Mengisahkan tentang perjuangan hidup seorang gadis bernama Anindyta Kailila .
Dalam menggapai cita-citanya dengan
keadaan hidup yang sederhana.
Bekerja sebagai asisten seorang model papan atas, merupakan batu loncatan baginya untuk mengais rupiah dengan tetap harus pintar membagi waktu mengurus ayahnya yang sakit.
Jangan tanyakan tentang kisah cintanya.
Sebab semenit saja, otak dan hatinya tak pernah kosong, karena perintah dari sang model yang selalu datang bertubi-tubi.
Namun, apalah dayanya jika ternyata kegigihannya bekerja justru mempertemukannya dengan seorang CEO yang ternyata kekasih sang model.
Bahkan perasaan mereka tidak dapat di bendung untuk saling jatuh cinta.
Mungkinkah seorang asisten mendapatkan cinta seorang presdir bahkan kekasih bosnya sendiri...?
Ikuti ceritaku " Di Balik Layar"
Semoga di sukai pembaca.
Salam santun
salam sehat untuk semua
🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 : MENJADI SUGAR
"Tidak. Saya rasa tidak perlu. Saya menyetujui semua yang ada dalam perjanjian ini, Bu." Ucap Anin yakin.
"Baiklah, kalau memang kamu setuju. Kami akan siapkan semuanya. Dan nanti kita yang akan memilih bahan untuk jumlah dalam jumlah banyak, untuk produksi." Ujar Melisa.
"Iya, sekali lagi terima kasih." Jawab Anin.
"Oh iya, 2 minggu lagi akan ada kompetisi lagi. Persiapkan lah dirimu. Jika, kamu bisa masuk dalam 5 besar saja. Kamu akan langsung jadi pegawai tetap dan sebagai desainer tetap." Ujar Melisa.
"Oh..benarkah. Baik saya akan mempersiapkan diri. Saya sudah tidak sabar menjadi pegawai tetap disini ." Jawab Anin penuh antusias.
Sesampai dirumah.
Nampak Anin dengan penuh semangat memandikan ayahnya. Menyiapkan makanan, sambil menceritakan semua yang terjadi hari ini. Ia merasa kehidupannya semakin beruntung.
"Alhamdulliah, nak. Akhirnya Tuhan berpihak padamu. Kamu yang tak pernah lelah berjuang untuk hidupmu." Ujar ayahnya.
"Ayah, nanti kita berobat ke dokter syaraf di Jakarta ya. Agar ayah semakin sehat." Tiba-tiba Anin berbicara tentang pengobatan ayahnya.
"Tidak perlu Anin, obat dan terapi yang selalu ayah jalani ini saja sudah banyak mengeluarkan biaya." Jawab ayah.
"Ayah, uang bisa Anin cari. Tetapi punya ayah yang sehat dan bisa beraktivitas normal adalah kerinduan terbesar bagi Anin." Jawab Anin lirih.
"Apa kamu sudah bosan merawat ayah?" tanya ayah menatap Anin.
"Tidak, bukan begitu maksud Anin, ayah. Anin hanya ingin, ayah sehat dan panjang umur sampai kelak melihat kesuksesan Anin." Jawabnya
"Iya, ayah mengerti yang Anin maksudkan. Tetapi, jika itu hanya menambah beban mu. Ayah semakin merasa tidak berguna. Mestinya ayah yang menjadi tulang punggungmu. Tetapi... ini malah kamu yang mencari nafkah untuk kita." Jawab ayah seakan kecewa.
"Anin, tidak merasa begitu ayah. Ayah, doakan saja Anin. Agar bisa menang lagi di kompetisi berikutnya. Supaya Anin dapat bonus besar lagi, dan bisa jadi pegawai tetap. Jadi, Anin tidak perlu sering datang ke butik. Dan, Anin bisa tetap bekerja sebagai asisten Felysia. Jadi, uang Anin dapat terkumpul dengan cepat."
Nampak ayah mengusap air yang jatuh ke pipinya. Ia terharu dengan perjuangan dan cita cita luhur anaknya itu.
"Terima kasih ya nak. Semoga Tuhan memberi rejeki untukmu kelak ya, Nak. Menggantikan segala derita mu dengan kebahagiaan yang sesungguhnya." Doa ayah pada Anin.
"Amiiin." Ucap Anin menyambut ayahnya dengan sungguh sungguh.
Selanjutnya Anin menjalani hari harinya dengan normal. Beraktivitas dahulu di rumah lalu ke butik untuk bekerja. Sesekali Anin merasa kangen untuk mengetahui kabar Felysia. Tetapi dia tidak pernah mendapat balasan.
Bahkan Felysia pun tidak pernah memperbaharui status WA nya. Terbesit dalam pikiran Anin merasa khawatir. Terutama jika mengingat kebiasaan Felysia yang suka main di club malam.
Tetapi cepat cepat Anin buang pikiran buruknya, mengingat Felysia di Australia. "Toh, ada Nayra adiknya yang akan selalu menemaninya. Tentu ia tidak akan kesepian di sana." Batin Anin yang kemudian tenggelam dalam tumpukan kertas gambar.
