NovelToon NovelToon
The Second Wife

The Second Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Poligami / Cinta setelah menikah
Popularitas:13.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gilva Afnida

Pergi dari rumah keluarga paman yang selama ini telah membesarkannya adalah satu-satunya tindakan yang Kanaya pilih untuk membuat dirinya tetap waras.

Selain karena fakta mengejutkan tentang asal usul dirinya yang sebenarnya, Kanaya juga terus menerus didesak untuk menerima tawaran Vania untuk menjadi adik madunya.

Desakan itu membuat Kanaya tak dapat berpikir jernih hingga akhirnya dia menerima tawaran Vania dan menjadi istri kedua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gilva Afnida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

"Kenapa memangnya?" tanya Kanaya polos. Kanaya mengikuti arah mata Adnan ke bagian dadanya lalu terkejut karena baru menyadari dua bukit kembarnya yang terlihat jelas.

"Ya ampuun... kenapa gak bilang dari tadi sih?" Kanaya hendak menuju ke kamar untuk mengganti bajunya, namun dia segera tersadar justru itulah saatnya untuk menggoda Adnan. Dia ingin Adnan memakan ucapannya sendiri.

Kanaya menengok kembali ke belakang, melihat Adnan sedang membereskan peralatan tukangnya. "Tunggu, apa kamu mau sarapan? Kebetulan tadi aku sudah memasak sayur dan sudah matang."

"Ganti baju dulu, Nay!"

"Kenapa? Aku gak merasa risih tuh."

Adnan berdiri sambil menatap Kanaya yang seperti tengah menantangnya, dia berjalan mendekat mengikis jarak diantara mereka. "Kamu gak malu dadamu kelihatan begitu?"

"Enggak." Kanaya menggeleng kuat. Rasa malunya sudah dia kalahkan dengan rasa ingin melihat Adnan memakan ucapannya sendiri. "Lagian dadaku kan kecil dan tepos. Jadi gak masalah dong mau keliatan apa enggak. Toh, kamu gak bakalan nafsu juga."

"Minggir ah, aku mau nyiapin sarapan." Kanaya menggeser tubuh Adnan, berusaha mengabaikan tatapan Adnan dan ingin melaluinya.

Namun dengan cepat Adnan menarik kembali tubuh Kanaya dan mencengkeram kedua lengannya. "Berani kamu ya... bangunin singa yang lagi tidur."

Kanaya tersenyum remeh. "Aku gak bangunin singa yang lagi tidur. Singa nya aja yang lemah terus terbangun."

Adnan merapatkan giginya dengan kesal dia mengecup bibir Kanaya dengan cepat.

Kanaya yang tidak siap hanya membelalakkan kedua matanya lebar. Tak menyangka jika Adnan akan langsung mencium bibirnya. "Gila kamu ya!" pekiknya.

"Bukannya aku dah bilang jangan bangunin singa yang lagi tidur? Tapi kamu malah menantang seolah siap untuk diterkam. Jadi nikmati aja rasanya di terkam singa yang lagi dibangunkan."

Adnan kembali mencium Kanaya dengan cepat lalu menyesap kedua bibirnya yang terasa dingin akibat hawa dingin pagi. Awalnya Adnan hanya ingin menggoda gadis tersebut karena terus menerus memamerkan buah dadanya yang sebenarnya berukuran kecil namun terlihat menantang.

Tapi siapa sangka jika Adnan malah menikmati ciumannya dengan Kanaya, hisapannya semakin dalam karena merasakan gairahnya naik terus bergejolak meski ciumannya masih belum disambut oleh Kanaya.

Kanaya yang terkejut berusaha memberontak dengan mendorong tubuh Adnan. Bagaimanapun ini adalah kali pertamanya disentuh bibirnya oleh seorang pria. Dia adalah gadis yang polos dan begitu suci. Dulu saat dekat dengan Kevin pun, dia tak pernah bergandengan tangan apalagi ciuman. Ini merupakan hal yang sangat baru baginya.

Nampaknya usaha pemberontakan Kanaya hanyalah sia-sia karena cengkeraman Adnan begitu kuat hingga dia merasakan ngilu di lengannya yang luar biasa. Apalagi sebenarnya dia memang tidak terlalu berusaha untuk mengelak. Kanaya ingin memenuhi rasa penasarannya. Sampai mana Adnan akan menyentuh dirinya yang katanya kurus dan tak bisa membuatnya gairah.

Selain itu, Kanaya ingin membuktikan bahwa dia yang kurus ini juga bisa memuaskan seorang pria di atas ranjang jika memang Adnan menginginkannya. Oleh karena itu, Kanaya memilih pasrah mendapatkan serangan membabi buta dari Adnan terhadap bibirnya yang merekah.

Lambat laun, Kanaya mulai bisa mempelajari ciuman Adnan. Perlahan dia belajar membalas ciuman tersebut sebisa mungkin.

Adnan yang merasa ciumannya bersambut pun mulai meluaskan aksinya. Gairah yang sedari tadi sudah ditahannya pun tak dapat dia bendung. Akalnya tak mampu berpikir secara jernih apalagi Kanaya adalah istrinya sendiri, yang mana merengkuh kenikmatan darinya adalah sebuah hak untuk Adnan. Junior Adnan sudah terlalu lama tidak mendapatkan penyampaiannya. Vania sudah lama memiliki fisik yang tidak prima hingga dia harus sekuat tenaga menahan nafsunya di atas ranjang, demi kebaikan Vania.

