NovelToon NovelToon
Denganmu Lagi

Denganmu Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: ginevra

"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.

Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.

Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."

Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?

Happy reading~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan diangkat

Happy reading~

.

.

.

Badai pasti berlalu, mungkin itu kata yang tepat dengan keadaan Nindya sekarang. Tidak butuh waktu lama, Nindya kembali ceria seperti biasa. Hari-hari dipenuhi dengan kekonyolan kelakuan siswa SD. Tak jarang juga mereka membuat kepala pusing, hampir gila.

Hari ini kelas 4 sangat ramai, bahkan suara gedoran meja dari Nindya tidak mereka hiraukan. Mereka tanpa sungkan tertawa terbahak-bahak, bergosip, sampai saling melayangkan pukulan.

Ketika Nindya melihat ke kolong meja guru, betapa terkejutnya dia. "Hah...kalian sedang apa?" tanyanya kepada 2 siswa yang tertawa cengingisan bersembunyi di kolong meja.

"Hmmm...memang jadi guru SD itu nggak bisa galau!" batinnya.

Ditengah Nindya menjelaskan tentang konsep perkalian, ada siswa yang suka buar onar bertanya,"Bu Guru sudah punya pacar belum?"

Setidaknya dia tidak memanggilnya mbak.

"Ayo semua perhatikan papan tulis!" Nindya menghiraukan pertanyaan muridnya karena tidak mau pertanyaannya melebar kemana-mana.

"Sama Pak Aji saja bu, hehehe," salah satu anak cewek menimpali.

"Jangan dong! Pak Aji itu punyaku!" Saut teman sebangkunya.

Nindya tidak habis pikir kalimat itu bisa keluar dari mulut anak kelas 4 SD. (SD loh ini!)

"Jangan pacar-pacaran ya, kalian masih kecil," Timpal Nindya.

"Kalau jomblo jangan ajak-ajak dong bu!" Semua siswa tertawa mengejek Nindya.

Nindya menepuk jidat mendengar pernyataan murid bau kencurnya.

"Sudah! Kalian kerjakan soal ini! Kalau sudah nanti saya nilai. Tapi kalau tidak mendapat 100 maka harus mengulang lagi sampai mendapat nilai 100!" Nindya menuliskan 5 soal perkalian di papan tulis.

"Ha? Jangan disuruh ulangi lagi dong bu!" Pinta salah satu siswa.

"Tenang saja! Nanti Ibu akan kasih tau salahnya dan cara mengerjakannya. Jadi jangan takut! Kalau belum bisa langsung kedepan meja Bu Nindya. Mengerti anak-anak!"

"Iya bu!" Anak-anak terpaksa menyetujui perjanjiannya.

'Kalau mengerjakan Matematika aja pada anteng!' batin Nindya.

...****************...

Setelah jadwal mengajarnya selesai, Nindya beristirahat di markas. Seperti biasa, waktu istirahat dia gunakan untuk menyicil perangkat pembelajaran agar saat di kos dia tidak terlalu bergadang.

"Tik tik tik tik!"

Suara ketikan keyboard menggema di seluruh ruangan yang sepi. Nindya sesekali menggaruk telinganya ketika ide tidak kunjung datang. Udara pengap menambah panas kepala yang sudah berasap.

"Ceklek!"

"Hah!"

Nindya berteriak bersamaan dengan suara pintu yang terbuka.

"Astagfirullah kaget aku Bu...bu...!" Aldi sang primadona masuk ruangan bersama ketua.

"Kalian yang main nyelonong aja!" Bentak Nindya.

"Ngapain sih bu susah-susah buat RPP mending cari di internet kan banyak," Aldi mengomentari Nindya yang terlalu stress dengan tugasnya.

"Sudah, tapi jelek. Amburadul semua kalimatnya. Dan kadang nggak sesuai sama keinginan guru pembimbing. Mending buat sendiri aja!" Nindya selalu suka beradu argumen.

Kedua cowok saling menatap dan mengangkat bahu tanda "terserah".

Untuk mencairkan suasana Aldi menyalakan laptopnya dan menautkannya dengan sound mini miliknya.

"Jangan diambil pusing bu! Mari kita joget! Hobah...!" Aldi bergoyang sambil membawa uang layaknya sedang menyawer temannya Aji.

Nindya menggeleng-gelengkan kepala. Bagaimana dia bisa dituduh berselingkuh dengan teman-teman anomali ini? Nindya tidak habis pikir.

Karena malas menghadapi teman-teman absurdnya itu, Nindya memilih keluar ke kantin untuk mencari cemilan. Di perjalanan dia membuka pintu ada Dion anggota jurusan PJKR yang bergabung. Alhasil mereka bertiga joget dangdut nggak karuan. Ck...ck..ck...

Sepeninggalan Nindya ke kantin, hp Nindya yang tidak sadar dia tinggal berbunyi. Disana tertulis "jangan diangkat".

Melihat nama itu, aldi dengan tanduk yang tiba-tiba muncul di kepalanya malah mengangkat telponnya.

"Sttttt! Matikan dulu musiknya!" Aldi menyuruh kedua temannya untuk mematikan sound mini laknatnya.

"Haaloo!" Katanya dengan suara dibuat-buat.

"Ini siapa ya? Oh... Nama kamu pasti jangan diangkat! Hahaha!" Aldi tertawa tanpa sebab.

"Kamu yang siapa? Main angkat telpon orang," sang penelpon marah

"Selow bro... Selow.... Tuh Nindyanya sudah datang," Aldi menyerahkan ke Nindya.

"Siapa?" Nindya yang baru datang keheranan karena langsung disodori HP.

