NovelToon NovelToon
SKUAT INDIGO 2

SKUAT INDIGO 2

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / spiritual / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: David Purnama

Amelia dan Akbar kembali berpetualang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 RENCANA PAGI

Di terik jalanan ibu kota. Lampu merah menghentikan laju mesin-mesin besi. Akbar meminta bertukar posisi. Kini Guntur yang berada di balik kemudi.

“Kamu harus percaya padaku. Dengarkan kata-kataku baik-baik. Jangan membantah”, kata-kata yang keluar dari mulut Akbar kepada Guntur.

“Kamu pulanglah. Tidak usah kebut-kebutan. Aku akan menyelesaikan ini seorang diri”, lanjut Akbar.

“Tapi...”, belum sempat Guntur menyelesaikan sanggahannya Akbar sudah keluar dari mobil sembari membanting pintunya. “Pergilah”, katanya.

Guntur melajukan mobilnya perlahan. Akbar sudah menghilang dari pandangannya bersama bergeraknya motor-motor setelah diperintah rambu lampu hijau tanda untuk berjalan.

Akbar tahu betul tentang apa permasalahan yang sedang dihadapinya kali ini. Orang yang berpapasan dengan dirinya dan Guntur ketika masuk ke minimarket sebelum pergi ke Puncak adalah orang yang sama ia temui 4 tahun lalu ketika ia berpapasan dengan orang itu di sebuah rumah sakit elite di Jakarta. Akbar juga yakin dialah orang yang mengempeskan ban mobil Guntur sehingga mereka terlambat untuk sampai ke kediaman Bapak. Dimana waktu itu dimanfaatkan oleh orang itu untuk menghabisi seluruh penghuni rumah yang hadir pada malam itu. Kini tinggal dirinya yang belum mati. Akbar yakin cepat atau lambat orang itu akan datang kepadanya. Ini adalah tentang balas dendam.

Ada sebuah alasan kenapa orang itu sengaja memisahkan Akbar dengan teman-temannya. Jika saja ia hadir lebih awal dan bersama dengan teman-temannya pasti hasilnya akan berbeda. Orang itu tahu betul akan kemampuannya jika ia harus berhadapan dengan Akbar dan Ridwan sekaligus. Perkiraan Akbar orang itu sedang menghimpun kembali kekuatannya untuk kemudian kembali menantang maut. Kini tugas pertama Akbar adalah ia harus mencari tahu tentang Ajian Cakar Elang yang telah diutarakan oleh Pak Jan. Ia tak ingin berakhir mengenaskan seperti kawan-kawannya.

Hari itu Akbar masih berada di Jakarta. Ia sedang menunggu berita untuk menentukan langkah selanjutnya. Seharian itu ia berpindah-pindah tempat. Dari satu warung kopi ke warung makan yang lainnya. Ia mendatangi tempat-tempat kecil yang terdapat media TV/elektronik lainnya. Akhirnya kabar yang ia tunggu-tunggu muncul. Di hari itu semenjak pagi sudah ramai diberitakan tentang pembunuhan satu keluarga beserta tamu yang berkunjung di sebuah rumah atau vila yang terletak di kawasan puncak Bogor. Akbar tersenyum melihat berita sore itu di televisi. Aparat penegak hukum telah menetapkan tersangka untuk pembunuhan sadis itu. Wajah Akbar terpampang dengan jelas di sana. Kini jelas sudah bagaimana ia harus menyikapi dan mengambil keputusan dalam perkara ini. Ia masih bisa bersyukur sahabatnya Guntur tidak terseret dalam kasus ini.

Akbar mengurungkan niatnya untuk kembali menemui Pak Jan. Bisa-bisa orang tua itu malah memanfaatkan situasi dengan menyerahkannya ke pihak kepolisian. Akbar petang itu sudah berada di terminal. Ia masih memilah-milah bus mana yang akan ia tumpangi dan kemana tujuannya berikutnya.

Sebuah bangku panjang yang terbuat dari besi yang sudah berkarat dan lapuk. Akbar memilih duduk sendiri di bangku yang tidak terjangkau oleh sorotan lampu untuk menyendiri. Selain memikirkan rencana kedepannya dalam situasinya kini tak bisa dipungkiri perasaan sedih acap kali datang begitu saja melalui ingatan-ingatannya terhadap teman-temannya. Seperti baru kemarin ia merasakan jalan berdua dengan Amelia gadis yang dulu waktu kecil sering ia takut-takuti. Kebersamaan dengan Amelia yang terasa begitu intim. Gadis kecil yang tumbuh menjadi sosok perempuan cantik dan menyenangkan. Sebuah interaksi yang sudah tak lagi diharap-harapkan oleh Akbar diusianya yang sekarang.

