NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Di Nafkahi Istri Karena Suamiku Pemalas

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Cerai / Penyesalan Suami / istri ideal / bapak rumah tangga
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: HRN_18

Kisah ini mengisahkan kehidupan rumah tangga yang tidak lazim, di mana sang istri yang bernama Rani justru menjadi tulang punggung keluarga. Suaminya, Budi, adalah seorang pria pemalas yang enggan bekerja dan mencari nafkah.

Rani bekerja keras setiap hari sebagai pegawai kantoran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Sementara itu, Budi hanya berdiam diri di rumah, menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti menonton TV atau bergaul dengan teman-teman yang kurang baik pengaruhnya.

Keadaan ini sering memicu pertengkaran hebat antara Rani dan Budi. Rani merasa lelah harus menanggung beban ganda sebagai pencari nafkah sekaligus mengurus rumah tangga seorang diri. Namun, Budi sepertinya tidak pernah peduli dan tetap bermalas-malasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HRN_18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 15 Janji Manis Budi

Setelah diterima bekerja di bengkel mobil milik Pak Hendra, Budi merasa seperti terlahir kembali dengan semangat baru. Pagi-pagi sekali ia sudah bersiap untuk memulai hari pertamanya sebagai seorang mekanik.

Rani pun turut berseri-seri melihat perubahan positif pada diri suaminya itu. Dengan hati dipenuhi harap, ia membawakan sarapan sederhana untuk Budi sebelum berangkat kerja.

"Makanlah yang banyak, Bud. Hari ini hari yang penting untukmu memulai karir barumu," ujar Rani sambil tersenyum.

Budi membalas senyum istrinya, "Terima kasih banyak, Ran. Berkat dukungan dan kepercayaan mu lah, aku bisa sampai di titik ini."

Setelah menghabiskan sarapan, Budi bangkit dan memeluk Rani dengan erat. "Aku berjanji padamu, aku akan bekerja semaksimal mungkin di bengkel nanti. Tahap demi tahap, aku pasti bisa menjadi tulang punggung keluarga yang sesungguhnya."

Rani mengangguk dan membalas pelukan Budi. "Aku mempercayaimu sepenuhnya, Bud. Aku tahu kamu pasti bisa."

Budi lalu berangkat menuju bengkel tempatnya bekerja. Sesampainya di sana, ia disambut hangat oleh Pak Hendra selaku pemilik bengkel. Seorang mekanik senior bernama Pak Sopo juga diminta untuk membimbingnya mulai hari itu.

"Saya harap Bapak bisa bekerja dengan baik dan bertanggung jawab ya, Pak Budi. Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti," pesan Pak Hendra ramah.

Budi mengangguk mantap. "Siap, Pak. Terima kasih untuk kesempatan yang diberikan. Bapak tidak akan kecewa telah mempercayakan saya."

Budi lalu memulai pelatihannya memperbaiki mobil di bawah bimbingan Pak Sopo. Meski awalnya terasa asing, namun berkat ketekunan dan usaha kerasnya, perlahan Budi mulai menguasai seluk beluk pekerjaan barunya itu.

Di rumah, setiap kali pulang kerja nanti Budi selalu menyempatkan diri untuk bercerita kepada Rani tentang hari-harinya di bengkel. Bagaimana ia belajar hal baru, bagaimana Pak Sopo dan rekan-rekan sekerjanya, semuanya ia bagi dengan antusias kepada sang istri tercinta.

Mendengar celotehan riang suaminya, Rani merasa bahagia bukan kepalang. Sudah lama sekali ia tidak melihat Budi sesemangat dan sepenuh tekad itu dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.

"Dengan begini, Ran, kita bisa hidup lebih baik lagi ke depannya. Aku janji akan terus meningkatkan kemampuanku di bengkel hingga bisa mendapat penghasilan yang layak," Budi berucap pada suatu malam.

Rani menghampiri Budi dan menggenggam tangannya lembut. "Yang terpenting adalah kamu bahagia dengan pekerjaanmu sekarang, Bud. Aku sudah merasa lega melihatmu mau berusaha seperti ini."

Budi pun membalas genggaman tangan istrinya dan mengangguk mantap. "Aku akan buktikan lagi janji-janji manisku padamu, Ran. Sedikit demi sedikit, tapi pasti."

Kedua insan itu kemudian berpelukan mesra, melambungkan harapan dan cita-cita di masa depan. Sebuah momen kecil namun begitu bermakna bagi keduanya, setelah sekian lama mengarungi jalan terjal dalam kehidupan berumah tangga.

Budi menjalani rutinitas barunya sebagai mekanik bengkel dengan tekun dan bersemangat. Perlahan tapi pasti, ia mulai memahami seluk beluk pekerjaan itu di bawah bimbingan Pak Sopo.

Melihat dedikasi dan kegigihan Budi, Pak Hendra selaku pemilik bengkel merasa sangat puas. Tak jarang ia memuji hasil kerja Budi di hadapan rekan-rekan lainnya.

"Lihat kan Pak Budi itu? Baru beberapa bulan bekerja tapi sudah sangat mahir dan teliti. Kalian harus bisa mencontohnya!" puji Pak Hendra pada suatu hari.

Tentu saja pujian itu membuat Budi merasa tersanjung sekaligus membuatnya semakin bersemangat. Ia berjanji dalam hati untuk terus mengasah keterampilan dan menunjukkan performa terbaiknya.

Di rumah, Rani merasakan perubahan positif yang begitu besar pada sikap Budi. Suaminya itu menjadi jauh lebih bertanggung jawab dan tidak pernah mengeluh meski pulang dalam keadaan lelah.

"Aku bahagia sekali melihat perubahan Budi. Kini ia benar-benar menjadi tulang punggung keluarga seperti yang selama ini aku harapkan," gumam Rani dalam hati.

