"Hangatkan tubuhku. Only one night."
Sebuah kalimat yang mengubah seluruh kehidupan Leon dan Bianca yang bertemu di Paris secara kebetulan.
Pertemuan singkat yang awalnya sebatas di Paris saja, siapa sangka berlanjut hingga saat keduanya kembali ke Indonesia.
Keduanya dipersatukan dengan status yang berbeda. Atasan dan bawahan. Hal tersebut membuat Leon memanfaatkan wewenangnya untuk bertindak dan bertingkah agresif kepada Bianca yang diam-diam telah mencuri ciuman pertamanya di Paris.
🫧🫧🫧
Halo semua! Ini novel terbaru Kak Shen. Yuk kepoin! 💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perempuan Itu Harus Agresif
...“Emangnya masih zaman nungguin cowo yang inisiatif? Terkadang, perempuan itu harus lebih agresif untuk memancing laki-laki.” – Leonidas Salvatore...
“Gue dapet laporan dari perawat yang bertugas.” Suara lembut Bella terdengar serius. Wanita berambut hitam lurus separas bahu itu menatap lawan bicaranya yang kini duduk di sebrang meja yang ia tempati.
“Ck!” Bella menyilangkan kedua tangannya ke dada sembari memutar kedua bola matanya dengan penuh kekesalan. “Ngapain sih dia datang pukul 10 malam dengan pakaian serba hitam?”
“Lo tau? Ada sesuatu yang dia sembunyikan dalam kantong jaketnya saat perawat masuk ke dalam ruangan,” imbuh Bella sambil menghela nafas kasar.
“Mungkin dia datang karena rindu—”
“Heh, Leon. Kalau rindu, seharusnya jagain suami yang sakit 24 jam! Ini dia datang cuma seminggu sekali bahkan gerak geriknya aneh. Apaan coba yang dia sembunyiin di kantong jaketnya? Yah … seharusnya sih nggak masalah kalau istri menjenguk suami yang sakit, tapi— … argh!!!” wanita yang mengenakan jas putih dokter itu mengepalkan kedua tinjunya secara bersamaan dengan wajah mengeram kesal menahan amarah.
“I think she wanna kill her husband,” celetuk Bella tanpa basa basi sambil menyambar Iced Caramel Macchiato yang ia pesan. Ia menyeruput minuman tersebut dengan penuh kekesalan. Terlebih lagi saat memikirkan kelakuan istri Reinhard yang gila itu!
Leon meraih gelas kertas yang berisikan Hot Cappucino. Ia menyeruput minuman tersebut dengan perlahan-lahan sembari berfikir. Ternyata bukan dia saja yang merasakan ada yang aneh dari gerak gerik kakak iparnya. Bahkan Bella saja bisa merasakannya.
“Haaa …,” Bella menghela nafasnya sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ia menatap ke arah gelas minuman yang ia pesan dengan tatapan yang kosong.
“Kenapa sih Kak Rein harus nikah sama perempuan matre itu!” gerutu Bella tak puas hati.
“Blame yourself!” sembur Leon tiba-tiba, “kalau lo nggak mikirin gengsi dan ungkapin perasaan dari dulu, pasti Kak Rein nggak bakalan nikah sama orang lain.”
“The stupid thing is, lo terlalu mengedepankan gengsi—”
“Heh! Di mana-mana, cowo duluan yang ungkapin perasaan. Masak gue yang dikenal sebagai temen deket adeknya tiba-tiba ngungkapin perasaan? Di mata Kak Rein, gue itu nggak lebih dari bocah ingusan yang ngintilin adeknya ke mana-mana,” potong Bella kesal.
“Emangnya masih zaman? Nungguin cowo yang inisiatif?” kekeh Leon sembari mengingat kembali pertemuan konyol antara ia dan Bianca di Paris. “Terkadang, perempuan itu harus lebih agresif untuk memancing laki-laki.”
“Kalau nggak agresif, cowo nggak bakalan peka. Lo tau sendiri kalo cowo itu makhluk yang bodo amat.”
