Terjerat Cinta Daddy Mafia

"Saat ini saya menginap di hotel. Selama ini, saya tinggal bersama Daddy angkat saya. Saya sudah tak memiliki orang tua. Namun akhirnya, saya memutuskan untuk hidup sendiri meninggalkan dia. Dia tinggal di kota lain," jelas Ana.

"Baiklah. Berarti sudah tak ada masalah di kemudian hari ya? Kamu sudah siap menjadi seorang model yang profesional. Saya akan membantu kamu untuk mewujudkannya," ucap Samuel.

Ana menaruh harapan besar bisa menjadi seorang model. Ini adalah impian dia sejak dia kecil. Tapi sayangnya, dia salah mencari tempat.

"Saya tunggu kedatangan kamu nanti malam! Ini alamat saya! Kamu tunjukkan kepada saya, pesona yang kamu miliki. Rias wajah kamu secantik mungkin, dan saya ingin melihat penampilan kamu malam ini seseksi mungkin. Saya yakin, kalau kamu akan menjadi model yang sukses. Kamu memiliki wajah yang cantik, dan juga tubuh yang seksi sebagai penunjang," ucap Samuel sambil memberikan selembar kertas bertuliskan alamat apartemennya.

"Terima kasih. Saya senang bisa bekerja sama dengan pihak agency di sini. Tepat pukul 07.00 malam, saya akan datang," ucap Ana dan Samuel mengiyakan.

Ana pergi meninggalkan ruangan Samuel dengan perasaan bahagia. Sebentar lagi impian dia menjadi seorang model bisa terwujud. Selama ini Benigno melarangnya menjadi model. Tujuan dia melindungi Ana. Dia sangat menyayangi Ana.

"Sebentar lagi aku akan menjadi seorang model. Semoga aku bisa menjadi model Internasional. Bisa go public. Aku akan menunjukkan kesuksesan aku, tanpa Daddy! Selama ini daddy selalu melarang aku untuk menjadi seorang model. Tapi, tidak untuk sekarang ini. Aku akan meraih kesuksesan, dengan cara aku sendiri," ucap Ana.

Dia tak sadar, akan kasih sayang dan perhatian Benigno selama ini kepadanya. Ana menuju kedai makanan. Dia harus mengatur uang dengan baik, sampai di mendapatkan pekerjaan.

Berbeda halnya dengan Ana yang berusaha menjalani kehidupan tanpa Benigno. Benigno justru masih terus kepikiran Ana. Jika seperti ini, dia begitu merindukannya. Namun, keputusannya tetap sama. Dia tak ingin menikahi Ana. Dia hanya ingin menganggap Ana sebagai anaknya.

Benigno sudah di perusahaannya. Sejak tadi dia terlihat gelisah. Pasalnya, Roberto belum memiliki informasi tentang Ana. Orang suruhannya, masih terus mencari keberadaan Ana saat ini.

"Kalian ini bisa kerja gak sih? Mencari satu orang saja, tak bisa. Kamu kerahkan semuanya! Saya yakin, Ana masih berada di kota ini. Dia tak mungkin nekat pergi jauh dari sini," pekik Benigno. Wajahnya terlihat menyeramkan.

"Baik Tuan, secepatnya saya akan memberikan informasi kepada Anda!" Ujar Roberto.

Roberto langsung meninggalkan ruangan bosnya. Dia langsung menghubungi orang suruhannya kembali.

"Bagaimana, apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang anak angkat Tuan Benigno?" Tanya Roberto untuk memastikan.

Suatu kabar yang menyenangkan. Orang suruhan Benigno sudah mengetahui keberadaan Ana. Ada yang melihat Ana. Namun, Ana berada di kota lain.

Roberto langsung kembali ke ruangan bosnya. Dia langsung memberitahu berita baik ini.

"Benarkah? Yakin, kalau itu memang Ana? Kalian tak salah lihat? Jika memang benar, saya akan bertemu dengannya. Bawa saya kesana menemui dia! Tapi sebelumnya, kalian pastikan dulu!" Titah Benigno dan Roberto mengiyakan.

"Dasar anak nakal! Sudah berani pergi jauh ya kamu sekarang? Apa kamu sekarang sudah merasa hebat, bisa sendiri tanpa Daddy?" ucap Benigno dalam hati.

Ana sudah terlihat bersiap-siap untuk berangkat. Penampilan dia malam ini begitu memukau. Selama ini daddynya selalu bersikap posesif kepadanya. Selalu melarangnya.

