Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Arkana
Mendengar suara mobil Arkana yang baru saja datang sontak membuat Jingga segera keluar menyambutnya, ketika pintu di buka dia mencoba untuk menyalim tangan Arkana namun di tepis oleh pria itu.
“ Ada apa mas? Kok kelihatan kesal gitu.?” Tanya Jingga mengikuti langkah Arkana sampai di ruang tengah.
Arkana terlihat menghentikan langkahnya, kemudian dia menoleh dan menatap Jingga dengan tatapan yang sulit untuk di artikan oleh Jingga sendiri.
“ Sini kamu.” Arkana menarik tangan Jingga menuju kamar wanita itu.
Dengan kasar Arkana membanting pintu kamar yang kemudian menjatuhkan tubuh Jingga di atas tempat tidur. Ada sorot mata penuh emosi yang saat ini di lihat Jingga di kedua bola mata Arkana.
“ Mas, kamu kenapa.?”
Arkana berusaha melepaskan kancing kemeja di bagian lengan, kemudian mengendurkan dasinya. Tatapan Arkana kepada Jingga kini berubah, entah mengapa Jingga merasa begitu takut.
“ Mas, istigfar.” Sahut Jingga.
Arkana dengan kasar mencekik leher Jingga dan menekannya dengan kuat di tempat tidur. Jingga berusaha melawan namun kekuatan Arkana jauh lebih besar darinya, sedangkan Arkana terlihat tidak berniat untuk melepaskan cekikannya.
Selama hampir satu menit Arkana mencekik Jingga, hingga akhirnya dia melepaskan cengkraman tangannya dari sana. Arkana menyingkir sambil menundukkan kepalanya, sementara Jingga merasa lemas dan berusaha untuk mengatur pernafasannya.
“ Aku salah apa mas, sampai kamu kaya gini ke aku.?” Benak Jingga dengan air mata yang tidak dapat di bendung olehnya lagi.
Jingga mencoba untuk duduk, dan dia melirik Arkana yang masih menundukkan kepalanya dengan suasana hati yang bahkan tidak di ketahui oleh Jingga.
“ Mas, kamu kalau ada masalah jangan kaya gini.” Sahut Jingga mencoba untuk menyentuh Arkana.
“ Diam.!” Ketus Arkana yang sekarang sudah mengangkat wajahnya dan melirik Jingga dengan tatapan yang tajam.
“ Kamu itu sadar nggak sih, kalau aku menikah sama kamu itu tanpa ada rasa cinta sama sekali.” Lontar Arkana seketika membuat Jingga terkejut mendengarnya.
“ Aku juga nggak pernah menginginkan pernikahan ini sejak awal kalau bukan karena,”
“ Karena keluarga aku yang udah bantu bisnis keluarga kamu kan? Kamu itu Cuma parasit buat aku, pernikahan kita nggak lebih dari sebuah keterpaksaan.” Sambung Arkana bahkan tak memberikan kesemapatan Jingga untuk bicara.
“ Kamu kenapa jadi begini? Apa kebaikan kamu ke aku selama ini hanya kepalsuan.?” Ucap Jingga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
“ Kalau iya kenapa? aku memang sengaja bersandiwara selama ini, berpura-pura baik ke kamu Cuma buat mama senang. Semua karena mamaku, jadi jangan pernah berpikir kalau sikap baik aku ke kamu itu tulus.” Balas Arkana sebelum akhirnya meninggalkan Jingga sendirian di kamarnya.
Ketika Arkana sudah meninggalkan kamar, Jingga kembali menangis tersedu-sedu. Dia merasa sangat terpukul mendengar ucapan Arkana, semua kebaikan yang dia buat ternyata hanya sebuah kepura-puraan saja.
**
Pria itu menatap wajahnya di pantulan cermin dengan tatapan yang kosong, sejak tadi dia terus memikirkan ucapan mamanya yang tidak bisa hilang di kepalanya.
Arkana mengepal tangannya dengan kuat yang kemudian dia mengarahkan tinjuan yang cukup kuat pada cermin itu, suara pecahan yang terdengar sampai di luar membuat Jingga terdengar memanggil nama Arkana dari luar.
Tangan Arkana mengeluarkan darah segar yang berceceran dimana-mana, seakan tidak merasakan sakit dia hanya menjatuhkan tubuhnya di lantai sambil merenung kembali memikirkan segala sesuatu yang telah terjadi.