Untuk menciptakan ide baru. Yang akan ia ikutkan dalam kompetisi berikutnya. Anin sangat antusias dan ingin segera menjadi desainer tetap di butik itu.
Sementara di tempat lain.
Ternyata Felysia tidak benar benar ke Australia. Kenyataannya ia hanya berada di Jakarta. Felysia yang sedang terpuruk sedih dengan kisah rumah tangga kedua orang tuanya.
Memilih mencari kebahagiaan dengan caranya yaitu menjalin berhubungan dengan pria yang masih berstatus suami orang.
Dennis Adskhan adalah seorang pria kaya, pengusaha tambang batu bara keturunan Turki. Memiliki 5 orang anak perempuan dari hasil pernikahan sahnya dengan kedua istrinya.
Keseringannya bertemu di club malam dan yang selalu berakhir di kamar hotel berdua. Membuat Felysia terjerat dalam hubungan cinta terlarang itu. Felysia merasa menemukan kasih sayang yang ia cari dari hangatnya pelukan dan perhatian dari seorang ayah. Ya, usia pria itu telah melewati kepala empat. Namun belum mencapai 50 tahun.
Sepertinya, Dennis ingin menjalin hubungan yang lebih serius pada Felysia. Baru saja ia membelikan sebuah apartemen mewah di Jakarta.
Agar mereka selalu bisa berduaan dengan leluasa dalam menghabiskan hari bersama. Dennis baru saja ingin menikahinya secara siri, serta menginginkan memiliki seorang anak laki-laki dari hasil hubungannya dengan Felysia. Ia ingin nama Adskhan nya berlanjut, yang akan ia bubuhkan di belakang nama anak laki-lakinya kelak.
"Honey, pliis...!!! Tinggalkan saja dunia model mu. Percayalah uangku masih cukup untuk menghidupi mu dan anak kita sampai 7 turunan. Kalian tidak akan hidup miskin, Han." Rayunya pada Felysia.
"Papi ... aku masih ada terlibat beberapa kontrak. Nanti aku di kira ga profesional dong." Jawab Felysia yang masih bergelayut manja di atas pangkuan Dennis kekasihnya itu.
"Aku akan bayar semua denda kontraknya, Honey. Kamu harus segera menjadi ibu dari anak - anakku." Ucap Dennis sambil masih mencium ceruk leher Felysia.
"Papi... ijinkan aku habiskan semua kontrakku sampai akhir tahun ini yaaa." Ujar Felysia lagi sambil melingkarkan kedua tangannya pada leher Dennis.
"Janji... setelah itu kamu harus jadi istriku?" tanyanya mencari kepastian dari Felysia.
"Tapi, Pap. Bagaimana jika yang ku lahir kan nanti bukan lah anak laki-laki, seperti yang papi inginkan?" tanya Felysia
"Kita program dong sayang. Ilmu kedokteran sekarangkan makin maju. Aku pasti bisa dapat anak laki-laki denganmu." Ucapnya lagi.
"Apa papi akan menikah lagi jika tidak mendapatkannya dari ku. Dan aku akan bernasib sama dengan istri istrimu sebelumnya?" tanya Felysia meragu.
"Tidak sayang, kamu pelabuhan terakhirku. Karena itu jangan biarkan kau mengecewakanku." Jawabnya.
Membuat Felysia hanya diam dan menikmati ciuman ciuman kecil di bibirnya, dari lelaki yang akhir akhir ini sangat menguasai hatinya.
Entah apa yang Felysia cari. Bukankah ia sudah memiliki banyak harta. Lalu mengapa harus pria beristri dua juga berumur itu tempatnya menambatkan hatinya. Perhatian, pengertian dan buaian kasih sayang yang tidak ia dapatkan di rumah membuat Felysia bagai tersihir untuk terus mengikuti keinginan laki-laki itu
Namun, sesungguhnya walau ia seakan mabuk kepayang pada Dennis. Felysia belum yakin 100% pada hubungannya dengan Dennis. Buktinya, sampai sekarang ia masih belum mau melepas kontrasepsi jenis IUD yang sejak lama ia gunakan.
Felysia menyadari kecerobohannya di club malam yang kadang berakhir di kamar hotel. Bisa saja benih benih itu, sewaktu waktu bisa menjadi janin yang belum ia inginkan. Maka ia memutuskan untuk menggunakan alat KB yang aman dan membuat ia tetap nyaman. Juga, sesungguhnya terkadang ia masih bisa berpikir jernih. Ia pun ingin memiliki keluarga kecil yang utuh dan normal. Bukan hanya sebagai sugar bagi om om seperti Dennis ini.
Bersambung
...Mohon dukungannya 🙏...
...Komen kalian...
...sangat autor harapkan lho...
...Kasih 👍💌✍️🌹...
...seikhlasnya yaa...
...Biar makin semangat...
...Terima kasih...
selamat membaca yaaak