Kami saling mencintai , pernikahan kami sudah tinggal menunggu hari, tapi sepertinya takdir ku harus berpisah darinya. Karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan calon suami ku meninggal dunia.
Damian, adalah putra semata wayang keluarga Adi ningrat, karena itulah aku terseret dalam masalah keluarga mertuaku saat calon pewaris tunggal mereka telah tiada.
Orang yang telah kuanggap Ibu kandungku sendiri memintaku bahkan memohon kepadaku agar aku mau membantu keluarga mereka.
Betapa terkejutnya aku mendengar permintaan dari calon Ibu mertua ku. Beliau memintaku untuk tidak membatalkan pernikahan .
Aku akan tetap menikah bukan dengan calon suamiku tapi dengan calon Papa mertuaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Damar terseyum tipis.
" Aku mengira gadis seusia mu tidak tertarik dengan lagu lama!!".
Bening juga tampak menyunggingkan senyumnya.
" Lagu ini jadi tren tik tok Pak, di IG banyak orang yang lagi main tik tok dengan lagu ini.
" Hhhhhh, saya tidak faham begituan!!".
" Bapak bukanya tidak faham, mungkin Bapak tidak ada waktu untuk menanggapi hal yang tidak begitu penting menurut Bapak. ucap bening dengan tersenyum kearah Damar
" Bening!! saya harap kamu terbiasa hidup dirumah dengan saya nantinya.
Bening hanya tersenyum kearah Damar. " Pak apa nanti saya boleh tetap bekerja di toko saya??" ucap bening hati\-hati.
" Hhhhhh, saya harap untuk sementara waktu kamu tetap di rumah saja
Setelah Damar mengucapkan itu, kini suasana didalam mobil jadi sunyi kembali, Damar tidak lagi menyalakan audio maupun radio mobilnya hingga ke bisuan itu berakhir saat mobil berhenti di sebuah bangunan megah yang tak lagi asing bagi Bening
Damar mengetuk kaca dimana Bening masih setia duduk, membuat Bening sedikit terkejut, Bening bukannya tidak sadar saat mereka telah sampai, hanya saja kenangan manis dan duka berputar di memorinya
Di rumah ini Bening sering menghabiskan waktu saat Damian sedang tidak bekerja, berdua kadang bertiga dengan ibu Damian yaitu Widuri yang saat ini jadi madunya.
Bening segera membuka pintu mobil, bergegas keluar menyusul Damar yang telah berlalu setelah mengetuk kaca pintu dimana Bening duduk
Tidak ada acara bukain pintu atau adegan romantis lainya, Damar ngacir tanpa sepatah katapun
Saat memasuki pintu rumah Bening disambut oleh mbok Mudarsih, wanita paruh baya yang selama ini melayani keluarga "Adi Ningrat". lebih tepatnya pengasuh Damian sewaktu umur 8th hingga 29th sepeninggalan Indira.
" selamat pagi Nyonya!!" sapa Mbok Sih
" Mbook, jangan pangil aku Nyonya Mbo, Mbo byasanya juga pangil aku Non Bening. protes Bening mendengar pangilan gelar baru untuk nya.
Protes Bening tidak di indahkan sama mbo Sih, wanita paruh baya itu justru celingukan tolah toleh kanan kiri, seperti membaca situasi.
" Mana bisa begitu lagi Non!!", eh Nya!!" sekarang Non Bening bukan lagi calon Den Damian tapi malahan jadi istri Tuan Damar.
Bening memberengut, meski hanya sesekali berbicara pada mbok Sih saat berkunjung kerumah ini, namun tetap saja bening sudah kenal baik sama mbok Sih, wanita paruh baya ini begitu menyayangi Damian, pacar sekaligus calon suaminya, membuat Bening yang kala itu dekat dengan Damian akhirnya ikut juga di sayangi oleh Mbo Sih layaknya Mbo Sih menyayangi Damian.
" Yuk Nya, Mbo antar kekamar Nyonya . ucap mbok Sih mengambil sebuah koper kecil yang di tenteng Bening, sedangkan barang lainya telah dibawa masuk oleh Damar
" Mbok!!, bisa kah saya tidur dikamar mas Damian, ah maksudku di bekas kamar mas Damian?? tanya Bening lirih.
" Boleh!!" bukan Mbo Sih yang menjawab melainkan Damar yang muncul kembali dari dalam rumah.
Terlihat Mbo Sih segera menundukkan badan dan segera membawa koper bening ke kamar pribadi Damian
Sedangkan Bening masih berdiri ditempatnya
" Kalau ingin sesuatu atau ingin melakukan sesuatu kamu bisa langsung tanya pada ku ataupun Widuri, untuk apa kamu tanya kepada Mbo Sih, disini bukan kuasa Mbo Sih untuk memberimu izin Bening!!" ucap Damar dengan suara datar tidak emosi tidak juga lembut seperti nasehat, namun lebih seperti peringatan.
Bening menundukkan kepalanya, merasa sedikit takut, kalau-kalau ucapanya tadi menyinggung perasaan Damar selaku pemilik rumah dan juga suaminya.