"Sebaiknya, aku berangkat sekarang. Agar tak telat," ucap Ana.

Ana langsung memesan taksi untuk ke apartemen Samuel. Kini dia sudah dalam perjalanan. Dia tak menaruh curiga sama sekali, kalau Samuel akan menjebaknya dalam perangkap. Samuel sudah menyiapkan obat perang*sang dosis tinggi. Dia akan memasukkan obat itu ke dalam minumannya.

Benigno merasa kesal, melihat penampilan Ana saat itu. Dia melihat foto yang dikirim orang suruhannya, saat Ana turun dari taksi. Penampilan Ana terlihat begitu seksi, menunjukkan belahan dadanya.

Padahal selama ini dia selalu mengingatkan Ana. Dia memang seorang baji*ngan yang kerap menganggap wanita rendahan. Namun, dia tak ingin anak angkatnya diperlakukan buruk juga oleh laki-laki lain.

"Awasi dia terus! Saya secepatnya akan kesana," ujar Benigno.

Benigno akan menemui Ana, untuk memastikan keputusan Ana. Dia tak akan memaksa Ana harus bersamanya. Jika memang Ana ingin hidup tanpa dia lagi. Namun, dia tak suka cara Ana seperti itu.

Samuel tampak tersenyum menyambut kedatangan Ana. Dia langsung menyuruh Ana masuk ke dalam.

"Silakan duduk! Saya buatkan minuman dulu ya," ucap Samuel dan Ana menunduk patuh.

Samuel langsung masuk ke dalam. Sedangkan Ana tampak melihat sekeliling ruangan apartemen itu. Dia juga sempat melirik ke arah Samuel yang sedang membuatkan orange jus untuknya. Namun, Ana tak menaruh curiga sama sekali.

Setelah selesai membuat, Samuel langsung menghampiri Ana kembali. Dia sudah memasukkan obat perang*sang dosis tinggi ke dalam minuman Ana.

Samuel mulai melancarkan aksinya, mengajak Ana mengobrol.

"Apa sebelumnya, kamu sudah memiliki pengalaman menjadi seorang model?" Tanya Samuel yang kini menatap Ana dengan tatapan tak biasa.

Dia sudah tak sabar, mencicipi tubuh Ana yang terlihat begitu menggoda. Dia juga menyuruh Ana untuk segera minum, dan Ana menurutinya. Dia langsung meminum minuman yang dibuat oleh Samuel.

Dengan beraninya, Samuel mulai mendekati Ana. Dia pindah posisi duduk. Kini berada di sebelah Ana. Dia ingin mulai memberikan sentuhan lembut di tubuh Ana.

"Tubuh kamu sangat seksi. Sangat cocok untuk seorang model. Kulit kamu juga putih bersih," ucap Samuel yang kini mengusap di pipi Ana hingga leher Ana.

Ana mencoba mengigit bibir bawahnya, menahan untuk tidak mende*sah. Tak dapat dia pungkiri, tubuhnya berdesir. Terlebih saat ini dia sedang dalam pengaruh obat perang*sang. Perlahan, matanya terlihat sayu.

"Jangan ditahan, Baby! Apa kamu menginginkannya? Ingin merasakan," bisik Samuel di telinga Ana. Hembusan nafasnya begitu terasa.

Ana berusaha mengontrolnya, untuk tidak terhanyut. Meskipun, dirinya sudah mulai merasa yang tak biasa pada tubuhnya. Kini sentuhan Samuel turun menyentuh bukit kembar Ana.

"Aaahhh, Mister. Saya mohon jangan seperti ini!" Pinta Ana. Suara Ana mulai terdengar lemah, dan seperti menginginkan sesuatu yang lebih.

"Jangan Mister, tolong jangan!" Ana memohon, saat tangan Samuel hendak membuka resleting gaun yang dia kenakan.

"Kamu tak boleh menolaknya! Ini salah satu prosedur yang harus kamu lakukan. Kamu harus bisa memuaskan saya di ranjang," ucap Samuel membuat mata Ana membulat sempurna. Dia begitu terkejut mendengarnya.

Ana hendak beranjak bangkit. Namun, Samuel justru menarik tangan Ana dengan kasar. Membuat Ana terjatuh ke sofa, Samuel langsung mengungkungnya. Membuat Ana terlihat ketakutan. Dia berusaha melawannya.