Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.
Bruukk
"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.
"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.
"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.
Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.
Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Yaa, itu lebih baik Qis. Setelah ini kuantar kamu pulang ya. Masih ada urusan yang harus kuselesaikan di kantor."
"Iya, kalau besok kamu sibuk biar aku aja yang urus semuanya Mas."
"Kamu mau aku diomelin Mami tujuh hari tujuh malam." Gurau Erfan sembari tersenyum. Bilqis menangkap senyuman nan manis itu, yang membuatnya tertular untuk memberikan senyum balasan.
"Jangan terlalu kecapean, kalau kamu sakit nanti aku susah nyari mempelai pengganti seperti di novel-novel itu." Erfan membulatkan matanya menatap Bilqis diikuti tawa renyah. "Jadi kamu mau calon suamimu yang tampan ini diganti dengan lelaki tak berkelas."
"Anda terlalu pede Bung, belum tentu calon penggantinya nanti tidak berkelas. Kalau lebih tampan darimu, siapa juga yang bisa menolak." Balas Bilqis enteng, senyumannya menyembul lebih lebar.
"Belum nikah aja sudah berani menginginkan pria lain yang lebih tampan ya...!" Ucap Erfan gemas, ingin mencubit kedua pipi yang merona kemerahan itu dan membawa pemiliknya dalam pelukan.
"Apa kamu sudah tergila-gila denganku Mas?" Lagi-lagi pertanyaan Bilqis membuat Erfan ingin menggigit bibir gadis itu.
"Ternyata calon istriku tak sepolos yang kupikirkan." Erfan mengedipkan sebelah matanya menggoda Bilqis. "Ih Mas ini...!" Bilqis melayangkan cubitannya dilengan Erfan.
"Sekarang sudah berani pegang-pegang ya!" Erfan tertawa geli melihat Bilqis yang tersipu malu. Ternyata tidak sesulit itu untuk membuka hati. Gadis disampingnya ini sudah bisa membuat hatinya menghangat.
"Ekheemm." Deheman Ressa membuat dua orang itu menatap kesumber suara. "Sudah puas bermesraannya Tuan?" Tanya Ressa sambil tertawa kecil dan geleng-geleng kepala. Semudah itu membuatmu jatuh cinta ternyata bos. Ia mengambil langkah lebih dulu meniggalkan hotel.
Selesai makan siang Erfan mengantar Bilqis pulang. Ia kembali ke kantor bersama Ressa.
"Ada yang senang banget nih?" Ledek Ressa setelah mereka berada di ruang kerja Erfan. "Jadi sekarang udah gak ragu lagikan untuk menikah!" Kalimat terakhir bukan pertanyaan, lebih tepatnya pernyataan yang dilayangkan seketarisnya.
"InsyaAllah sudah mantap," jawab Erfan tegas.
"Alhamdulillah, semoga tidak ada keraguan lagi setelahnya." Tegas Ressa, "saya diluar bos. Kalau butuh sesuatu tinggal calling, asal jangan minta saya lembur. Tired." Ujarnya tegas sambil cekikikan, kemudian keluar dari ruangan bosnya sebelum mendapatkan umpatan kasar.
Erfan tidak habis pikir sampai bisa memiliki seketaris macam Ressa. Kewarasan seketarisnya itu sangat diragukan. Jangan-jangan Ressa pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri. Erfan tertawa dengan pemikiran gilanya sendiri.
Ia mengamati layar dengan seksama, membaca setiap laporan yang dikirimkan penanggung jawab projek. Lalu beralih pada berkas-berkas yang sudah menumpuk lagi di meja. Erfan mendesah berat, kepalanya sudah mulai pusing.
Masih banyak yang harus diurusnya dengan waktu sesingkat ini. Mami benar-benar berniat menyiksanya. Belum lagi programnya dengan Zaky yang tidak mungkin bisa Erfan tunda karena melibatkan banyak pihak.
Seharian dihabiskannya untuk mondar-mandir. Erfan memijat kening dengan sebelah tangan. Jam sembilan malam ia masih berada di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang terbengkalai.
***
Hari ini Erfan sudah meminta Ressa untuk menemani Bilqis untuk mengurus segala keperluan pernikahannya. Sial, Zaky tidak main-main melibatkan Hira. Anak itu dengan berani melibatkan Hira pada sebuah acara besar yang dihadiri para pengusaha ternama di negara ini.
"**** Zak, lo gak main-mainkan. Jangan sampai lo bikin Hira ketar-ketir di depan semua para pengusaha." Umpat Erfan saat sudah sampai di hotel tempat pertemuan.
"Lo kenapa Fan, takut kalau Hira dipermalukan. Oh no, lo yang bulshit ternyata. Tegasin perasaan lo sebelum menyesal untuk seumur hidup." Apa-apaan Zaky bicara seperti itu. Sangat menyudutkannya.