Masih dengan penyatuan bibir mereka, Adnan membopong tubuh Kanaya menuju ke kamar Kanaya. Sesampainya di depan pintu, dia membuka pintu lalu segera menuju ke ranjang untuk menjatuhkan tubuh Kanaya di atasnya. Adnan membuka bajunya secara cepat hingga polos tak mengenakan sehelai benangpun.

Melihat itu, kedua mata Kanaya terbelalak lebar. Merasa matanya yang masih polos ternodai oleh pemandangan rate dewasa. Kanaya juga menahan napas saat melihat milik Adnan yang sudah membengkak, berdiri tegak. Tiba-tiba saja dia merasakan miliknya sendiri berdenyut nyeri, membayangkan senjata besar itu memasuki miliknya yang berlubang kecil.

Belum selesai Kanaya memikirkan hal itu, Adnan sudah merangkak pelan ke atas ranjang dan menyentuh wajahnya yang kekuningan hingga sampai di bibirnya yang ranum. Sekali lagi Adnan meraup bibir itu dengan rakus. Entah mengapa Adnan menyukai bibir Kanaya dan lebih sering menyesapnya bak manisan yang begitu manis dan sayang untuk dilewatkan.

Tubuh Adnan mengungkung Kanaya dengan rapat, dia mendekatkan ke arah telinga Kanaya sambil berbisik, "Mari kita buktikan seberapa lama kamu bisa menahan serangan singa yang sedang marah karena sudah kamu ganggu tidurnya."

Belum sempat Kanaya menjawab, Adnan kembali menyambar bibir Kanaya yang setengah terbuka. Kanaya menyambut kembali ciuman yang terasa memabukkan itu. Dalam lubuk hatinya Kanaya juga menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh Adnan, termasuk ciuman di bibirnya.

Tak sampai di situ, Adnan menyusuri bagian-bagian sensitif milik Kanaya lainnya, seperti lehernya yang jenjang. Adnan sudah membuat banyak tanda kemerahan di sana.

Adnan sudah merasa tak sabar, dengan tergesa dia membuka baju milik Kanaya yang sudah basah. Sekali dia mencoba tak bisa, tanpa pikir panjang dia langsung merobek baju tersebut dan membuangnya asal.

Sejujurnya Kanaya malu, menampilkan tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun. Namun tentu saja dirinya tak bisa mundur. Dia sudah memilih menyerahkan miliknya yang berharga pada seorang lelaki yang merupakan suaminya. Meski pernikahan mereka tidak dilandasi oleh cinta.

***

Setelah pergumulan tadi pagi yang begitu panas, Adnan memutuskan untuk bangun dari ranjang dan hendak menuju ke kamarnya yang berada di atas. Tak lupa sebelumnya dia menyelimuti tubuh Kanaya yang polos tak mengenakan baju. Dia menatap wajah Kanaya yang terlihat begitu kelelahan. Adnan terkejut saat menatap jam dinding yang menempel di tembok. "Jam sembilan?" pekiknya tertahan karena tak ingin membangunkan Kanaya yang terlelap.

Adnan tak menyangka jika dirinya bercinta dengan Kanaya selama itu. Dia akui, Kanaya membuatnya candu. Meski tubuhnya kurus hingga terlihat tulang-tulangnya yang menonjol, namun entah mengapa junior Adnan selalu tegak meski sudah melampiaskannya lebih dari sekali.

Saat ini pun, saat melihat Kanaya yang terlelap, juniornya kembali berdiri membuat Adnan mendesah kesal. Dia tak mungkin kembali membangunkan Kanaya untuk melanjutkan permainan mereka. Kanaya baru saja kehilangan mahkota berharganya dan ini adalah pengalaman pertama untuknya. Pasti benda milik Kanaya masih terasa ngilu dan sakit. Jadi Adnan harus memberi sedikit pengertian dan waktu untuk Kanaya.

Adnan lebih memilih beranjak pergi dari kamar Kanaya sebelum dia berubah pikiran. Rupanya selama ini Adnan salah, Kanaya merupakan wanita yang berbahaya. Dia bisa membangkitkan gairahnya yang selalu terpendam menjadi berkali-kali bangkit. Selama ini Adnan selalu berusaha meredam hawa nafsunya yang besar terhadap Vania karena tak ingin membuat kesalahan fatal.

Vania memiliki penyakit serius yang bisa kambuh kapan saja, membuat Adnan lebih berhati-hati dalam memperlakukannya.

Berbeda saat berhadapan dengan Kanaya yang sehat. Dia tak pernah berpikir panjang untuk melakukan gaya apapun di atas ranjang seperti tadi hingga dia selalu terpuaskan meski kembali berakhir di kamar mandi karena ingin memberi jeda untuk Kanaya.

1
Muhammad Malvien Laksmana
Luar biasa
Muhammad Malvien Laksmana
Biasa
Endah Windiarti
Luar biasa
Jessica
ceritanya bagus penulisan nya juga tertata g bikin jenuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!