang istri, hingga akhirnya Sinta tak sadarkan diri. Hati ibu mana yang tak hancur kala mendengar kabar buruk tentang anaknya. Anak gadis yang selama ini sangat periang ternyata menyimpan luka dan sakit yang mendalam.
Herman yang saat itu di bantu oleh beberapa keluarganya, membawa sang istri ke tempat yang lebih baik. Di baringkan nya di atas sebuah kasur rumah sakit.
Tak butuh waktu lama, Sinta akhirnya sadar kembali.
"Pa?" Panggil Sinta kepada sang suami, tangisnya pecah kembali saat mengingat pernyataan suami yang diungkapkan sepuluh menit yang lalu.
Sementara Herman dan keluarga yang lain terus memberi semangat dan pengertian pada Sinta.
"Yang sabar ya teh, kita harus kuat demi Alisya. Kita gak boleh terlihat lemah di hadapannya. Ini semua sudah takdir dari Allah teh. Banyak-banyak in bersabar ya" ucap salah satu sanak keluarga yang turut serta menemani Sinta.
Sementara Herman memilih untuk keluar ruangan. Ia tak ingin tangisannya di lihat oleh sang istri.
"Saya keluar sebentar ya nin, tolong jagain dulu teteh mu!" Ucap Herman kepada Nina yang merupakan salah satu kerabat mereka.
apa iya Jhon yang selalu bikin greget dia 🤔🤔
Jhon kalau ngomong gak pake filter niih main cospleng aja
kira kira siapa ya kak cowo yang selalu gangguin alisya...
jeaid penasaran nihh
Bali bukan kota, tapi propinsi atau sebut aja 'pulau Bali'.