"Gue memang berniat membuatnya jadi tahu diri, bukan membuatnya kena penyakit mental nanti." Tegas Erfan, Zaky hanya tersenyum kecut dengan jawaban Erfan, gengsi sekali mengakui perasaannya.
"Banyak teman lama kita di sini Fan, anggap reuni. Ayo kita temui kakak ipar gue dulu."
"Oke." Meski Erfan penasaran apa yang akan dilakukan Zaky pada Hira, ia tetap mengikuti temannya itu. Mereka menyapa para kolega yang juga hadir di sana.
"Ingat dengan Erfan, Gha?" Sekarang mereka bergabung dengan para pengusaha lainnya. Zaky mendekati Ghani, kakak iparnya lebih tepat kembaran istrinya.
"Jelas masih ingat." Ghani memeluk Erfan, "lo apa kabar, lama banget hilang dari peredaran?" Sapa Ghani.
"Baik, gue gak sepopuler lo ya, bisa-bisanya anggap gue hilang dari peredaran." Erfan terkekeh, ia memang sudah lama tidak bertemu teman kuliahnya itu.
"Ilmi juga ada di Indo ya, serius kalian lost contact gitu aja. Seolah gue sombong banget." Ketus Ghani
"Lo emang sombong Gha, lupa diri. Sama kita aja lo yang bersikap gini." Sarkas Erfan, Ghani tergelak.
"Kita sama bro, tidak perlu menjatuhkan satu sama lain." Ghani terkekeh, Mmreka berbagi cerita satu sama lain. Sungguh bertemu teman lama yang masih satu frekuensi itu sangat memuaskan. Ia juga baru tau kalau Zaky itu adik ipar Ghani. Oh dunia sesempit ini ternyata.
Cukup lama Erfan berbincang dan berbagi kabar dengan rekan pengusaha yang lain. Sekarang acara inti dari pertemuan seluruh pengusaha Indonesia dimulai.
Salah satu tujuan pertemuan besar itu untuk menyampaikan sebuah program Corporate Social Responsibility – CSR yang dilaksanakan bersama perusahaan-perusahaan besar. Tidak hanya para pengusaha yang hadir, di sana juga ada dokter-dokter terbaik yang dimiliki Emeral Hospital.
Setiap perusahaan besar umumnya memiliki agenda berupa kegiatan sosial melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Emeral Hospital memfasilitasi perusahaan yang ingin ikut andil melakukan program sosial di bidang kesehatan. Untuk pelaksanaan kegiatan sosial tersebut Emeral Hospital dapat memberikan keringanan biaya yang besar agar masyarakat mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya.
Kegiatan sosial di bidang kesehatan yang akan dilaksanakan selama seminggu kedepan adalah penyuluhan kesehatan. Selanjutnya, pemeriksaan kesehatan & pengobatan gratis untuk masyarakat yang kurang mampu di lingkungan perusahaan.
Erfan berdecak, bisa-bisanya Zaky melakukan ini. Sudah bisa dipastikan ia juga akan terjebak oleh permainannya sendiri.
"Shiitt," Erfan mengumpat setelah Emran Faizan, pemilik Emeral Hospital mengumumkan bahwa beliau sudah memilih Erfan Bumi Wijaya sebagai penanggung jawab program CRS ini, sebagai perwakilan dari pengusaha. Dibantu oleh dr. Fakhira Shakira dari tim dokter. Zaky yang masih setia duduk di samping Erfan tertawa gelak.
"Sial, lo menjebak gue Zak. Lo tau dua minggu lagi gue nikah. Sialnya nyokap mewajibkan gue yang mengurus segala ***** bengek, sekarang lo nambah kerjaan gue." Kesal Erfan, ia terjebak dalam jebakan yang dibuatnya sendiri. Tidak bisa dibayangkan bagaimana menguras waktunya kegiatan sosial itu nanti.
"Gue cuma merealisasikan apa yang lo inginkan Fan, kalau lo yang jadi penanggung jawab. Lo bisa sepuasnya menyiksa tuh cewek." Jelas Zaky dengan seringaian yang menyebalkan.
"Nikmati permainan yang lo buat." Ghani ikut tertawa, ditengah tawanya Ghani dikejutkan oleh tepukan dipundaknya. Ia berbalik melihat istri cantiknya berdiri dibelakang. "Kenapa Sayang?" Ghani menarik pinggang Khalisa, istrinya untuk mendekat.
"Please, mata gue lelah lihat adegan seperti ini." Erfan bergumam, dimana-mana orang memang selalu mengumbar kemesraan ya. Itu sangat menjengkelkan bagi Erfan.
"Makanya nikah." Ucap Ghani dan Zaky bersamaan.
"Jangan sampai pernikahan gue gagal gara-gara program kalian ini." Sarkas Erfan kesal.
"Husstt ngomong jangan sembarangan, kalau diaminkan malaikat gimana." Bukan Ghani atau Zaky yang berbicara tapi Khalisa. Erfan terdiam, betul juga kalau malaikat yang mengaminkan, apa yang akan terjadi.
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan