NovelToon NovelToon
Setelah Tunangan Dan Kakakku Mengkhianatiku

Setelah Tunangan Dan Kakakku Mengkhianatiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Janda / Selingkuh / Pernikahan Kilat / Pelakor / Wanita Karir
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: AgviRa

Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5

Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB. Pasangan baru itu terlihat baru bangun dari tidurnya. Benar-benar seperti orang yang tak memiliki beban. Dina bangun dan beranjak dari tempat tidur dengan rambut yang masih acak-acakan macam singa. Sedang Doni masih begitu malas untuk beranjak dari tempat tidur, dia memilih rebahan sambil memainkan gawainya.

Dina keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk makan karena perutnya merasa begitu lapar. Sampai di meja makan dia membuka tudung saji dan segera memakan apa saja yang ada di meja karena saking laparnya.

Sri yang tadinya ingin ke dapur untuk membuatkan minum suaminya pun kaget dengan penampakan anaknya itu.

"Astaghfirullah, Dina. Kamu baru bangun? Apa kamu tak sadar dengan penampilanmu itu?" Ucap Sri pada Dina yang kelihatannya tak merasa terganggu dengan penampilannya.

"Apa sih, Bu? Aku ini baru bangun, laper. Lagian nanti aku udah gak makan kok, nanti makannya nebeng sama Ayu pas di jalan." Ucap Dina sewot.

"Nebeng gimana? La wong adikmu aja udah berangkat sedari tadi kok." Ucap Sri sedikit kesal dengan anak pertamanya itu.

"Berangkat gimana? Kok aku gak dibangunin? Apa dia lupa kalau aku mau nebeng? Apa Ibu juga gak ngingetin dia? Kok malah ninggalin aku." Ucap Dina kaget.

"Kamu itu makanya jangan dibiasakan santai-santai seperti waktu masih sendiri. Apa kamu diluar sana juga begini? Ibu sampai gedek loh sama kamu. Udah punya suami mbok ya berubah, jangan maunya enak terus. Ibu kalau suruh manjain kamu terus udah gak sanggup, kamu udah dewasa, udah gede, gak apa-apa dilayani. Kamu itu udah pernah gagal dalam berumahtangga. Harusnya adalah greget buat merubah. Ini kamu masih enak di rumah makan tinggal makan, nanti kalau kamu tinggal sama mertua kamu gimana?" Ucap Sri panjang lebar hanya untuk menasehati anaknya itu.

"Heleh, di rumah Doni kan ada pembantu, ngapain Dina capek-capek. Tauk ah, aku mau mandi terus berangkat. Kurangajar sekali itu si Ayu, malah ninggal aku disini." Ucap Dina kasar.

Dina pergi ke kamar tanpa mengurus bekas makannya tadi. Dia tak pernah mengerjakan tugas rumah. Bahkan dikontrakannya di Kota saja tak pernah dia urus. Menurut Dina, hal seperti itu adalah tugas pembantu. Tahunya dia hanya minta uang dan uang. Apalagi pekerjaannya yang entak tak jelas. Dia tak pernah mau mengerti susahnya orang lain, maunya dia senang sendiri.

"Astaghfirullahalazim, dosa apa hambaMu ini Ya Allah?"

Seketika Sri mengelus dadanya. Heran dengan anaknya itu. Apa salah Sri mendidik hingga dia seperti itu?

Dina tak tahu saja kalau Doni sebenarnya bukan orang berada. Setahu dia, Doni ini orang berada. Dia tahu kalau Doni satu kantor dengan Ayu tapi, Dina tak tahu jika Doni hanya seorang staff biasa. Dina tahunya Doni sama-sama menjabat sebagai seorang manajer. Yah, dia gak mau tahu, tahunya dia minta ini diberi minta itu dituruti oleh Doni. Padahal kebenarannya, uang untuk memanjakan Dina adalah uang Ayu.

Dina masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamar dengan sangat kasar.

Brak!!

Doni yang masih bersantai di atas ranjang pun terlonjak kaget. Dia melihat Dina dengan tatapan heran.

"Sontoloyo, anj1ng. Kamu kenapa sih? Mukamu kenapa ditekuk begitu? Bisa gak pelan-pelan aja? Gak perlu pakai acara banting pintu segala, untung aku gak punya riwayat penyakit jantung." Ucap Doni memperhatikan istrinya.