“ Mas Arka.” Panggil Jingga dari luar.
Arkana tidak menggubris panggilan Jingga dari luar, dia bahkan masih setia dengan posisinya yang sekarang. Perlahan namun pasti pintu pun terbuka, Jingga melihat kekacauan yang terjadi di dalam sana yang membuatnya langsung menghampiri Arkana.
“ Mas, tangan kamu berdarah.” Ucap Jingga yang khawatir melihatnya.
Jingga segera bangkit meraih kotak P3K yang ada di atas meja, kemudian dia mencoba untuk mengobati tangan Arkana. Ketika Jingga hendak menyentuhnya, tepisan Arkana yang kuat membuat Jingga terjatuh ke lantai.
“ Pergi dari sini.” Sahut Arkana sinis.
“ Tapi tangan kamu.” Jingga melirik tangan Arkana yang masih berdarah, namun Arkana bersih keras mengusirnya dari kamar itu.
“ Aku ini seorang dokter dan aku bisa mengobatinya sendiri.” Balas Arkana.
“ Baiklah kalau kamu mau obati sendiri, aku nggak bisa apa-apa kalau kamu menolak.” Jingga bangkit dari lantai dan perlahan meninggalkan kamar Arkana.
**
Hari ini Arkana tidak masuk kerja, dia hanya berdiam di rumah tanpa kemana-mana. Bahkan ketika Jingga mengajaknya untuk menjenguk mama Widya di rumah sakit, dia justru menolak ajakan tersebut.
Meski demikian, Arkana memperbolehkan Jingga untuk pergi ke rumah sakit bersama Jefri. Dan dia juga berkata kepadanya untuk tidak memberitahu mama Widya tentang apa yang terjadi kepadanya kemarin.
Jingga pergi ke rumah sakit di temani oleh Jefri, setibanya disana dia langsung menuju kamar inap mama Widya yang berada di lantai VIP. Begitu sampai disana, Jingga masuk ke dalam dan melihat ada papa Hendra yang menemani mama Widya.
“ Akhirnya kamu datang juga, Arka mana.?” Tanya mama Widya.
“ Aku datang sama supir ma, mas Arka lagi nggak enak badan jadi dia di rumah dulu.” Balas Jingga terpaksa berbohong.
“ Gimana keadaan mama? Kapan boleh keluar dari rumah sakit.?” Jingga duduk di atas kursi yang di sediakan oleh papa Hendra sebelumnya.
“ Mungkin sekitar dua atau tiga hari lagi.” Balas mama Widya Lirih.
“ Kabarin aku ya ma, aku mau buatin mama makanan yang enak kalau mama keluar dari rumah sakit nanti.” Ujar Jingga tersenyum manis.
“ Terima kasih ya sayang. Oh iya, ada yang mama mau kasih tahu sama kamu.”
“ Apa ma.?”
“ Sebelumnya mama nggak sempat bilang sama kamu, sebenarnya mama punya dua anak laki-laki. Arka punya kakak, namanya Bima. “ ungkap mama Widya, namun Jingga yang sudah tahu sebelumnya berpura-pura baru mengetahuinya sekarang.
“ Dan sebenarnya papa Hendra, adalah suami kedua mama. Bima tinggal bersama papanya, sampai saat ini pun dia masih tinggal bersama dengan papanya.”
Sebenarnya Jingga masih begitu penasaran mengapa keluarga Adyatama bisa seperti ini, masih banyak kebenaran yang belum dia ketahui termasuk sikap Arkana yang sangat berbeda dengan mama Widya.
“ Mama sangat senang akhirnya dia mau kembali ke rumah setelah dua puluh tahun kami berpisah.”
“ Aku turut senang mendengarnya.”
“ Mama juga sudah kasih tahu ke dia kalau adiknya sudah menikah dan memiliki seorang istri yang sangat cantik, dia tidak sabar ingin bertemu denganmu.”
“ Kapan pun kak Bima boleh main ke rumah kok ma, kasih tahu soal itu ya kalau mama ketemu nanti.”
“ Iya sayang, mama yakin Bima senang melihat adik ipar secantik dan sebaik kamu.”
Jingga tersenyum malu mendengarnya, dan karena tidak bisa berlama-lama disana akhirnya dia pamit undur diri. Sudah cukup baginya menjenguk selama hampir dua puluh menit, Jingga takut Arkana sampai marah dan bersikap seperti kemarin lagi.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.