NovelToon NovelToon
Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Gu Xiulan, Harapan Dan Pembalasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

Dulu aku menangis dalam diam—sekarang, mereka yang akan menangis di hadapanku.”

“Mereka menjualku demi bertahan hidup, kini aku kembali untuk membeli harga diri mereka.”

“Gu Xiulan yang lama telah mati. Yang kembali… tidak akan diam lagi.”
Dari lumpur desa hingga langit kekuasaan—aku akan memijak siapa pun yang dulu menginjakku.”

“Satu kehidupan kuhabiskan sebagai alat. Di kehidupan kedua, aku akan jadi pisau.”

“Mereka pikir aku hanya gadis desa. Tapi aku membawa masa depan dalam genggamanku.”

“Mereka membuangku seolah aku sampah. Tapi kini aku datang… dan aku membawa emas.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14

Ketika iring-iringan penguburan masih berjalan menuju gunung, sekelompok orang asing masuk ke halaman rumah keluarga Gu. Mereka datang dengan pakaian bersih dan senyum angkuh, tak menunjukkan sedikitpun empati atas suasana duka yang menyelimuti rumah itu. Mereka adalah utusan dari keluarga Li yang sudah lama menyodorkan mahar kepada keluarga Gu.

Tapi tentu saja Ulan tidak perlu memperlihatkan Jika dia mengenali kelompok ini. Hanya saja waktu kedatangan mereka untuk menjemput pengantin adalah salah. Seharusnya mereka datang beberapa minggu lagi tapi kenapa mereka datang sekarang.

Apa mungkin karena kematian Paman kedua.

"Hei hei hei Kami datang untuk menjemput pengantin," kata seorang wanita yang mengenakan bunga merah di kepalanya yang memiliki simbol Mak comblang .

"Apa? pengantin?"beberapa tetangga bertanya-tanya karena sebelumnya mereka memang pernah mendengar ,nenek menerima mahar besar untuk Ulan

Jadi sebenarnya nenek Ulan tidak bohong sama sekali tentang rp500 itu.

Pria berbadan besar dengan suara lantang berkata"Uang mahar sudah diberikan. Sekarang giliran kami menagih janji menjemput pengantin wanita"

"Hahaha,anak anak kemarilah mengambil permen pernikahan"

Anak desa tidak tahu apa yang terjadi biji tapi mereka sangat tertarik dengan permen. jadi satu persatu mereka datang untuk menagihnya dengan tersenyum dan terima kasih.

Ulan yang sedang duduk di pinggir ruangan dengan wajah tenang . Tanpa basa-basi, dia bangkit, mengambil sapu dari sudut rumah, dan berdiri menghadap rombongan itu.

Kedatangan mereka membuat kenangan buruk itu menjelma sejelas sinar matahari.

"Aku tidak pernah menerima uang apapun!"hardiknya.

"Kalau kalian ingin menagih, bawa saja nenekku untuk jadi pengantin. Bukankah dia yang menerima mahar itu?"

Ulan tanpa ampun menggulung sapu dan memukuli siapa pun yang dia bisa Kemarahan yang terakumulasi dari kehidupan sebelumnya,dia lampiaskan sekarang dengan sepenuh hati.

Untuk beberapa waktu, halaman yang awalnya di penuhi dengan isak tangis berubah menjadi sesibuk pasar .

"ambil dan nikahin nenek ku, dia bisa melahirkan bayi dan bisa memuaskan tuan muda li...ambil dia ..

Beberapa bibi yang tersisa di rumah menahan napas. Lalu terdengar tawa pelan dari salah satu bibi.Tapi ada juga merasa ngeri melihat keberanian Ulan.

"Kau bicara seperti itu kepada orang tua sendiri? Anak durhaka!" bentak seorang bibi lainnya.

"Apa kau ingin mempermalukan keluarga ini lebih jauh lagi?"

"Ulan jaga mulutmu, itu nenek mu sendiri Ulan"

Namun wajah Ulan tak goyah sedikitpun.

Dia marah untuk dua kehidupan sekaligus

Pukul pantat Mak comblang yang sudah mengatur pernikahan neraka ini.

Pukul.. pukul...

"Aahhhh...Ulan kau sudah gila "

 Bibi Ru yang ada disini, pernah ke kota, dia tahu cerita dalam.

"Aku pernah ke kota... dan dengar kabar tentang keluarga Li, dia adalah putra satu-satunya, ayamnya bekerja di pabrik pemotongan daging, upah lumayan bagus" ucapnya sambil melirik ke arah rombongan.

Hem..oh..

Rumor berkembang dengan gosip baru.Bibi ru bersemangat untuk berkisah.

"Putra mereka itu... sudah dua kali menikah. Kedua istrinya meninggal tak wajar. Ada yang bilang dicekik, ada yang bilang dibakar. Tapi tak pernah terbukti."

Desahan kaget terdengar dari beberapa sudut ruangan.

"Apa?Ah serius?"

"Mana mungkin aku berbohong, Hem dengar ini," lanjut Bibi Ru, suaranya nyaris seperti bisikan tajam, "istrinya yang terakhir sudah lebih 2 tahun meninggal tanpa meninggalkan anak.sekarang mereka sudah menyebar tawaran mahar besar ke seluruh kota. Tapi tak ada satu keluarga pun yang mau menerimanya. Sampai akhirnya... tawaran itu sampai ke sini. Aku tidak tahu bagaimana nasib Ulan setelah menikah ke dalam keluarga mereka."

Beberapa utusan keluarga Li yang tadinya berdiri dengan dada tegap mulai terlihat gelisah. Namun salah satu dari mereka masih mencoba menekan situasi. mereka sudah mencari pasangan jauh jauh dari kota tapi pada akhirnya masalah itu tidak bisa ditutup tutupi.

"Itu urusan masa lalu. Sekarang kami hanya ingin membawa pulang pengantin. Kami sudah menunggu lama."

Namun sebelum suasana memanas lebih jauh, satu suara menyela dari belakang, Bibi tua yang sejak awal hanya diam mengamati, kali ini maju dengan tatapan tajam penuh makna.

"Kau ingin pengantin? agar bisa meneruskan keturunan keluarga Li kan. Tapi kau tahu? Ulan baru dapat kabar dari dokter desa... rahimnya dingin. Dia sulit hamil. Bahkan mungkin mandul."

Duar

Kata-kata itu meledak seperti petir dalam ruangan.ulan yang sedang bersemangat untuk memukuli tiba-tiba juga berhenti. Saat ini dia seperti sedang kehabisan nafas tapi mendapat sedotan penyelamat.

Dia berdiri dengan lelah di sudut rumah.

Beberapa dari utusan keluarga Li tampak terperangah. Yang semula tegap, kini tampak bingung dan berbisik satu sama lain*.

Apa benar?" gumam seorang wanita di antara mereka.

Mak comblang juga ditanyai dan dituduh sudah berbohong. cinta wanita itu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi karena sebelumnya tidak ada informasi tentang itu.

Gara gara ini Mak comblang di tampar dengan Lima jari.

"apa yang harus kita lakukan sekarang? bagaimanapun caranya kita harus pulang dengan istri tapi istri itu harus sempurna dan bisa melahirkan bukannya ayam yang tidak bisa bertelur"

"Kalau begitu... percuma. Bukankah kita diminta membawa istri untuk melahirkan keturunan?"

"Tapi kalau kita pulang tanpa pengantin..."sahut yang lain, gelisah.

"Tuan li akan murka.

Kebingungan itu menggantung di udara, menebalkan ketegangan. Ulan memandang mereka tanpa rasa takut, sementara bibi-bibi di sekitar hanya menunggu apa yang akan terjadi. Beberapa menunggu jawaban, beberapa hanya ingin melihat dunia terbakar.

Kelompok penjemput itu tidak pergi.

Mereka tetap tinggal, duduk di bangku kayu dan batu di depan rumah keluarga Gu. Suasana duka belum juga mereda, tapi kehadiran mereka yang diam-diam menekan seperti **bayangan kemarahan yang belum meledak** terasa jauh lebih menyesakkan.

Beberapa dari mereka, terutama wanita paruh baya berjubah hijau lumut, berbisik-bisik dengan nada tajam,menatap ke arah Ulan yang masih duduk di dalam rumah sambil memeluk lututnya.

"Apa benar dia tidak bisa punya anak?" tanya salah satu pria bertubuh kurus, suaranya pelan tapi tegas.

"Apa ini sebabnya mereka berani menolak? Tapi tetap mau terima uang kami?"

Mereka mencari jawaban, menyusuri mulut-mulut tetangga dan kerabat yang masih berada di sekitar rumah. Beberapa menjawab ragu-ragu, beberapa dengan sengaja menguatkan desas-desus itu,baik karena ingin membela Ulan, atau justru ingin menyelamatkan diri dari kemungkinan disalahkan nanti.

"Aku tidak tahu pasti," kata seorang bibi sambil cuci tangan di sumur. "Tapi kudengar kemarin dia pingsan di dapur, pucatnya seperti mayat. Mungkin memang ada penyakit..."

Kalimat itu cukup untuk membuat rombongan keluarga Li menyulut emosi.

"Berarti benar! Mereka menyembunyikan ini dari kami!"seru salah satu dari mereka dengan kemarahan yang ditahan.

"Kami diberi gadis yang rusak tubuhnya—lalu berharap kami tutup mulut karena sudah menyerahkan uang mahar? Ini penipuan!"

Salah satu dari mereka menendang pot bunga kecil di depan halaman, membuat tanah dan akar berhamburan.

Brak

Meski begitu, mereka tidak langsung pergi.

Mereka menunggu dengan duduk di bawah pohon tua di halaman depan, meneguk teh yang disediakan bibi tetangga sambil sesekali meludah ke tanah.

Menunggu rombongan jenazah turun dari gunung.

Menunggu penjelasan.

Menunggu kesempatan untuk menuntut keadilan... versi mereka sendiri.

Begitu rombongan keluarga Gu turun dari gunung dengan langkah lelah, suasana rumah langsung berubah dingin.

Kabut tipis dari gunung belum mengering dari bahu pakaian mereka, tapi yang menyambut bukanlah ketenangan,melainkan tatapan tajam dan penuh tuntutan dari kelompok penjemput pengantin.

 Justru sejak awal mereka hanya menatap lurus ke arah dua orang tua yang berjalan paling depan ,nenek dan kakek Ulan.

"Kami menunggu cukup lama, wanita tua" ucap pria paruh baya dengan suara tegas.

"Dan kami datang bukan untuk mendengar kabar kematian, tapi untuk membawa pengantin yang sudah dijanjikan oleh keluarga ini."**

Nenek menghentikan langkahnya, wajahnya pucat, keringat dingin langsung merembes di pelipis.*Sementara kakek mengernyit, masih mencoba menahan beban emosi dan fisik setelah pemakaman.

"Tunggu sebentar... Hari ini bukan waktunya bicara soal itu," ujar kakek dengan nada menahan, berusaha tetap tenang meski dadanya sudah bergejolak.

Putranya baru saja meninggal, sekarang datang lagi masalah baru.mana ada keluarga yang meninggal melakukan pernikahan di hari yang sama.

Ini jelas akan sial untuk beberapa tahun.

Namun pria dari kelompok penjemput langsung membalas, Karena sudah lama menunggu."Kami sudah memberikan uang mahar Rp500 dan sepotong kain.Jangan berpura-pura tidak tahu, Tuan Tua. Hari ini harus ada keputusan. Jika bukan pengantin, maka kami minta uang itu digandakan menjadi seribu. Jika tidak..."

Dia tidak menyelesaikan kalimatnya.

Tapi tekanannya cukup membuat udara jadi berat Beberapa dari mereka bahkan dengan sengaja menghentakkan kaki atau menjatuhkan barang di halaman seperti wadah bambu dan topi rotan—bukan memukul orang, tapi cukup untuk menunjukkan kemarahan.

"Apa kalian mengancam kami di rumah duka?" kakek berseru keras, matanya berkilat, tapi tubuhnya mulai gemetar.

"Jangan salahkan kami. Ini bukan tentang duka kalian, ini tentang janji yang kalian buat dan uang yang kalian terima. Kami tidak peduli siapa yang mati hari ini. Kami hanya peduli siapa yang akan ikut kami pulang sebagai pengantin."

Beberapa orang desa yang datang ikut mengantar jenazah berhenti di pinggir halaman, menyaksikan dengan tatapan ragu. Tidak satu pun dari mereka berani ikut campur.

"Itu..itu dia, ambil saja dan pergi lah cepat dari sini"kata nenek gu dengan menunjuk jari kepada Ulan.

Dia tidak akan pernah menyangka jika kelompok ini tidak menerima ulan seperti yang dia duga sebelumnya. Sampailah salah satu dari mereka berkata dengan wajah garang."apa keluar dari itu bodoh? ayam tidak bisa bertelur Dan sakit-sakitan akan kalian jual dengan harga 500? Huh hebat sekali perhitungan kalian?"

Ahhh..

Nenek tidak percaya dengan apa yang didengarnya. dia lantas menyebutkan beberapa hal lagi tentang Ulan. betapa muda dan betapa sehatnya dia.

Tapi kelompok itu semakin marah karena tidak dianggap oleh nenek tua.

Pertengkaran di halaman rumah keluarga Gu kian memanas.

Barang-barang rumah mulai beterbangan,satu per satu dilempar oleh orang-orang dari pihak penjemput pengantin yang tampak seperti gerombolan bandit dari kota.Piring pecah menghantam dinding, bangku rotan dibanting hingga kaki-kakinya patah, dan tempayan air yang diletakkan di sudut halaman dirobohkan hingga isinya mengalir ke tanah.

Ahhhhkkk..

Huaaaa....

Jeritan anak-anak kecil terdengar melengking.

 Mereka berlarian sambil menangis ketakutan, bersembunyi di balik kaki orang dewasa yang hanya bisa terpaku. Beberapa bibi desa yang ikut turun dari gunung ikut menarik anak mereka pergi, takut kerusuhan ini menjalar.Wajah-wajah tegang menyebar cepat di seluruh halaman rumah yang sempit.

Di tengah kekacauan itu, nenek Ulan jatuh berlutut. Wajahnya penuh tangis, tangannya gemetar menahan lutut yang rapuh.

"Tolong... tolong beri kami waktu," isaknya.

"Aku ini sudah tua... uang itu... uang itu bukan tak ingin kami kembalikan... tapi sudah dicuri, aku juga korban, tolong beri waktu.. Tidak Ulan tidak sakit dia bisa melahirkan aku jamin dengan usia tuaku..."

Air matanya mengalir deras, punggungnya membungkuk lebih dalam seolah tubuhnya sudah tak sanggup menopang rasa bersalah. Namun tak satu pun dari tim penjemput yang bersedia mendengar.

*Waktu? Kami sudah menunggu terlalu lama!"bentak pria tertua dari rombongan, tangan besarnya mengepal di atas meja kecil yang lalu dia pukul keras hingga mejanya terbelah.

Tiba-tiba, kakek Ulan berdiri dari tempat duduknya. Suaranya serak namun kuat.

"Kalau memang itu yang kalian inginkan, ambillah Ulan. Terlepas dia bisa melahirkan atau tidak, dia sudah dijanjikan."

"Tidak!" seru salah satu pria dari tim penjemput, "Kami tidak butuh perempuan mandul!"

Matanya menyapu ke sekeliling halaman, dan berhenti pada sosok gadis muda yang berdiri gugup di belakang punggung kakak nya

Gu Yueqing.

"Bukankah keluarga ini punya dua gadis? Kalau yang satu rusak, kami mau yang itu sebagai ganti."

"Tidak! Aku tidak mau!" teriak Gu Yueqing spontan.

Dia mundur cepat,ingin kabur ke dalam rumah, menuju kamarnya. seharusnya dia tidak melihat kesenangan ini dan langsung tersembunyi di dalam rumah sehingga tidak menjadi sasaran.

Tapi sayang dia sudah terlambat untuk sembunyi

Namun seseorang lebih cepat.mak comblang,menarik lengan Gu Yueqing dengan kasar.

"Hei! Jangan lari! Kau tak bisa kabur begitu saja setelah keluarga ini menerima mahar keluarga Li?"

"Lepaskan aku! Lepaskan!" teriak Gu Yueqing sambil meronta, air matanya mulai jatuh, wajahnya merah ketakutan.

Anak-anak menangis lebih kencang, ibu-ibu desa menutup mulut mereka sendiri, bingung harus ikut campur atau tidak.Sementara Ulan berdiri diam di belakang pintu, menyaksikan semuanya dengan mata yang kosong dan hati yang sudah dingin.

Gu Yueqing meronta dengan liar, wajahnya pucat pasi.Tubuhnya yang ramping nyaris terjatuh karena tarikan kasar mak comblang. Tangannya menuding langsung ke arah Ulan yang berdiri diam di ambang pintu.

"Itu dia! Itu pengantinnya! Bukan aku!" suaranya nyaring dan panik, "Aku harus menikah dengan orang kota yang kaya! Bukan dengan pembunuh istri!"

Suasana yang sempat kacau kini membeku dalam keheningan beberapa detik.kacau, hanya satu kata amarah keluarga Li langsung di picu .Dua laki-laki langsung mengambil alih dengan menariknya lebih keras lagi

"Kau yang harus menikah dan memberikan keluarga di keturunannya, suka atau tidak"

Lalu terdengar isak tangis Yueqing yang meluncur seperti anak sungai dari bibirnya.

"Nenek... tolong aku... aku cucumu... aku satu-satunya harapanmu untuk bisa tinggal di kota... bukan dia!"

Nenek terdiam, tubuhnya bergetar karena tangis dan tekanan dari dua sisi.Ia akhirnya bersimpuh, merangkak sedikit ke arah pria dari tim penjemput memohon penuh harap.

"Dia... dia masih muda, cantik, bersih... pintar juga... tolong, ambillah cucu ini saja. yakinlah Dia tidak sakit dan bisa melahirkan. Yang ini lah ..yang selalu sakit-sakitan... tidak berguna..."

