Alina, seorang gadis lugu yang dijebak kemudian dijual kepada seorang laki-laki yang tidak ia kenali, oleh sahabatnya sendiri.
Hanya karena kesalahan pahaman yang begitu sepele, Imelda, sahabat yang sudah seperti saudaranya itu, menawarkan keperawanan Alina ke sebuah situs online dan akhirnya dibeli oleh seorang laki-laki misterius.
Hingga akhirnya kemalangan bertubi-tubi menghampiri Alina. Ia dinyatakan positif hamil dan seluruh orang mulai mempertanyakan siapa ayah dari bayi yang sedang ia kandung.
Sedangkan Alina sendiri tidak tahu siapa ayah dari bayinya. Karena di malam naas itu ia dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat pengaruh obat bius yang diberikan oleh Imelda.
Bagaimana perjuangan seorang Alina mempertahankan kehamilannya ditengah cemoohan seluruh warga. Dan apakah dia berhasil menemukan lelaki misterius yang merupakan ayah kandung dari bayinya?
Yukk ... ikutin ceritanya hanya di My Baby's Daddy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkunjung Ke Hotel
Alina mencoba membiasakan telinga dan hatinya untuk menghadapi semua hinaan serta cercaan yang akan terus menghiasi kehidupannya.
Apalagi ketika para tetangga julid melihat perut Alina yang semakin membesar kemudian melahirkan tanpa seorang suami, gadis itu sangat yakin suara mereka pasti akan lebih menyakitkan dari ini.
Alina berjalan dengan cepat sembari menulikan indera pendengarnya. Ia mencoba untuk tidak peduli apapun yang mereka katakan terhadap dirinya.
"Ucapkan apapun yang membuat hati kalian senang, selama kalian tidak menyentuh tubuhku dan selama aku tidak meminta makan kepada kalian semua, maka aku tidak peduli," gerutu Alina.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Alina keluar dari gang perkumpulan tetangga julidnya. Gadis itupun bisa menghembuskan napas lega dan melangkahkan kakinya dengan perlahan.
"Tinggal cari tukang ojek," gumam Alina sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Beruntung Alina menemukan beberapa tukang ojek yang sedang nongkrong di pangkalan, yang letaknya tidak jauh dari tempat Alina berdiri. Alina menghampiri tukang ojek tersebut kemudian meminta kepada salah satu dari mereka untuk mengantarkannya ke hotel.
Singkat cerita, Alina tiba di depan hotel megah tersebut. Setelah membayar jasa si tukang ojek, ia pun bergegas memasuki bangunan megah yang menjulang tinggi di hadapannya.
Alina nampak kebingungan saat berada di dalam sana. Ia bingung harus meminta informasi kepada siapa. Di tengah-tengah kebingungannya, seorang security menghampiri Alina sambil tersenyum hangat.
"Ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya Security hotel.
Alina nampak ragu, tetapi karena ini sangat penting baginya dan juga bayi yang sedang ia kandung, Alina pun menceritakan semua maksud dan tujuannya berkunjung ke hotel tersebut kepada Security.
"Saya hanya ingin tahu kamar itu dipesan atas nama siapa? Tolonglah saya, saya benar-benar membutuhkan informasi itu, Pak." Alina menghiba, berharap Security tersebut bersedia membantunya.
Security nampak berpikir sejenak kemudian ia pun menganggukkan kepalanya dan menuntun Alina menghampiri resepsionis hotel tersebut.
Di tempat resepsionis, lagi-lagi mereka meminta penjelasan lebih lanjut kepada Alina soal maksud dan tujuan gadis itu.
Walaupun Alina sudah berusaha menyakinkan mereka bahwa ia tidak memiliki maksud jahat dan hanya ingin bertemu dengan lelaki yang menyewa kamar tersebut, mereka tetap tidak mau memberikan data pribadi lelaki itu kepada Alina.
"Tolonglah saya, Mbak! Saya sangat membutuhkan informasi tentang lelaki itu. Nasib saya ada di tangan lelaki itu, saya mohon!" lirih Alina sambil menangkupkan kedua tangan di hadapan Resepsionis itu.
"Bolehlah aku tahu alasanmu yang sebenarnya, Nona Alina? Agar aku bisa menjelaskannya kepada Manager hotel ini."
Mau tidak mau, Alina pun terpaksa menceritakan aibnya kepada wanita cantik itu. Alina benar-benar malu, tetapi demi mendapatkan keadilan untuk calon buah hatinya, Alina pun terpaksa melakukannya.
Wanita itu terdiam saat Alina menceritakan nasib tragis yang terjadi padanya di malam itu. Dan setelah mendengar semua cerita gadis itu, ia pun merasa Iba.
"Aku akan coba memberitahu Manager Hotel soal ini, tapi jika beliau menolak maka kami pun tidak bisa berbuat apa-apa lagi," ucap Sang Resepsionis.
