Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai malam ini tinggal di sini!
"Darling, kau nyaman tinggal di asrama?" Arlen bertanya memancing.
Gara-gara video yang Xello tunjukkan kepadanya tadi, pikirannya selalu cemas dan takut gadis polosnya itu akan ikutan rusak oleh pergaulan yang tidak sehat.
"Em..sebenarnya sedikit bosan karena aku tidak bisa bebas keluar. Tapi selain itu aku nyaman-nyaman saja." Asyh menjawab santai.
Asyh masih serius mengerjakan tugas kuliahnya dengan posisi tengkurap di atas ranjang.
Arlen berbaring menyamping setia menatapnya.
"Apa tidak ada sesuatu yang mengganggumu?" Arlen kembali bertanya.
Ia juga sebenarnya curiga jika Asyh mengetahui sesuatu.
Asyh menatap Arlen bingung.
"Ada apa memangnya? Sejak aku tinggal di sana, aku tidak merasa ada yang aneh. Hanya saja Vasya memang suka keluar dari kamar di jam tertentu. Tapi bukankah itu semua ulahmu dan Xello?" Asyh bertanya bingung.
Sungguh, Asyh tidak mengerti arah pertanyaan Arlen.
"Darling, aku ingin mulai malam ini kau tinggal di sini!" Arlen kini langsung to the point.
Asyh langsung saja menghentikan kegiatannya dan duduk menatap Arlen.
"Hei, bukankah barusan kau bilang tidak masalah aku tinggal di asrama selama aku bisa jaga diri? Kenapa sekarang mendadak jadi berubah pikiran?" Asyh bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya.
Arlen kini juga duduk berhadapan dengan gadis kecilnya itu dan menatap Asyh serius.
"Darling, ini demi kebaikanmu! Aku tidak ingin sewaktu-waktu kau mengalami masalah dan aku tidak berada di sana untuk melindungimu." Arlen mencoba membujuk Asyh tanpa harus mengatakan hal yang sebenarnya kepada Asyh.
"Itu asrama babe, dan hal buruk apa yang bisa terjadi di sana? Hal terburuk adalah Xello bisa keluar masuk dengan bebas di area yang ketat itu." Asyh memasang wajah kesal.
"Darling, kau tidak tahu dengan siapa kau berhadapan? Wanita yang satu kamar denganmu tidak baik untuk menjadi temanmu. Dia hanya kelihatan baik, tapi sebenarnya berbahaya." Arlen kembali menjelaskan dengan sabar.
"Apa karena aku sempat kesal denganmu gara-gara dia, sekarang kau berusaha merayuku?" Asyh menaik-turunkan kedua alisnya menggoda Arlen.
"Kau tidak percaya kata-kata ku? Baik, aku akan tunjukkan bukti kepadamu!" Arlen turun dari ranjangnya dan langsung keluar kamar tanpa menunggu persetujuan dari Asyh.
Arlen merasa Asyh terlalu keras kepala dan tidak bisa dibujuk tanpa bukti yang jelas.
Tak lama kemudian Arlen kembali dengan membawa ponsel Xello di tangannya.
"Ini." Arlen menunjukkan video panas antara Vasya dan Azlan tadi.
"Woo...iuw..." Asyh langsung menutup kedua matanya.
Merasa takut, jijik, namun juga ada rasa penasaran.
"Kenapa tutup mata? Takut?" Arlen masih sengaja menghadapkan layar ponsel Xello ke arah wajah Asyh.
Asyh bisa mendengar jelas erangan dan desahan dari video itu.
"Itu sangat menjijikkan Arlen." Asyh mendorong tangan Arlen agar menjauh dari hadapan mukanya.
Arlen mematikan ponsel Xello.
Arlen kemudian membungkuk dengan kedua tangannya menumpu diranjang dan wajahnya sangat dekat dengan Asyh.
"Buka matamu!" Arlen dengan suara beratnya.
Asyh pun membuka matanya namun seketika Asyh kaget karena Arlen begitu dekat dengannya.
"Kau ini kenapa membuatku kaget?" Asyh mengoceh kesal dan mengelus dadanya.
"Bagaimana jika kita yang melakukannya? Apa kau juga akan jijik?" Arlen dengan satu tangan menarik pinggang Asyh hingga mereka tidak lagi berjarak sementara tangan satunya masih tertumpu menyanggah tubuh kekarnya.