Ulan memandang neneknya dengan tatapan kosong tapi penuh dengan sinar mengejek. Nenek sudah sangat ahli membohongi orang dan dia profesional. buktinya dia bisa membalikkan yang hitam menjadi putih sedang yang putih bisa dibuat menjadi hitam.

Hebat, bakat yang sangat langka.

Tapi sayang,Permohonan nenek hanya dibalas dengan tawa sinis.

""Ha! Kau pikir ini pasar sayur? Tukar-tukar seenaknya?"

"Dan perempuan itu..."mak comblang menunjuk Gu Yueqing,

"yang katanya harapan keluarga, lihat bagaimana dia menjerit ketakutan seperti ayam hendak disembelih. seperti itulah yang katamu sakit-sakitan, apa mata kami sudah buta?"

Cemoohan mulai terdengar dari warga desa yang masih menonton.

"mau menemukan pasangan di kota? hahaha bukankah sudah ada yang sudah jadi?"

"keluarga li berlatar belakang pekerja pabrik, ini sudah sesuai dengan Yueqing kan.Mana rasa malunya..."

Sementara itu, Ulan hanya berdiri mematung. Matanya menatap kosong pada pemandangan di depannya,nenek yang memohon demi cucu lain, ibu yang menunduk tanpa bicara, dan ayah yang justru berkata,"Ambil saja Ulan, siapa yang menyebutkan dia sakit. Dia cuma buang-buang beras di rumah ini."

Detik itu juga, sesuatu di dalam hati Ulan runtuh

Amarah yang selama ini dia telan,menumpuk seperti lumpur hitam di dasar sumur, kini menggenang hingga ke permukaan.

Tapi Ulan tidak meledak.

Tidak berteriak seperti sepupu nya,dia juga tidak menangis.

Sebaliknya, dia perlahan menjatuhkan tubuhnya ke lantai, tepat di depan ambang pintu.

"Ulan!" seru salah satu bibi, "Dia pingsan lagi!"

Orang-orang tersentak. Beberapa wanita desa buru-buru menghampiri, sementara mak comblang mengangkat alis sinis.

"Tsk, penyakitan betul. Memang tak layak jadi istri orang kota"

Pria dari pihak penjemput hanya mendecak,wajahnya kesal.

"Ini bukan pengantin. Ini beban."

keputusan tim penjemput sudah matang, lupakan Ulan bawa saja sepupunya.

Sementara Gu Yueqing menangis ketakutan,Ulan tetap tak sadar di lantai dingin, dengan napas pelan dan wajah seputih abu.

1
Etty Rohaeti
lanjut
Fauziah Daud
yup betul ulan.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt... lanjut
Fauziah Daud
trusemangattt
Cha Sumuk
sdh bab 3 tp mc cewek nya msh bodoh ms ga phm2 bahwa dirinya lg ngulang waktu, cerita ga jls berbelit Belit kesan nya,
samsuryati: say mc nya, sejak awal hanyalah seorang gadis tanpa pengalaman bahkan tanpa ilmu pengetahuan. tidak seperti kita yang tahu membaca dia hanya tahu desa bahkan belum pernah menikmati kota. meninggal pada tahun 70 sekian, hidupnya memang seperti katak di bawah tempurung.

jadi kelahiran kembali memberikan dia pilihan namun pilihan itu belum serta merta membuat dirinya berubah dari gadis muda yang bodoh menjadi gadis muda yang pintar.
ingatlah di dalam dua kehidupan dia bahkan belum pernah belajar.
Ini bukan tentang transmigrasi gadis pintar era 21 ke zaman 60-an di mana era kelaparan terjadi.
bukan say, cerita ini di buat membuat ulan mampu merubah hidupnya selangkah demi selangkah tidak langsung instan.

salah satunya adalah dia yang tidak pernah belajar sebenarnya bisa membaca tulisan-tulisan yang dipaparkan oleh layar virtual.
ya say, anggap saja itu adalah modal pertama dia untuk berubah.
jadi aku masih perlu kamu untuk mendukung agar perubahannya bisa membuatmu puas
total 1 replies
Fauziah Daud
bagus.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt
Andira Rahmawati
ulan nya terlalu lambat telminya kelamaan..😔
Fauziah Daud
bijak ulang.. trusemangattt
Fauziah Daud
trusemangattt.. lanjut
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
lanjuttt
Fauziah Daud
luarbiasa
Fauziah Daud
trusemangattt
Fauziah Daud
hadir thor
Cilel Cilel
luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!