Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENGUBAH SUDUT PANDANG
Waktu istirahat kali ini Felya gunakan untuk mengubah sudut pandang orang-orang terhadapnya. Dari ujung lorong, Felya berdiri dengan tegak. Kakinya mulai melangkah dengan percaya diri ke depan. Kedua sudut bibirnya perlahan ia tarik ke atas membentuk kurva senyuman. Tangannya memegang sebuah toples berbentuk hati yang berisi banyak sekali permen. Setiap siswa atau siswi yang ia lewati, diberikan sebuah senyuman. Juga sebutir permen bebas pilih.
"Halo, guys. Gue lagi bagi-bagi permen nih buat naikin mood. Masing-masing boleh ambil satu, ya. Ada banyak varian permen, lho. Enak-enak. Ayo ambil!"
Felya tersenyum manis.
Awalnya para siswi itu menatapnya heran, bahkan ada yang menertawakan diam-diam. Namun, kedatangan Yokan yang menjadi orang pertama mengambil permen dari toples itu membuat yang lain terdiam memperhatikan.
"Gue pilih permen kiss," ucap cowok itu sambil melihat tulisan di balik bungkus permen itu. "Kamu ganteng. Ah, thank you. Tau aja nih permen yang ngambil pertama orangnya ganteng," ujarnya sebelum membuka bungkus permen itu dan memakannya.
Yokan mengangkat bungkus permen itu ke atas, lalu menunjuk mulutnya dengan tangan kiri. "Gue udah makan. Ini nggak beracun. Cobain aja."
Barulah satu per satu dari mereka mengambil bagian. Felya dengan senang hati menyodorkan toples permen itu. Nyaris setiap koridor Felya datangi. Entahlah apa karena terbawa suasana yang lain, siswa siswi yang dulu mengatainya sekarang menjadi bagian dari yang menerima permen dari Felya.
"Ambil dua gapapa. Masih banyak kok," ujar Felya tertawa senang karena mereka rebutan.
Yokan mendekati Felya, lalu berbisik di samping telinga itu. "Abis ini samperin gue di kantin. Jangan lupa," ujarnya sebelum melenggang pergi.
"Ya," sahut Felya singkat.
Sisa beberapa biji permen lagi. Felya memutuskan untuk menuju kantin. Niatnya mau makan, tapi begitu melihat sosok Yokan di meja pojok kanan, membuatnya teringat dengan permintaan cowok itu.
"Bu, mi ayam satu, ya. Sama teh es manis tapi jangan manis banget," katanya pada penjual mi ayam.
"Siap!"
Felya melihat Citra dan Sendrio makan bersama di meja paling tengah. Awalnya ia ingin mengacuhkan mereka, tetapi sistem tiba-tiba menyapa.
DING!
[Berikan satu permen pada Sendrio di hadapan Citra. Buat Sendrio menerima permen itu dan memakannya.]
Ih! Felya berdecak dalam hati. Terpaksa ia membelokkan langkahnya menuju Citra dan Sendrio yang lagi asik mengobrol.
"Hai," sapa Felya.
"Eh, Felya. Mau makan, Fel?" tanya Citra ramah.
Wajah Sendrio sudah terlihat bete melihat kehadiran Felya yang mengganggu waktunya bersama Citra. Sedangkan Felya, ia ikut mendengkus pelan. Kalau bukan karena perintah sistem, ia malas untuk mendekati mereka.
"Eh, gue ada permen nih. Sen, lo pilih ya satu permen. Nih, masih ada lima biji," ujar Felya menyodorkan toples permen itu.
"Gue lagi nggak mau makan makanan manis," tolak Sendrio.
"Yahh ... satu aja. Sekali emut abis itu buang. Please, Sen," ucap Felya memohon.
"Gue nggak mau, Fel."
Citra memasukkan tangannya ke dalam toples itu dan mengambil satu permen. "Aku aja yang ambil, Fel. Makasih, ya. Sendrio keknya emang nggak mau makan yang manis."
"Ih, nggak bisa. Sen, lo harus mau. Please. Nih, gue ambilin satu, ya." Felya mengambil satu permen dan memberikannya pada Sendrio. Bahkan dengan suka rela Felya tersenyum agar cowok itu mau menerima permennya.