Asyh menelan kasar ludahnya.
"I itu beda cerita. La lagipula, aku tidak akan mengijinkanmu melakukan itu padaku sebelum kita menikah." Asyh memberanikan diri mempertegas ucapannya.
"Jadi kau mau menikah denganku?" Arlen bertanya memancing.
"Itu pun jika kau bisa menjadi pria yang lebih berhati." Asyh mendorong Arlen menjauh dan memilih melanjutkan tugasnya.
"Mulai malam ini tinggal di sini! Itu keputusan final. Aku tidak akan biarkan gadisku terkontaminasi oleh hal-hal kotor seperti itu." Arlen kembali naik ke atas ranjang dan berbaring menyamping seperti posisinya tadi.
"Terserah saja Tuan psiko. Aku juga tidak boleh menolakmu kan?" Asyh sambil serius mengerjakan tugasnya.
Arlen tersenyum puas.
"Aku istirahat dulu. Jika kau butuh apa-apa, bagunkan aku! Jangan melakukan sendiri!" Arlen kini mengubah. posisi menjadi terlentang.
Asyh tidak menjawab karena fokus dengan tugasnya.
"Darling, menurutmu hukuman apa yang pantas untuk kedua brengsek itu?" Arlen dengan yakin meminta pendapat Asyh.
"Paling ringan diskors. Paling berat di drop out." Asyh menjawab asal karena ia lebih fokus pada tugasnya.
Arlen akhirnya memilih diam karena tidak ingin mengganggu konsentrasi Asyh.
Arlen memejamkan matanya dan dengan cepat ia terlelap.
Asyh masih setia mengerjakan tugasnya. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan sendiri tanpa bertanya kepada Arlen.
"Akh...akhirnya selesai juga." Asyh mengerang pelan sambil merenggangkan otot-otot nya.
Asyh hendak merapikan semua buku-buku dan perlengkapannya.
Kryuuukk..
Bunyi perut Asyh terdengar begitu jelas.
"Aku lapar." Asyh merengek pelan.
"Arlen, aku akan mencuri sedikit makanan di dapurmu. Jangan memarahiku!" Asyh berbisik pada Arlen yang sudah nyaman dengan tidurnya.
Asyh keluar dari kamar dengan mengendap-endap. Sebenarnya ia ragu, apakah bisa menemukan letak dapur kastil raksasa itu jika mencarinya sendirian.
Tapi ia merasa perlu untuk mengetahui seluk-beluk kastil raksasa itu karena mulai malam ini ia resmi tinggal di sini.
"Akhirnya.." Asyh bergumam lega setelah berkeliling selama lima belas menit, akhirnya ia menemukan dapur juga.
Asyh segera melangkah mendekati kulkas dan melihat apa saja yang bisa ia makan.
Sayangnya semua yang ada di dalam kulkas adalah bahan masakan yang masih mentah.
"Aku kangen nasi goreng nenek." Asyh kemudian memilih beberapa bahan yang akan ia pakai untuk membuat nasi goreng seperti resep neneknya.
Setelah semua bahan terkumpul, Asyh mulai mengerjakannya dengan telaten, mulai dari memotong sayuran, sedikit daging, tak lupa juga mencincang beberapa jenis bumbu yang akan ia pakai.
Setelah semua bahan dan bumbu tersedia lengkap, Asyh pun mulai mengeksekusi semua bahan masakannya sambil bersenandung kecil.
Asyh sama sekali tidak sadar ada sepasang mata yang sedang memperhatikan setiap pergerakannya.
"Em..aromanya wangi sekali. Sepertinya aku udah menguasai resep rahasia nenek." Asyh dengan bangga memuji dirinya sendiri.
Masakannya telah siap dihidangkan. Asyh mengambil piring kemudian menuangkan semua nasi gorengnya ke atas piring.
"Aku cuci dulu yang kotor, baru setelah itu makan." Asyh begitu bahagia dan langsung memutuskan untuk mencuci kuali kotor dan semua perabotan yang ia pakai tadi.
Setelah semua perabotan kotor ia bersihkan, kini Asyh memutuskan untuk menyusun kembali beberapa pisau yang ia pakai tadi.
"Hei, apa yang kau lakukan?"
"Nenek.." Asyh menjerit kaget dan sontak berbalik dengan tangan yang masih menggenggam pisau.
"Kau? Astaga, wajahmu.."
......~ TO BE CONTINUE ~......
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel