NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:231.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Makan Malam Bersama Kakek Berto

Danzel menatap lembut wajah Luna yang masih tertidur. Hari ini, Danzel bangun terlebih dahulu dari Luna. Hal itu sengaja dia lakukan. Dia ingin melihat wajah cantik Luna yang sedang terlelap. Seluas senyum terbit di bibirnya.

"Aku senang melihatmu tenang seperti ini. Tapi, kau yang cerewet juga buat ku senang," gumam Danzel. Tangannya terulur hendak menyentuh pipi Luna. Namun, Luna tiba-tiba mengerang pelan dan perlahan membuka mata.

Hal itu membuat Danzel dengan cepat menarik tangannya dan berpura-pura tidur.

Luna mengerjabkan pelan matanya. Dia kemudian berbalik menghadap Danzel yang berbaring membelakanginya.

"Danzel masih tertidur. Pasti dia sangat kelelahan," ucap Luna pelan. Dia bisa melihat, sebanyak apa pekerjaan Danzel semalam. Tiba-tiba Luna merasa bersalah pada Danzel. Pekerjaan Danzel begitu banyak, dan dia tidak pernah membantu, dan malah sering mengusik lelaki itu. Dia juga belum menyelesaikan dokumen yang terkena tumpahan jus tiga hari lalu.

Luna mendekati lelaki itu dan memeluknya dari belakang. "Maafkan aku, ya? Aku bukannya ingin mengusikmu atau berniat membuat pekerjaanmu menumpuk. Aku hanya ingin kau melihatku sebagai istrimu. Walaupun caraku menurutmu salah," ucap Luna.

Gadis itu menarik nafasnya panjang, lalu melepas pelukannya. Dia menuruni ranjang dan langsung menuju dapur setelah kembali dari kamar mandi.

Danzel perlahan membuka matanya. Ini bukan pertama kalinya dia mendapat pelukan dari Luna. Dan rasa nyaman itu semakin ia rasakan.

***

Luna menatap dokumen Danzel yang tak sengaja ia rusak beberapa hari lalu. Jujur, dia sedang tidak fokus. Pikirannya sedang tertuju pada bibi Marry, bibi Berna, dan pak Wang yang sedang berkebun bersama.

Tadi, dia sudah berada di halaman belakang bersama kedua artnya itu. Tapi, Danzel tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk segera menyelesaikan dokumen yang sempat dirusaknya.

"Danzel, bisakah aku istirahat? Hari ini libur. Begitu juga besok. Apa dokumen ini tidak bisa ditunda?"

"Tidak bisa!" jawab Danzel tanpa menatap Luna.

Luna menarik nafasnya. "Hari libur seharusnya bersenang-senang. Bukan bekerja."

"Apa kau tidak bisa diam? Aku sedang fokus bekerja."

"Aku bosan berada disini. Jadi, biarkan aku keluar ya? Jika aku keluar, kau tidak akan terganggu. Aku berjanji, bagaimana pun juga, aku pasti akan menyelesaikan dokumen ini. Kau akan menerimanya besok."

"Tidak! Kau tidak boleh kemana-mana. Dan aku membutuhkan dokumennya hari ini. Bukan besok!"

Wajah Luna langsung berubah ditekuk. Dengan perasaan terpaksa, Luna mulai mengerjakan dokumen tersebut. Sementara Danzel, laki-laki itu diam-diam memperhatikan Luna. Dia sangat ingin tertawa melihat wajah Luna. Tapi, dengan sekuat tenaga dia menahannya.

Sebenarnya, dokumen tersebut memiliki salinannya. Danzel sengaja menekan Luna menyelesaikan dokumen tersebut. Dia tidak ingin Luna berkebun bersama yang lain. Dia ingin Luna terus berada di dekatnya.

Luna kembali menarik nafasnya panjang. Mengerjakan sesuatu tapi pikirannya ke tempat lain, sangat menyiksa dirinya. Tapi, untuk hal ini dia tidak bisa membantah Danzel.

"Kalau kau cepat menyelesaikannya, kau bisa cepat kekuar dari sini."

Seketika mata Luna berbinar cerah. Gadis itu bengun dan langsung mendekati Danzel.

"Apa yang kau katakan benar?"

"Hmm."

"Terima kasih," ucap Luna kesenangan, dan langsung memeluk Danzel. "Kau memang suami yang baik," ucapnya, namun tak dibalas Danzel. Meski begitu, dia tak menolak pelukan Luna.

Setelah merasa puas, Luna melepaskan pelukannya. Semangatnya untuk menyelesaikan dokumen tersebut meningkat pesat.

Setelah hampir 3 jam menyelesaikan pekerjaannya tersebut, Luna akhirnya bisa bernafas lega.

"Danzel, aku sudah selesai. Tinggal tanda tangannya saja," ucap Luna, sambil menyodorkan dua dokumen pada Danzel. Danzel meraihnya dan membacanya sekilas.

"Bagaimana? Apa aku boleh keluar sekarang?"

"Pergilah!"

Tanpa mengatakan apapun lagi, Luna langsung berjalan keluar dengan girang. Sementara itu, Danzel mengetikkan sesuatu di handphone dan mengirimkannya pada pak Wang. Kemudian dia bangkit dan ikut berjalan keluar.

Pak Wang dan Bibi Marry juga Bibi Berna yang sudah selesai berkebun dan beristirahat sejak sejam lalu pun kembali berkebun. Semua itu atas permintaan Danzel yang mengirimkan pesan pada Pak Wang. Mereka berpura-pura jika pekerjaan mereka belum selesai, sesuai permintaan Danzel.

"Apa aku boleh bergabung?" tanya Luna yang membuat ketiga orang itu menoleh.

"Nyonya? Kenapa anda di sini?" tanya Bibi Marry.

"Anda sebaiknya kembali, Nyonya. Tuan akan marah melihat anda disini," ucap Pak Wang.

"Jangan khawatir. Danzel sudah mengizinkanku," ucap Luna dengan senyum ceria.

"Kalian ini kenapa? Biarkan Nyonya ikut bersama kita," celetuk Bibi Berna. Membuat Luna mendekat dan langsung ikut bergabung. Bibi Berna langsung menatap ke arah belakang Luna, kemudian mengangguk pada orang yang ditatapnya, yang merupakan Danzel.

Setelah hampir 15 menit menatap Luna dari jarak yang cukup jauh, Danzel pun mendekat. Dia duduk di kursi panjang tak jauh dari tempat Luna dan yang lain.

"Danzel? Kau disini?" Luna cukup terkejut saat melihat Danzel berada di dekat mereka.

"Kenapa?" balas Danzel bertanya dengan nada dibuat sedikit ketus.

"Jangan ketus sama istri," balas Luna, kemudian lanjut bekerja. Meladeni Danzel sekarang hanya akan membuatnya kesal dan moodnya menjadi buruk.

Danzel benar-benar tak melepas tatapannya dari Luna. Ketika dia menyadari keringat bercucuran di pelipis Luna, dan menyadari matahari semakin terik, Danzel tiba-tiba menghentikan kegiatan mereka.

"Sekarang kalian berhenti! Luna, ayo!"

"Hah? Aku? Kemana?"

"Waktumu bersama mereka habis! Kau harus ke ruanganku!"

"Untuk apa? Bukankah aku—"

"Dokumen tadi satunya tidak selengkap dokumen awal."

Luna menarik nafasnya dan menghembuskannya. Dia tidak membantah dan mengikuti suaminya.

"Di bagian yang mana salahnya?"

Danzel tak menjawab. Dia malah melemparkan tissue pada Luna. "Bersihkan keringatmu! Aku tidak suka ruanganku bau keringat."

Luna menatapnya dan mendengus pelan. Danzel hari ini sangat menjengkelkan. Walaupun begitu, Luna tetap menuruti ucapan Danzel.

"Ini! Kau salah di bagian ini." Danzel menunjukkan bagian yang salah. Luna mendengus pelan, kemudian mulai mengerjakannya.

Danzel keluar dari ruangan itu, meninggalkan Luna yang duduk di sofa, mulai mengerjakan kembali dokumen tersebut. Tapi tak lama, dia kembali sambil membawa satu botol minuman dingin. Dia duduk di sofa, tepat disebelah Luna.

"Kerjakan dengan benar," ucapnya. Luna meliriknya sekilas kemudian kembali mengerjakan dokumen tersebut.

Danzel membuka tutup botol minuman tersebut dan meletakkannya di meja yang berada tepat di depan Luna. Setelah itu, dia beranjak berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Kau mau kemana?" tanya Luna.

"Bukan urusanmu!"

"Minuman—"

"Kau minum saja!" ucapnya kemudian keluar.

Luna menatap minuman tersebut, lalu tersenyum. Entah kenapa, dia merasa Danzel memberikan perhatian padanya.

"Jika benar semua ini adalah bentuk perhatianmu padaku yang kau sembunyikan, maka aku sangat bahagia. Dan aku akan lebih bahagia jika kau mengakui apa yang kau rasakan padaku."

***

Malam hari, Danzel dan Luna memenuhi undangan makan malam dari Kakek Berto. Luna tampil cantik menawan, begitu juga Danzel yang selalu tampan dalam keadaan apapun.

"Kakek senang kalian datang," ucap Kakek Berto, memeluk Danzel, kemudian bergantian memeluk Luna.

Danzel tersenyum tipis pada sang Kakek. Namun, wajahnya langsung berubah dingin saat matanya menatap Reno, sepupunya, cucu dari sepupu Kakek Berto. Laki-laki itu sedang menatap Luna yang sedang berbincang pendek dengan Kakek Berto.

"Ayo, silakan duduk," ucap Kakek Berto pada Luna dan Danzel. "Oh ya, Luna. Ini Reno, sepupu Danzel. Dia cucu dari adik sepupu Kakek."

Luna menatap ke arah Reno sambil tersenyum, yang juga dibalas senyum oleh Reno. Laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Luna, memperkenalkan diri.

"Aku Reno," ucapnya.

"Aku Luna, salam kenal," ucap Luna membalas uluran tangan Reno. Tapi, Reno yang tak kunjung melepas tangannya membuat Luna risih. Gadis itu menarik tangannya hingga genggaman Reno terlepas.

"Maaf, aku tidak bermaksud kurang ajar. Aku hanya terpesona melihat wanita cantik seperti mu," ucap Reno, memasang wajah bersalah, yang dibalas senyum paksa oleh Luna.

"Tidak apa-apa. Tapi, lain kali jangan ulangi! Bahkan pada wanita manapun. Kau akan terlihat sangat tidak sopan melakukan itu," balas Luna, membuat Kakek Berto tersenyum mendengarnya. Dia setuju dengan jawaban Luna. Reno harus sering-sering dihadapkan dengan wanita-wanita berwatak seperti Luna, agar anak itu tahu, tidak semua wanita bisa dia permainkan.

Sementara itu, Danzel menatap sengit Reno. Sejak dulu, dia memang tidak begitu menyukai sifat Reno. Dan sekarang, dia semakin tidak suka karena terang-terangan menunjukkan ketertarikkannya pada Luna.

Kakek Berto memulai acara makan malam kecil-kecilan itu. Kakek Berto dan Luna berbincang pendek sambil menikmati makan malam. Reno juga sesekali ikut berbincang. Tapi, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di meja makan itu dengan menatap Luna.

Sementara Danzel, laki-laki itu sudah dipenuhi marah. Dia benar-benar marah pada Reno yang tak henti-hentinya menatap Luna. Bahkan, dia sampai mencengkram erat sendoknya untuk menyalurkan emosi.

"Danzel? Ada apa? Kenapa kau hanya mengaduk-aduk makananmu?" tanya Kakek Berto, membuat Danzel menoleh ke arahnya.

"Tidak ada, Kek," balasnya, lalu menyendokkan makanan ke mulutnya. Jujur, dia tidak berselera untuk makan sekarang. Tapi, demi menghormati Kakek Berto, dia akan memakannya.

"Apa kau tidak suka makanannya?" bisik Luna pada Danzel.

"Suka," balas Danzel ikut berbisik.

"Oh ya, Luna. Bagaimana? Apa sudah ada tanda-tanda?" tanya Kakek Berto.

"Tanda-tanda? Maksud Kakek?" tanya balik Luna. Gadis itu menatap Kakek Berto dengan kening sedikit berkerut.

"Maksud Kakek, apa kau sudah ada tanda-tanda hamil?"

Deg!

Luna dan Danzel sama terdiam. Luna menoleh pada Danzel sekilas, kemudian kembali menatap Kakek Berto.

"Maaf, Kakek. Belum ada tanda-tanda Luna hamil," jawab gadis itu sambil tersenyum.

Kakek Berto mengangguk. Terlihat raut kecewa di wajah yang mulai keriput itu.

"Tidak apa-apa. Kakek hanya bertanya. Tapi, Kakek harap kau dan Danzel terus berusaha. Kakek sangat ingin segera menggendong cicit Kakek."

"Iya, Kek," jawab Luna.

"Aku juga akan memberikan cicit untuk Kakek," celetuk Reno.

"Hehehe... Kau bisa saja. Menikah saja belum," ucap Kakek Berto sambil terkekeh.

"Aku akan segera menikah, Kek. Aku sudah menemukan calon istri yang tepat untukku."

"Syukurlah. Terima kasih, Tuhan. Akhirnya engkau sadarkan juga anak nakal ini," ucap Kakek Berto membuat Reno terkekeh. Namun, matanya tak henti menatap ke arah Luna.

Perbuatan Reno tak lepas dari tatapan Danzel. Lelaki bersifat dingin itu tidak bisa memadamkan amarahnya pada sang sepupu. Dia benar-benar tidak suka Reno terus menatap Luna seperti itu.

"Danzel, bagaimana denganmu? Luna sudah setuju untuk segera memberikan cicit untuk Kakek. Kakek ingin mendengarnya darimu."

"Akan aku usahakan," balas Danzel pelan. Mencoba untuk membuat Kakeknya tidak menyadari jika dirinya sedang menahan amarah. Jujur, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa pertanyaan sang Kakek. Pikiran dan hatinya sedang dipenuhi amarah pada sang sepupu.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!