Alina pun menganggukkan kepalanya sambil mengucapkan terima kasih kepada wanita cantik itu karena sudah bersedia membantunya.
Ternyata mencari informasi tentang lelaki itu tidak semudah yang ia bayangkan. Bahkan Manager hotel tersebut menolak keinginannya. Resepsionis nan cantik itu mengangkat kedua bahunya sambil menggelengkan kepala saat bertatap mata dengan Alina.
Alina menghembuskan napas dalam sambil menatap wanita cantik itu dengan raut wajah kecewa. "Baiklah, kalau begitu. Sebaiknya saya permisi dulu dan terima kasih banyak atas waktunya."
"Sama-sama." Walaupun sebenarnya ia ingin sekali membantu gadis itu, tetapi ia tidak berani melakukannya karena sang Manager pun menolak membantu Alina.
Dengan langkah gontai, Alina melangkahkan kakinya. Namun, baru beberapa langkah Alina menjauh dari meja resepsionis, wanita itu kembali memanggilnya.
"Nona Alina, kemarilah sebentar!" panggilnya.
Alina pun bergegas menghampirinya. Wanita itu memberitahu kepada Alina bahwa Sang Manager Hotel ingin bertemu dan bicara langsung kepadanya.
Dengan senang hati Alina pun menuruti keinginan Manager tersebut. Wanita itu menuntun Alina menuju sebuah ruangan di mana sang Manager Hotel sudah menunggu kedatangannya.
"Masuklah," ucap wanita itu seraya membukakan pintu ruangan tersebut.
Perlahan Alina masuk ke dalam ruangan itu seraya meleparkan senyuman hangatnya untuk Sang Manager Hotel. Seorang lelaki dewasa yang kini sedang duduk di kursi empuknya sambil menatap Alina tanpa berkedip sedikitpun.
"Alina?" Suara berat milik lelaki itu memecahkan keheningan di dalam ruangan tersebut.
"Y-ya, Tuan. Sa-saya Alina," sahut Alina dengan terbata-bata sambil meremass kedua tangannya secara bergantian.
Lelaki itu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Namun, tatapan tajamnya tetap tertuju pada Alina.
"Duduklah dan ceritakan padaku mengapa kamu menginginkan data pribadi salah satu pelanggan terbaik kami. Katakan yang sejujurnya dan jangan mencoba berbohong. Karena aku akan tahu jika kamu mencoba berbohong padaku," ucap lelaki yang berusia 30 tahun tersebut.
Alina pun berjalan menghampiri kursi yang ada di depan meja lelaki itu kemudian duduk di sana. Karena tak punya pilihan lain, Alina pun dengan terpaksa menceritakan kejadian malam itu kepada Sang Manager Hotel.
"Saya hanya ingin menemukan lelaki yang sudah melakukan hal itu kepada saya, Tuan. Walaupun saya tidak yakin bahwa Tuan itu bersedia bertanggung jawab kepada saya. Namun, setidaknya Tuan itu tahu bahwa saya sedang mengandung darah dagingnya," lirih Alina dengan kepala tertunduk menahan malu.
Lelaki itu menghembuskan napas berat. Saat ia menatap kedua manik indah milik Alina, membuat Edgar Khalil Sanjaya, sang Manager Hotel, percaya bahwa Alina mengatakan yang sejujurnya.
"Baiklah, mungkin aku akan memberikan informasi tentang lelaki itu. Namun, ada syaratnya," ucap Edgar.
"Benarkah, Tuan?!" Alina begitu bersemangat mendengarnya. "lalu, apa syaratnya?" Alina sangat berharap lelaki itu tidak memberikan syarat yang di luar batas kemampuannya.
"Aku ingin kamu menyembunyikan hal ini dari siapapun, termasuk lelaki itu. Jangan pernah katakan bahwa kamu mendapatkan informasi ini dari pihak kami karena kami tidak ingin ikut campur dengan urusan pribadi kalian," tegas Edgar, tanpa berkedip sedikitpun menatap Alina.
Alina lega karena lelaki itu memberikan syarat yang cukup mudah. Alina menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Ya, Tuan! Saya berjanji tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun, termasuk lelaki itu."
"Bagus!" Edgar segera menghubungi Resepsionis dan meminta wanita itu untuk memberikan data pribadi lelaki tersebut kepada Alina.
Alina pun pamit setelah ia berhasil mendapatkan informasi tentang lelaki itu. Tak lupa, Alina mengucapkan terima kasih banyak kepada Edgar dan Resepsionis hotel tersebut.
"Kasihan gadis itu, nasibnya miris sekali!" gumam Edgar.
"Ya, Tuan. Dan sayangnya, dia tidak ingin memperkarakan gadis yang sudah tega menjualnya," sahut sang Resepsionis.
...***...