“Brisik! Mending lo fokus ke Kak Rein. Gue saranin ada yang jagain dia biar si brengsek itu nggak macem-macem sama Kak Rein. Lo tau sendiri ‘kan kalo si Anya nggak suka liat gue, tapi lo malah tugasin gue buat mantau perkembangan Kak Rein, yah gue sih senang. Tapi gue nggak mau lah, jadi pelakor,” papar Bella.
"Gue malah berharap lo jadi pelakor," seloroh Leon sambil terkekeh, "karena lo emang cocok jadi pelakor."
"Sialan," umpat Bella menatap tajam ke arah Leon.
Bella Stephanie. Wanita yang berprofesi sebagai seorang dokter itu mendadak kesal saat Leon kembali menyalahkan dirinya yang tidak bergerak cepat. Yah … baginya wanita itu harus mengedepankan gengsi. Tapi karena gengsi itu lah yang membuat dirinya terpaksa menjomblo hingga usia yang seharusnya sudah memiliki anak itu. Setiap kali orangtua atau orang terdekat bertanya padanya tentang ‘kapan nikah?’, ia selalu bisa berdalih dengan fokus pada karier kedokterannya sehingga ia tak begitu memikirkan pasangan. Padahal, jauh di lubuk hatinya, ada cinta pertama yang tak tergantikan dalam hidupnya. Itulah kenapa sampai saat ini ia masih sulit menemukan seseorang yang persis seperti cinta pertamanya.
...🫧🫧🫧...
Bianca menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Ia membentangkan kedua tangannya sembari menatap lurus ke langit-langit kamar. Pikiran dipenuhi tanda tanya yang tak kunjung terpecahkan. Bahkan ia penasaran, seperti apa rupa Bella yang Leon temui saat itu?
Bianca meraih ponselnya dan ia bergegas telungkup sembari membuka aplikasi sosial media. Ia mencari nama ‘Leon Salvatore’. Tak membutuhkan waktu yang lama, ia langsung menemui akun pria itu.
“Ck! Banyak juga pengikutnya,” celetuk Bianca saat melihat pengikut pria itu mencapai 200 ribu pengikut di sosial media.
Tapi matanya menatap penasaran pada orang yang pria itu ikuti. Pasalnya, dia hanya mengikuti 2 orang? Kenapa sedikit sekali? Siapa 2 orang itu?
Untuk melepas rasa penasarannya, Bianca mencari tahu siapa 2 orang itu dengan menekan angka 2 pada keterangan ‘following’. Seketika matanya terbelalak. Jantungnya berdetak dengan kencang bahkan darahnya mendadak mendidih seketika saat melihat nama yang tak asing baginya.
“Bella yang tadi, ‘kan?” gumam Bianca lirih. Selain akun Reinhard Salvatore, Leon juga mengikuti akun sosial media milik Bella.
“Katanya nggak percaya wanita? Terus … Bella bukan wanita?” geram Bianca saat melihat foto-foto yang di unggah oleh Bella di akun sosial medianya.
Meskipun Bianca tak melihat satu pun foto Leon di akun sosial media milik Bella, entah kenapa ia begitu yakin bahwa ada sesuatu antara mereka berdua. Buktinya, Leon mengikuti Bella di sosmed. Bahkan, pria itu langsung pergi meninggalkan dirinya saat menerima panggilan dari wanita yang bernama ‘Bella’ itu.
“Haaa ….” Bianca membalikkan layar ponselnya ke atas kasur. Kemudian ia membenamkan wajahnya ke atas bantal.
Ternyata firasatnya tak salah. Bukankah aneh jika mendapatkan seorang pria yang sempurna tanpa pengorbanan apa-apa? Bahkan lebih aneh lagi pria itu yang malah mengejar-ngejarnya dengan alasan yang tak masuk akal. Sudah jelas yang pria itu kejar bukanlah hatinya, melainkan tubuhnya hanya untuk kepuasan sesaat.
“Diselingkuhi. Dikhianati. Dan … dipermainkan. Bianca, Bianca.”
...🫧🫧🫧...
...BERSAMBUNG…...
semangat terus🥰💪