"Dari jangan diangkat," Aldi sengaja mengeraskan suaranya.

"Ck.. matiin aja!" Perintah Nindya.

"Hahahaha... Sorry bro!" Aldi lanjut mematikan HP Nindya.

Nindya menyambar HP dari genggaman Aldi dengan cepat dan memelototinya.

Dia membuang HP dan membuka kembali laptop untuk mengerjakan tugas. Aldi and the gang saling menatap was was.

Namun Nindya tidak memperpanjang masalah. Toh dia juga nggak akan mengangkat panggilan itu. 

Nindya kembali fokus dengan pekerjaannya. Matanya menyipit dan keningnya berkerut. Selepas dari kantin, jemarinya menari diatas keyboard seperti mendapatkan ilham.

Aldi cs dengan santainya menyalakan musik dangdutnya lagi. Mereka bernyanyi dan berjoget seperti tidak terjadi adegan mengangkat telpon.

"Huft... Sabar...sabar.." Nindya hanya mampu mengelus dadanya yang rata sambil mengucap istigfar.

...****************...

Dimalam harinya, Nindya dan teman-temannya yang kurang sajen itu membuat alat peraga di ruang tengah depan televisi. Dia melihat Nining, adik kosnya duduk dipojokan untuk menonton TV.

Nining menyandarkan bahunya di tembok  kamarnya yang dekat dengan tv. Matanya menerawang seperti tidak fokus dengan apa yang ditontonya. Giginya menggigit mulut bawahnya dan tangannya membelai-belai lututnya.

Nindya tahu bahwa adik kosnya itu ketakutan dengan kehadiran mereka di ruang tengah. Tapi Nining tidak bisa langsung masuk ke kamar karena tidak enak hati.

Nindya tidak menghiraukan adik kosnya itu. Namun tidak dengan Mila. Mila dengan sengaja menyindir Nining yang dicapnya sebagai pemfitnah.

"Wah.. kartu angkamu bagus banget san! Pasti ini buatan pacar kamu ya?" Mila dengan mulut lemesnya berteriak padahal jarak mereka tidak jauh.

"Enak aja...jangan FITNAH  ya! Ini buatan aku sendiri tau!" Sania menanggapi ocehan Mila.

"Maaf ya San, aku nggak maksud MEMFITNAH  kamu," Mila menambahi dengan menggoyangkan kepalanya.

"Bagus deh kalau kamu mau MINTA MAAF. Daripada si ono!" Kali ini Sania sangat kentara.

Nindya hanya memutar matanya ke atas dan menggelengkan kepalanya.

"Drrt...drrt.."

Telpon dari jangan diangkat.

Nindya menatap lama HPnya. Nindya menimbang apakah dia akan mengangkatnya atau tidak.

"Angkat saja! Biar aku yang ngomong," Mila berbicara dengan nada ketusnya.

"Nggak.. aku saja Mil," Nindya mengangkat telpon dari si kampret dan pergi ke balkon.

Nindya: "Halo...kenapa kamu telpon terus sih?"

JDA: "Siapa tadi siang yang ngangkat telpon kamu?"

Nindya: "Apa urusanmu? Pacar bukan!" Nindya balik marah.

JDA: "Jadi itu selingkuhanmu??

Nindya: "Kalau kamu telpon cuma mau bilang itu, mending gak usah!"

JDA: "Nindya!"

Nindya: "Apa sih teriak-teriak?" Nindya kembali bernada tinggi.

JDA: "Nining sudah menjelaskan ke aku kalau kemarin dia salah paham."

Nindya: "Terus?"

JDA: "Ya aku mau penjelasan darimu!"

Nindya: "Ngapain? Kamu aja lebih percaya sama Nining daripada aku. Mana pakai memata-matai lagi. "

JDA: "Aku cuma ingin ngawasin kamu aja, nggak lebih."

Nindya: "Stop berdebat! Aku dah nggak mau lagi berurusan denganmu! Bye!" (That's My girl)

.

.

.

.

Akhirnya hubungan Nindya dengan "jangan diangkat" pun usai. (Malas sebut nama)

Mungkin episode selanjutnya akan time skip jauh.

So... See you next time guys..mmmuah...

1
@dadan_kusuma89
Sampai Upin Ipin rambutnya gondrong sekalian ya 😁
@dadan_kusuma89
Nindya, aku hampir salah paham dengan kamu yang "membawa HP lebih dari biasanya" 😁. Aku pikir tadi kamu membawa dua sampai tiga HP setelah ketemu Denis😁.
ginevra: hehehehe...bener juga kak
total 1 replies
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
watak keibuan banget Nindya nihh 🤭
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
jangan tralu gelisah, coba saja dulu biar gak terus kepikiran 😌
Muslikah
ehem juga
Muslikah
mila heboh banget deh
Muslikah
love you too
Muslikah
jangan remehkan
Muslikah
semangat nindya
Muslikah
kok aku tersindir ya
Muslikah
betul itu
Iyikadin
Anak sd sekarang udah bedaaaa😭
MARDONI
Kesan Mila adalah karakter yang lebih meledak-ledak atau vokal langsung terbentuk😄
MARDONI
Kalimat pembuka ini langsung bikin pembaca paham perjalanan emosinya. Kesan bahwa Nindya berusaha bangkit terasa kuat dan natural.
Burhan_part
ibunya ada ada aja
Muffin🧁
Wah mapan nih haha🫣
Burhan_part
walah walah
Burhan_part
kamu ekstrovert juga nggak
Muffin🧁
Favorite nya sejuta umat sih
Muffin🧁
Kamu cantik mangkannya dia bilang wah 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!