"Aku itu emosi, ternyata Ayu pergi duluan dan ninggalin kita tau gak? Mana Ibu pakai acara ceramah sama menasehati aku panjang lebar pula, emosiku jadi dobel-dobel jadinya." Jawab Dina kesal dan emosi.

"Hah, apa? Ayu ninggalin kita?" Ucap Doni tak percaya.

"Kamu itu gak budeg kan? Udah kamu sekarang pesan tiket sana, aku gak mau tau kita harus balik hari ini juga." Ucap Dina masih dengan emosinya.

"Kamu sama suami yang sopan dong, kalau bukan istri udah aku tinggal kamu itu. Baru juga sehari udah bikin stres." Ucap Doni sedikit terpancing emosinya.

Dina acuh dan meninggalkan Doni dengan masuk ke kamar mandi.

Lalu Doni pun memesan tiket kereta. Dia mendapat jam pemberangkatan sekitar 1 setengah jam lagi.

Doni mengetuk pintu kamar mandi. Dina membuka pintu dengan keadaan sudah berte-l4njang.

Bisa sesantai itu ya? Apa gak malu gitu? Ah mungkin urat malunya sudah hilang kali ya?

"Ada apa sih? Baru juga masuk udah gedorin pintu." Dina terlihat begitu kesal karena baru masuk kamar mandi sudah diganggu oleh Doni.

"Jangan lama-lama, karena 1 jam lagi kereta kita akan berangkat."

"Hah, apa? Kamu jangan bercanda dong. Mana bisa 1 jam lagi kita bisa sampai di stasiun? Aku aja mandinya 30 menitan kok."

Doni meraup wajahnya. "Untuk sekarang, kamu mandi 10 menit aja. Terus kita siap-siap. Udah gak ada waktu. Cepet."

"Kalau gitu kamu aja yang nyiapin semua pakaianku. Aku gak mau di buru-buru. Aku juga gak suka di paksa. Paham."

Brak!

Dina yang kesal langsung masuk kembali ke dalam kamar mandi dan membanting pintu dengan keras.

Doni hanya bisa menggelengkan kepalanya. Mau menyesal sudah terlanjur. Akhirnya dia menyiapkan semuanya sendiri.

Mau nanti Dina marah atau apa yang penting semuanya Ia masukkan kedalam koper.

Daripada ketinggalan kereta, rugi. Iya kan?

*****

"Pak, Bu, aku mau balik sekarang, aku minta duit dong, buat ganti uang tiket, habisnya tiketnya mahal banget nih." Ucap Dina yang tak ada sopan santunnya sama orang tuanya.

Rudi dan Sri hanya bisa beristighfar dan mengelus dada.

"Ini, bapak ada sedikit buat kamu. Kamu pergunakan dengan sebaik mungkin."

Rudi sudah menyiapkan uang yang akan dia berikan kepada Dina sebelumnya dan kini uang itu sudah berada di tangan Rania.

"Kamu dan suami hati-hati. Kamu sudah memiliki suami, berubahlah, nak." Ucap Sri.

"Hm" Dina hanya menjawabnya dengan deheman.

"Pak, Bu, kita berangkat sekarang ya," Ucap Doni pamit.

Dina berjalan keluar rumah terlebih dahulu, sedang Doni masih menyeret dua koper. Di depan rumah sudah ada taksi yang menunggu. Lalu sepasang pengantin baru itu pun pergi meninggalkan Rudi dan Sri.

"Hm, dosa apa ya kita, Bu. Sampai anak kita yang satu itu sifat dan sikapnya jauh sama adiknya? Apa kita salah mendidiknya?" Ucap Rudi pada istrinya.

"Enggak, Pak. Memang dia seperti itu. Kita tak pernah membeda-bedakan dalam hal mendidik. Tapi, entahlah, Pak. Ibu hanya bisa berdo'a dan berharap anak itu bisa berubah lebih baik lagi." Jawab Sri. Sri sendiri sebenarnya bingung. Punya anak dua tapi sifat mereka beda jauh.

1
Galuh Setya
Luar biasa
AgviRa: Terima kasih, Kak. Semoga suka ya.🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!