Anisa menerima kabar pahit dari dokter bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium empat, menandakan betapa rapuhnya kehidupan yang selama ini ia jalani.
Malamnya, ketika Haris pulang dari dinas luar kota, suasana di rumah semakin terasa hampa. Alih-alih menghibur Anisa yang tengah terpuruk, Haris justru membawa berita yang lebih mengejutkan. Dengan tangan gemetar, Anisa membaca surat yang disodorkan Haris kepadanya. Surat yang menyatakan perceraian antara mereka berdua setelah 15 tahun membina rumah tangga.
Ternyata, memiliki kehidupan yang harmonis ekonomi yang bagus, serta anak-anak yang lucu tak bisa mempertahankan sebuah hubungan Anisa dan Haris.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk, simak di Bunda Jangan Pergi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunda 15
Matahari baru saja menampakkan sinarnya di pagi yang cerah. Haris bangun lebih awal dari biasanya, ia memasak sarapan untuk keluarga dan menyiapkan bekal Alvin dan Salsa sebelum berangkat sekolah. Ketika semuanya sudah siap, Haris membangunkan Alvin dan Salsa yang masih terlelap dalam tidur nyenyak mereka.
"Ayo bangun, Nak. Sudah waktunya berangkat sekolah," ucap Haris lembut sambil mengelus kepala kedua anaknya. Alvin dan Salsa pun bangun dengan malas, mereka masih mengantuk dan menyesuaikan diri dengan kehadiran Haris yang kembali ke rumah. Setelah sarapan bersama, Haris mengantar Alvin dan Salsa ke sekolah menggunakan mobilnya. Di tengah perjalanan, mereka bercerita tentang kegiatan mereka selama satu minggu terakhir. Haris mencoba sebaik mungkin untuk menghidupkan suasana, agar anak-anaknya tak merasa kehilangan sosok ibu yang biasanya mengurus mereka.
Sementara itu, di rumah, Anisa terbaring lemah di tempat tidur. Wajahnya pucat dan matahari yang menyinari wajahnya tak mampu memberikan kehangatan. Rayhan, anak bungsu mereka, duduk di samping Anisa sambil memainkan mainan kesayangannya. Dia masih belum tahu kondisi ibunya yang sebenarnya. Ketika Haris kembali dari mengantar Alvin dan Salsa, ia menemukan Anisa sedang batuk-batuk dengan keras.
Haris segera mendekati Anisa dan menepuk punggungnya dengan lembut. Rayhan yang melihatnya tampak bingung dan sedikit takut melihat ibunya batuk begitu keras.
"Apakah Bunda baik-baik saja, Papa?" tanya Rayhan dengan polos. Haris tersenyum kecil sambil mengelus kepala Rayhan.
"Bunda sedang kurang sehat, Sayang. Tapi jangan khawatir, Papa akan menjaga Bunda dan kalian semua." Minggu ini, Haris berusaha keras untuk menjalani peran sebagai ayah dan ibu bagi ketiga anaknya. Dia merawat Anisa, mengurus kebutuhan anak-anak, dan berusaha menjaga suasana rumah tetap ceria.
Namun, di balik semangat yang ia tunjukkan, Haris merasa sedih dan khawatir melihat kondisi Anisa yang semakin hari semakin memburuk. Dalam hati, Haris berjanji pada diri sendiri bahwa dia akan terus berusaha menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya dan menjaga Anisa hingga akhir. Ia tak ingin mengecewakan mereka dan ingin memastikan bahwa keluarga ini tetap utuh meskipun menghadapi cobaan yang berat. Pelayan rumah pun menyiapkan makan siang untuk ketiga anak Haris dan Anisa. Haris, masuk kantor saat siang hari, karena di waktu pagi dia sibuk mengurus anak dan mantan istri nya yang tengah sakit.
Ketika Haris tiba di ruangannya. Dia melihat Tania yang sedang menunggunya. Begitu pintu ruangan terbuka, Tania bergegas berlari ke arah Haris.
"Aku merindukan mu!"Tania berkata sembari memeluk erat tubuh pria yang sangat dicintai olehnya. Haris, tak membalas pelukan itu tetapi justru Haris melepaskan tangan Tania di lehernya.
"Tania, ayo kita akhiri hubungan ini!"Haris berucap dengan suara yang pelan. Netra Tania melebar karena rasa terkejutnya atas ucapan Haris. Tania tak menyangka Haris yang ingin menikahinya bisa mengatakan hal yang membuat hatinya hancur.
"Apa maksud Mas Haris?"tanya Tania dengan suara yang bergetar.
"Mari kita akhir hubungan ini, Tania. Aku tak bisa menikahi mu sekrang,"ucap Haris pelan. Tania terdiam tak menyangka calon suaminya dapat berbicara seperti itu.
"Mas, tunggu!"teriak Tania ketika Haris keluar dari ruangannya untuk menghindari Tania. Wanita itu mengejar hingga sampai ke lobi. Hal tersebut menarik banyak perhatian para karyawan. Tetapi, Haris nampak tak peduli dia terus pergi menuju tempat parkir.
Hari menutup pintu mobil nya dan di mana Tania berusaha meminta Haris untuk membuka pintu mobil tetapi, Haris memilih untuk segera meninggalkan tempat tersebut.
"Mas, tunggu! Mas Haris!"
Tania menatap punggung mobil Haris yang sudah berlalu pergi meninggalkan kantornya sendiri. Sedangkan Tania masih berdiri di tempat parkir dengan perasaan yang hancur karena keputusan Haris.
Minal aidzin walfaizin semua nya 🙏🏿mohon maaf lahir dan batin ❤️
akhirnya km akan meninggal dgn perasaan sakit hatimu ketika anak2mu yg tidak membutuhkan kamu
kurang suka dgn sosok Anisa yg menyerah sebelum berjuang
dasar bapak lucnut dpt daun muda uang sekolah anak2 di abaikan
semoga Anisa sembuh thor