Saat umur ku sangat muda, aku dikurung di tempat yang sangat gelap oleh seorang wanita jahat. Setiap hari wanita jahat datang untuk melampiaskan amarahnya padaku. Dia membawa algojo yang siap untuk menghukumku yang bahkan tidak melakukan kesalahan apapun.
Makanan sehari hariku adalah makanan basi dan tikus yang menyelinap masuk. Dan makanan paling mewah bagiku adalah makanan sisa.
Suatu hari wanita jahat itu menawarkan kebebasan untukku. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Itu tidak gratis. Aku tahu itu karena dia juga gila. Dia meminta sesuatu yang tidak masuk akal… tubuhku.
Tapi kau tahu? aku adalah seseorang yang lebih gila darinya.
'The Crazy Kultivator'
Ini hanya perubahan dari novel pertama 'Return to being the mad antagonis'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ancilarry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Rekan=Teman?
Zhen berjalan mendekati bocah yang masih terikat di batang pohon. Ia menatap tajam bocah didepannya. Zhen melihat wajah bocah itu dari samping kanan dan kiri. Ia mengelus elus dagunya mencoba mengingat ingat siapa bocah familiar ini. "Hmm, Qiu apa kau ingat siapa dia?" tanya Zhen.
"Sebentar, aku juga sedang mengingatnya." jawabnya sembari meletakkan tangan dikepala.
Sedangkan bocah itu hanya bisa menatap pemuda itu. Dia tidak lain adalah Jiang Jimi. "Kau benar benar tidak ingat denganku? Bukannya kita baru bertemu dua hari yang lalu?" tanya Jiang Jimi heran.
"Aku ingat." jawab Zhen.
Mata Jimi langsung membulat, "Apa? Jadi kau hanya pura pura?"
"Iya. Terus kenapa?"
Lama lama pemuda ini membuatnya kesal. Tapi bagaimanapun orang ini sudah menolongnya. Dia tidak bisa komplain dengan sikapnya yang absurd ini. "Apa yang kau lakukan?" tanya Jimi. Pasalnya dia melihat Zhen sedang memeriksa baju baju dari orang orang yang menjadi makanan beast.
Terlihat Zhen sedang mencari uang didalam saku baju mereka. Meskipun ada yang isinya satu keping tapi tetap ia ambil. Selain uang Zhen juga mengambil makanan kering seperti dendeng. Dari potongan potongan tangan ia mengambil sebuah cincin.
Karena Zhen terlihat bingung dengan benda yang ia pegang, Jimi akhirnya berbicara lagi pada pemuda itu. "Haah, itu cincin penyimpanan." ujarnya.
Mendengar kata 'cincin penyimpanan' apa itu seperti yang ada dipikirannya? Maksudnya cincin penyimpanan yang itu? Tiba tiba Zhen menatap Jimi dengan mata bulatnya. Meminta penjelasan lebih.
Karena seperti berhadapan dengan harimau saat dirinya adalah kelinci, Jimi harus menjelaskannya dengan agak takut. Aura dari pemuda gila itu benar benar gila. Jadi mau tidak mau selalu ada sedikit rasa takut meskipun Zhen telah menolongnya. "Coba kau salurkan Qi mu kedalamnya dan keluarkan apa saja yang ada didalamnya. Maka otomatis benda apa saja pasti akan keluar." jelas Jimi.
"Hwoaaa!?" seperti yang dikatakan Jimi semua benda didalam cincin penyimpanan keluar. Mata Zhen terbelalak melihat keajaiban didepan matanya. "Qiu!? Cincin ini benar benar ajaib!? Oh, benar juga!?" ia melirik Jimi lagi.
Rasanya tidak nyaman kalau Zhen terus memelototinya demi meminta penjelasan. Maksudnya, kenapa tidak langsung saja bertanya? Kenapa harus pemuda itu melotot padanya? Tapi karena Jimi orang yang sabar jadi dia tidak ambil pusing. "Lakukan cara yang sama, tapi kali ini kau harus berpikir untuk menyimpannya." jelasnya lagi.
Setelah penjelasan Jimi, Zhen mengeluarkan beberapa koleksi bunganya. Kemudian menyimpannya ke dalam cincin penyimpanan. Senyum senang mengembang di wajahnya. Ia melirik Jimi yang masih terikat di batang pohon. Benar juga, ia lupa melepaskan bocah itu. Jimi sudah banyak membantunya, tidak mungkin kan ia jadi orang yang tidak tahu diri?
Zhen berjalan ke arah Jimi, melepas ikatannya pada pohon.
"T terima kasih.…ehm…" dia agak bingung harus memanggil Zhen apa.
"Bukannya kau tahu namaku?" tanya Zhen seakan tahu isi pikiran Jiang Jimi.
"I iya, tapi aku bingung harus panggil apa." ujar Jiang Jimi. Zhen terlihat sangat muda dan tinggi. Terlihat seumuran dengannya. Meskipun dirinya memang agak pendek.
"Panggil saja Zhen."
"K kalau begitu, kau bisa memanggilku Jimi." serunya terlihat senang.
Memanggil nama panggilan masing masing itu rasanya seperti mereka berteman. Jimi tersenyum tipis. Dia merasa senang bisa bicara akrab dengan orang lain seperti ini. Biasanya dia bicara akrab hanya dengan ibunya saja. Tapi bicara akrab dengan orang lain selain ibunya, itu sangat aneh. Namun juga menyenangkan.
Zhen ingat ia sedang memanggang daging. Tapi mungkin rusa itu sudah hangus karena ditinggal terlalu lama. Kalau begitu ia akan melanjutkan perburuannya saja. Inti beast yang ia kumpulkan masih kurang untuk masuk sepuluh besar. "Aku akan pergi duluan." ujarnya.
"Ah, tunggu!? Apa aku boleh ikut denganmu?" tanya Jimi. Dia sadar kalau pemuda didepannya sangat kuat meskipun tidak waras.
"Tidak." tolak Zhen langsung.
"K kenapa?"
Zhen diam sejenak melihat Jimi menatapnya menunggu jawaban. "Kau hanya ingin melarikan diri, kan?" ujar Zhen.
Mendengar itu Jimi terbelalak kaget. Bagaimana pemuda itu tahu niatannya ingin melarikan diri?
Melihat reaksinya Zhen kembali bersuara, "Aku tidak suka dimanfaatkan. Apalagi oleh bocah lemah sepertimu. Aku lebih suka sendirian daripada harus membawa beban." sarkasnya. Kebiasanaan lama memang sulit hilang.
Berkat kata kata sarkas pemuda itu raut wajah Jimi jadi terlihat kecewa. Tapi dia juga tidak bisa menyangkal kata kata Zhen. Namun dia tidak boleh menyerah semudah ini. Untuk pertama kalinya Jimi ingin mengikuti seseorang. Dia yakin kalau pemuda gila didepannya akan mengubahnya. Meskipun resiko kematiannya besar.
"Aku… aku minta maaf karena berniat memanfaatkanmu. Tapi bagaimana kalau aku menawarkan diri menjadi rekanmu?" tanya Jimi masih belum menyerah.
"Rekan? Apa itu?"
'Dia bahkan tidak tahu rekan? Sebenarnya apa yang dia tahu?…… Tapi anehnya dia tahu isi hati orang lain.' pikir Jimi. "Itu seperti teman."
Zhen terbelalak mendengar kata teman. Omong kosong. "Teman? Kik kik kik kik kik ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha!?" ia bahkan sampai terbahak bahak dengan kata teman itu. Seumur umur ia tidak punya teman. Seingatnya waktu kecil sebelum dirinya dikurung tentunya, Zhen pernah ingin bermain dengan anak seusianya. Tapi hasilnya ia malah dilempari batu dan ditenggelamkan kedalam danau. Terima kasih, berkat itu ia jadi tidak ingin punya teman. "Kalau begitu, aku akan menunggumu mengkhianatiku suatu hari nanti." ujarnya sembari mengusap air mata yang sedikit keluar dadi sudut matanya.
Jiang Jimi tidak mengerti maksudnya. Tapi ia adalah orang yang tidak mudah berkhianat. Tentu ia akan menjawab, "Aku akan setia padamu. Tidak akan mengkhianatimu dengan mudah!?"
Ekspresi Jimi terlihat penuh tekad. Dia berkata jujur. Zhen dapat mengetahui itu berkat pengalamannya membaca ekspresi wajah Jiafen. Wanita itu adalah pembohong handal. Karena dia suka berbohong Zhen jadi belajar cara membedakan mana kata kata yang jujur dan mana yang tidak. Ada berbagai banyak cara mengetahuinya. Salah satunya dari tatapan matanya.
"Qiu, apa yang harus kukatakan? Dia berkata jujur."
"Meski begitu dia sangat lemah. Dia akan mudah mati kalau lemah. Berikan saja dia waktu, jika waktu habis dan dia masih lemah kau tidak harus menerimanya." usul Qiu.
Zhen menyeringai mendengar usul Qiu yang cukup bagus menurutnya. Yah, itu tidak buruk untuk menguji apakah Jimi alan menepati janjinya atau dia tidak bisa menepati janjinya dan malah kabur. "Baiklah, aku suka kejujuranmu. Kalau begitu aku akan memberimu waktu satu tahun!? Kau harus mencapai ranah Saint dalam waktu satu tahun. Kalau kau tidak menepati janjimu, mungkin… aku akan membunuhmu!?" ujar Zhen dengan seringai jahat di wajahnya. Ia tisak sabar melihat bagaimana bocah itu akan gagal dan mati nanti.
Jiang Jimi menelan ludahnya. Aura membunuh yang Zhen pancarkan dan kata katanya yang mengatakan akan membunuhnya, itu benar. 'Dia benar benar akan membunuhku. Aku membuat kesepakatan dengan psikopat. Tapi…aku tidak bisa kembali lagi.'
"Kenapa? Kenapa sekarang kau ragu? Apa kau takut mati? Kik kik kik kik apanya yang setia? Kalau mendengar kata mati saja kau akan langsung menyerah. Sudahlah, kesepakatan batal. Aku tidak membutuhkan pengecut sepertimu." ujar Zhen sembari terkekeh.
"Tunggu, aku setuju!?"
Jiang Jimi benar benar setuju dengan kesepakatan ini.
Itu kesepakatan yang Zhen yakini tidak akan bisa Jiang Jimi lakukan. Ia tidak terlalu menaruh banyak harapan padanya. Lagipula tidak akan ada yang mau dekat dengannya. Suatu hari nanti mereka akan mengkhianatinya dan hanya memanfaatkannya saja. Seperti orang orang yang pernah ia temui sebelumnya. Dan ia sangat yakin, kesepakatan hari ini hanya omong kosong.
"Jangan sampai mati."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
lanjut kak ceritanya seru
semangat
mc op