Pada suatu malam setelah makan malam, Budi mengajak Rani untuk duduk bersama di ruang keluarga. Ada yang ingin dibicarakannya dengan sang istri tercinta.

"Ran, selama ini engkau telah banyak berjuang seorang diri menghidupi keluarga kita," Budi memulai dengan nada serius.

Rani mendengarkan dengan saksama, membiarkan suaminya melanjutkan kalimatnya.

"Tapi mulai saat ini, biarkan aku yang menjadi tulang punggung utama keluarga. Kau tidak perlu memaksakan diri untuk bekerja lagi," lanjut Budi dengan sorot mata penuh tekad.

Rani tercengang mendengar perkataan Budi barusan. "Maksudmu, aku berhenti bekerja dan hanya di rumah saja?"

Budi mengangguk mantap. "Iya, Ran. Aku ingin kau lebih fokus mengurus rumah tangga saja, sementara aku yang akan mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan kita."

Sejenak Rani terdiam memikirkan maksud dibalik ucapan suaminya itu. Dilihatnya Budi menatapnya dengan sorot mata penuh keyakinan. Pria itu benar-benar bertekad mengambil alih perannya selama ini.

"Baiklah kalau itu yang kau inginkan, Bud. Aku akan mengikuti kemauanmu kali ini," balas Rani sambil mengangguk pelan.

Raut wajah Budi sumringah mendengar jawaban istrinya. Ia lalu bangkit dan memeluk Rani dengan erat.

"Terima kasih, Ran. Aku berjanji tidak akan mengecewakan lagi. Mulai sekarang, kita berdua akan saling berbagi peran dan tanggung jawab," ucapnya tulus.

Rani pun membalas pelukan Budi dengan air mata haru menetes di pipinya. Dalam hati ia bersyukur suaminya telah berubah menjadi sesosok kepala rumah tangga sejati yang mau bertanggung jawab.

Rani pun benar-benar berhenti dari pekerjaannya. Rutinitas hariannya berubah menjadi mengurus rumah dan menyiapkan keperluan Budi untuk bekerja. Dengan penghasilan Budi sendiri sebagai tulang punggung keluarga, mereka mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari meski sederhana.

Pada awalnya Rani merasa agak canggung dengan perubahan itu. Namun seiring berjalannya waktu, ia menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga yang membantu menyiapkan segalanya untuk sang suami. Kebahagiaan terpancar di wajahnya melihat bagaimana Budi menepati janjinya untuk benar-benar berubah.

Beberapa bulan berlalu sejak Rani berhenti dari pekerjaannya untuk fokus mengurus rumah tangga. Adapun Budi kini menjadi tulang punggung keluarga dengan tekun menjalani profesinya sebagai mekanik bengkel.

Kehidupan mereka mulai teratur dengan pembagian peran yang jelas. Pagi-pagi sekali, Rani sudah sibuk menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk Budi. Sementara Budi berangkat ke bengkel dengan semangat untuk bekerja keras mencari nafkah.

Hubungan keduanya pun kian membaik dan harmonis. Rani sangat menghargai perjuangan Budi dalam mengais rezeki untuk keluarga. Begitu pula sebaliknya, Budi merasa terbantu dengan kepiawaian Rani mengurus rumah tangga.

Tak jarang di malam hari, keduanya duduk bersama untuk membicarakan anggaran keuangan bulanan atau merencanakan masa depan.

"Keuangan kita sedikit lebih longgar sekarang, Ran. Aku akan mulai menabung untuk membeli rumah sendiri kelak," ujar Budi pada suatu malam.

Rani mengangguk antusias mendengar ide suaminya. "Ide bagus, Bud! Dengan usaha dan kerja kerasmu, aku yakin kita bisa mewujudkan impian itu suatu hari nanti."

"Tapi aku tidak bisa melakukannya sendirian, Ran. Kau juga bagian penting dalam semua ini," Budi meraih tangan istrinya dan menggenggamnya erat.

"Kita berjuang bersama-sama. Saat aku mencari nafkah, kau adalah tumpuan dan penyemangatku untuk selalu berusaha. Kita saling melengkapi satu sama lain," Budi melanjutkan dengan sorot mata penuh cinta.

Terharu mendengar penuturan Budi, Rani balas menggenggam tangan suaminya itu. Air mata bahagia mengalir membasahi pipinya.

"Kau benar, Bud. Kita adalah partner yang saling mendukung dan menyemangati. Dulu aku begitu pesimis dengan sikapmu. Tapi lihatlah sekarang, kau telah berubah menjadi kepala keluarga idamanku," Rani berucap tulus.

Mereka kemudian saling berpelukan erat, membayangkan masa depan indah yang menanti. Mimpi memiliki rumah sendiri perlahan mulai tergambar di pelupuk mata. Sebuah kebahagiaan sederhana yang selama ini mereka dambakan.

"Terima kasih untuk semuanya, Ran. Aku berjanji akan terus bekerja keras agar kita bisa hidup lebih baik lagi," bisik Budi di telinga istrinya.

Rani mengangguk dan tersenyum bahagia. "Aku selalu mendukungmu, Bud. Selama saling mencintai, kita pasti bisa melewati semua rintangan."

Sejak saat itu, baik Budi maupun Rani seakan menemukan kembali alasan untuk berjuang dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Cinta dan pengertian mengikat mereka dalam ikatan kuat nan kukuh menghadapi segala rintangan ke depannya.

1
HRN_18
🔥🔥🔥🔥
Diamond
Jalan ceritanya keren abis.
Oralie
Author, kapan mau update lagi nih?
HRN_18: sabar ,😩
total 1 replies
SugaredLamp 007
Menghanyutkan banget.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!