"Felya, dia lagi nggak mau makan permen. Kamu harus hargain dia, ya. Simpan aja permennya," kata Citra memberikan pembelaan pada Sendrio.
Felya melirik sinis pada Citra. 'Nih orang lama-lama bikin gue eneg juga, ya. Sok baik banget. Ikut campur mulu. Pantes aja si Felya yang asli sebel banget sama dia. Nggak, gue nggak bakal nyerah. Gue nggak mau dapat hukuman karena gagal menjalankan misi.'
"Sen, sekali aja. Please. Gue tuh ada misi tau nggak ngasih semua orang permen. Masa cuma lo doang yang nggak ambil permen dari gue. Yokan aja mau ngambil, lho. Badung-badung gitu ternyata orangnya ngehargain gue juga."
Mendengar Yokan dipuji, membuat Sendrio berdecak. Ia mengambil satu permen dari toples itu dan membuka bungkusnya.
"Sen, kalau nggak mau jangan dipaksa. Ntar muntah," kata Citra.
"Ya kali muntah makan permen, Cit. Yang ada sebaliknya kali. Permen itu nyegerin, bikin mood naik," sahut Felya.
Citra tak dapat menjawab apapun. Ia melihat Sendrio memasukkan permen itu ke mulutnya. Bahkan mengunyah permen cokelat itu.
DING!
[Misi kamu berhasil. Kamu mendapatkan sebuah petunjuk baru tentang novel hidupmu. Silakan cek saku seragammj sekarang.]
Felya mengernyit bingung. Tenyata hadiah yang diberikan oleh sistem bukan tentang kecantikan lagi? Tetapi petunjuk soal novel hidupnya. Tapi novel apa?
Felya membulatkan matanya terkejut, bahkan menutup mulutnumya dengan tangan tanpa sadar. "Jangan-jangan ... Buku novel yang gue jalani sekarang lagi," tebaknya pelan.
Citra dan Sendrio saling melempar tatap bingung, lalu menoleh pada Felya.
"Felya, lo kenapa? Masih kurang? Lo bilang tadi satu doang," tegur Sendrio.
Barulah Felya sadar akan posisinya sekarang masih di hadapan Sendrio dan juga Citra. Cewek itu menunjukkan cengirannya.
"Ehehe. Nggak kok sudah cukup. Duh, gue akhir-akhir ini emang suka linglung sih. Dah ya, gue nyamperin Yokan dulu. Bye!"
Sendrio menoleh ke arah meja yang didatangi oleh Felya. Ternyata benar ada Yokan di sana. Tampak Felya duduk di samping Yokan sambil mengobrol dengan santai. Mereka berdua terlihat akrab.
"Kamu liatin apa sih, Sen?" tanya Citra sambil menoleh ke belakang.
"Itu si Felya. Sejak kapan mereka berdua akrab? Bukannya kemarin di festival buku mereka tuh kayak berantem, ya? Nggak mungkinlah baikan secepat itu," sahut Sendrio.
"Iya juga sih. Tapi ya udahlah itu kan hak mereka berdua," sahut Citra.
"Iya tau. Tapi aneh aja gitu. Kamu tahu kan kalau Yokan itu sama nakalnya kek Felya. Mereka tuh udah dapat gelar Antagonis Woman dan Antagonis Man. Bayangin aja kalau sampai bersatu buat ngerjain orang."
Citra manggut-manggut. "Iya juga, ya. Kalau gitu kita harus hati-hati sama dia, Sen. Kamu ... jangan terlalu ladenin dia, ya? Aku lihat sih dia kek mau ngedeketin kamu banget tiap hari."
Sendrio tersenyum manis menatap Citra yang kini salah tingkah dengan ucapannya sendiri.
"Aku cuma suka sama satu orang kok. Jadi bagaimanapun dia mau deketin aku ya ... percuma. Soalnya aku cuma jatuh cinta sama satu cewek yang benar-benar idaman nyaris semua cowok di sini. Dia cantik, dia lembut, dia pintar, dan dia penyabar."
Citra salting bukan lain. Ia mengaduk-ngaduk minumanya, lalu menyesapnya sedikit. Kedua pipinya rasanya memanas. Citra entah kenapa yakin bahwa cewek yang Sendrio maksud adalah dirinya. Bukan yang lain.