Sebuah tepukan di bahu Akbar menghentikan lamunannya. Ia tahu siapa sosok yang menyapanya itu. Syukurlah pikir Akbar ia benar-benar tidak seorang diri.

“Pergilah ke Alas Timur. Cakar Elang tidak akan berguna di sana. Di sana kamu bisa dengan mudah mengalahkan anak itu”, kata sosok itu kepada Akbar.

“Anak?”, tanya Akbar.

“Dia itu masih bocah. Dia anaknya Ki Sumo. Sepertinya dia ingin menuntut balas kepada kita”, jelas sosok itu.

Akbar benar-benar tertolong dengan saran itu. Sosok itu adalah Buyut kodam pendamping Ridwan. Buyut mengetahui seluk beluk ajian yang digunakan oleh si pembunuh. Dan menceritakan akan hal itu kepada Akbar semua yang diketahuinya. Keadaan Buyut pun terbilang parah. Ini mengindikasikan kuatnya ajian yang digunakan oleh anak Ki Sumo tersebut. Buyut kehilangan lengan kirinya dalam pertempuran berdarah malam itu.

Bujang itu benar-benar mencerna semua penjelasan yang diberikan oleh kodam sakti itu. Setiap kalimat, kata demi kata ia cermati benar. Informasi itu adalah modal baginya untuk menentukan langkah dan rencananya selanjutnya guna memenangkan pertarungan yang tengah menantinya. Malam itu juga Akbar memutuskan untuk kembali ke Jogja.

Dalam perjalanannya itu ia melakukan sesuatu yang berisiko. Akbar melakukan astral projection atau raga sukma. Karena kepentingan yang mendesak mau tidak mau ia harus melakukannya saat itu juga di dalam kendaraan umum yang sesak orang. Ia meninggalkan badannya di tempat yang terbuka jikalau ada yang ingin bermaksud jahat kepadanya. Ia berharap tidak ada gangguan ketika ia pergi. Jika pun ada justru masalah yang ditimbulkan malah akan lebih geger lagi karena Akbar menyuruh Kera Putih Raksasa untuk menjaga raganya selama ia pergi. Meski sudah berhubungan baik tapi tetap saja kodamnya itu adalah sosok yang liar dan sangat buruk perilakunya.

Pagi itu Akbar sudah tiba di kota kesayangannya dengan selamat. Ia lantas pergi ke perempatan jalan favoritnya ketika pagi hari di sana. Ia berjejal dengan kerumunan orang-orang lainnya untuk mengantri soto kesukaannya. Sambil menikmati sarapan paginya Akbar juga sedang menunggu seseorang. Tak berapa lama akhirnya orang yang dinantikannya itu tiba. Dia tidak lain adalah Guntur sahabatnya. Ada pesan penting yang ingin disampaikan Akbar kepadanya. Sayangnya Guntur tidak datang seorang diri. Ia datang bersama dengan seorang perempuan yang pastinya tadi malam menjadi teman kencannya. Guntur yang melihat sahabatnya langsung saja datang menghampiri.

“Wes rampung Bar? Cepet men (Sudah selesai Bar urusannya? Cepat sekali)”, sapa Guntur dan wanita yang dibawanya duduk menemani Akbar.

“Bajingan. Kowe tak kon mulih malah dolan ning Sarkem (Bejat. Kamu aku suruh pulang malahan langsung main ke Pasar Kembang)”, jawab Akbar.

Akbar meminta Guntur untuk berbicara empat mata dengannya. Akbar menjelaskan kepada kawannya itu apa-apa saja yang harus dilakukannya untuk membantu misinya kali ini.

Dilibatkan dalam petualangan yang penuh ketegangan Guntur pun sangat antusias. Setelah Akbar selesai menyampaikan pesannya ia pun pergi begitu saja dan tak mengatakan kepada kawannya itu kemana ia akan pergi.

“Tur. Sotoku bayarno yo (Tur. Soto punyaku kamu yang bayarin ya)”, begitulah salam pamit Akbar kepada Guntur.

Soto di perempatan jalan itu adalah tempat favorit mereka berdua dari dulu. Akbar sudah tahu betul kemana jika ingin menemui sahabatnya itu di jam sarapan pagi. Kemungkinan untuk meleset tidak bertemu sangatlah kecil. Soto di sana sangatlah spesial. Tidak hanya dari segi rasa dan toping-topingnya tapi juga dari segi penampilan. Lokasinya dekat dengan SMA khusus putri. Jalan itu adalah lalu lalang bagi para pelajar sekolah itu untuk berangkat menuntut ilmu. Pelajar-pelajar itulah yang sering diperhatikan dan dinilai penampilannya oleh mereka berdua.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!