Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.
Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.
Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.
Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
“Pa, siapa mereka?” tanya Lillian, suaranya bergetar. Matanya menatap ayahnya yang wajahnya pucat pasi, penuh keringat dingin.
“Lillian… maafkan papa. Papa tertipu oleh sebuah perusahaan. Mereka berpura-pura ingin bekerja sama dan berhasil membuat papa percaya. Demi proyek yang ingin kami jalankan, papa meminjam uang dari bos mereka. Tidak kusangka mereka akan datang secepat ini,” jelas Anthony, suaranya lirih namun penuh penyesalan.
Mata Lillian membulat. Tangannya mengepal erat. Ia berbisik dengan nada gusar, “Pa, kenapa harus terlibat dengan mereka? Mereka bukan orang baik…”
Belum sempat Anthony menjawab, suara kasar preman bertato memotong percakapan. “Tidak perlu banyak bicara! Serahkan semua yang kalian miliki sekarang juga!”
Lucy yang sejak tadi gemetar akhirnya maju selangkah. Matanya basah, tapi ia berusaha tenang. “Ambil perhiasanku, tapi biarkan anakku pergi. Dia tidak tahu apa-apa,” ujarnya memohon sambil melepas cincin dari jari-jarinya.
Preman itu menatap perhiasan di tangan Lucy, lalu tertawa dingin. “Apakah menurutmu perhiasan itu cukup untuk melunasi hutang suamimu? Itu bahkan tidak sebanding dengan bunga yang menumpuk!”
Dengan isyarat tangan kasar, bos preman berteriak, “Tahan mereka semua! Ambil apa saja yang ada di sini!”
Beberapa pria segera bergerak. Anthony berusaha menahan mereka, tapi dua orang langsung mencekal lengannya dari belakang. Lucy menjerit saat gelang emas di tangannya direnggut paksa. Lillian ikut ditarik, tubuh mungilnya terjepit di antara cengkeraman pria-pria bertubuh kekar.
“Lepaskan istri dan anakku!” Anthony berteriak nekat, suaranya parau. “Aku ingin bertemu dengan bos kalian! Ambil saja semua yang ada di sini, tapi jangan sentuh mereka!”
Lillian meronta, matanya menatap tajam pada para preman itu. “Lepaskan kami! Aku… aku punya uang. Aku akan membayarnya. Beri aku waktu lagi untuk mengumpulkan uang!” suaranya putus asa tapi penuh keberanian.
“Lillian, jangan!” teriak Lucy histeris, takut putrinya justru akan menjadi korban.
Salah satu preman mendekat, tatapannya licik. Ia menyusuri tubuh Lillian dengan pandangan cabul, membuat gadis itu bergidik ketakutan. “Gadis kecil… berapa banyak uang yang bisa kau bayarkan? Apa kau sanggup melunasi hutang ayahmu? Kalau tidak… tubuhmu yang seksi ini bisa jadi pembayaran bunga dulu.”
“Jangan sentuh anakku!” bentak Lucy sekuat tenaga. Ia mencoba melawan, namun dua orang preman langsung menahan kedua lengannya dengan kasar, membuat tubuhnya tidak berdaya.
Tak lama kemudian, beberapa pria berpenampilan serba hitam memasuki ruangan. Suasana seketika berubah mencekam. Dari barisan itu, muncul seorang pria dengan tatapan tajam dan wajah menakutkan. Langkahnya pelan, namun wibawanya membuat semua orang di ruangan itu membeku. Dialah Roy Cheung.
Anthony memberanikan diri bersuara, meski tubuhnya bergetar. "Tuan Cheung, tolong lepaskan mereka. Aku yang berhutang padamu. Jangan libatkan keluargaku!" pintanya dengan suara parau.
Roy menoleh perlahan, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum jahat. "Anthony Mei… saat kau datang melakukan pinjaman, kau seharusnya sudah tahu akan ada hari seperti ini," ucapnya dingin, membuat suasana semakin mencekam.
“Awalnya aku hanya meminjam 70 juta yuan dengan bunga lima persen. Tapi karena telat dua hari, bunga dinaikkan menjadi sepuluh persen. Mereka memberiku waktu seminggu untuk melunasinya… tapi perjanjian itu tiba-tiba berubah,” ujar Anthony dengan suara bergetar.
Roy melirik tajam, lalu tertawa kecil. “Baiklah. Kalau kalian menolak membayar, sebagai ganti bunga… serahkan semua aset yang kalian punya, termasuk dua wanita itu. Sisanya, kuberi waktu seminggu.” Tatapannya bergeser ke Lucy dan Lillian, membuat keduanya gemetar.
“Bawa pergi dua wanita ini!” perintah Roy dingin.
“Jangan sentuh mereka!” pinta Anthony dengan putus asa.
“Lepaskan tangan kalian!” teriak Lucy dan Lillian berusaha melepaskan diri.
“Kalian bukan hanya preman rendahan, tapi juga pecundang!” teriak Lillian dengan berani.
Plak!
Tamparan keras Roy mendarat di wajah Lillian. Ia lalu meraih kerah bajunya dengan kasar.
“Lepaskan anakku!” jerit Lucy histeris.
Roy mendekat, bisikan kejinya membuat darah berdesir. “Wajahmu cantik juga… aku akan bersenang-senang denganmu di depan tunanganmu. Setelah itu, aku akan menjualmu ke rumah pelacuran.”
“Lepaskan tangan kotormu!” bentak Lillian dengan penuh amarah.
“Bawa mereka pergi!” perintah Roy dengan suara keras.
Anak buahnya segera menyeret Lillian dan Lucy secara paksa. Namun sebelum mereka keluar, suara dingin terdengar memecah ketegangan.
“Sentuh mereka, kau harus minta izin dariku dulu.”
Semua mata serentak menoleh. Sosok Cole melangkah masuk ke dalam rumah itu dengan wajah dingin. Sejumlah anggotanya mengikuti dari belakang, bergerak cepat mengelilingi Roy dan anak buahnya.
Julian dan beberapa orang lainnya segera bertindak, mendorong anak buah Roy yang berusaha menahan Lillian dan keluarganya.
Ruangan itu seketika berubah panas. Roy dan Cole saling menatap tajam, seolah keduanya siap menelan musuh di hadapan mereka hidup-hidup.