Amel Fira Azzahra gadis kecil yang memiliki wajah sangat cantik, mempunyai lesuk pipi, yang di penuhi dengan kasih sayang oleh kedua orang tuanya. Namun sayang kebahagian itu tidak berlangsung lama. Setelah meninggalnya Ibu tercinta, Amel tidak lagi mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Bapaknya selalu bekerja di luar kota. Sedangkan Amel di titipkan ke pada Kakak dari Bapaknya Amel. Tidak hanya itu, setelah dewasa pun Amel tetap menderita. Amel di khianati oleh tunangannya dan di tinggal begitu saja. Akankah Amel bisa mendapatkan kebahagiaan?
Yukk ikuti terus ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 Luka Yang Mendalam
Di kediaman rumah duka. Amel dan pak Sugeng tak hentinya menangis, sahabat Amel yang bernama Nur, Diva dan Fingki memilih meminta ijin pulang lebih awal kepada wali kelasnya, jika ibu Amel meninggal dunia. Sahabat Amel pun sudah sampai di rumah duka mereka semua juga ikut menangis yang melihat orang tua sahabatnya meninggal. Tak pernah menyangka di benak mereka semua jika bu Isa berpulang kepada sang pencipta-Nya secepat ini. Jenazah pun akan di mandikan terlebih dulu. Beberapa orang wanita sudah memandikan jenazah bu Isa termasuk bu Sri yang memandikannya sambil tak hentinya menangis. Amel pun di panggil untuk di minta ikut memandikan jenazah ibunya karna ada bagian yang belom bersih, sudah berkali kali di bersihkan tetap saja tidak kunjung bersih.
"Nak Amel coba kamu mandikan ibumu nak, sedari tadi tidak kunjung bersih nak. Mungkin saja mau di mandikan oleh mu nak Amel". Kata bu Sri pada Amel sambil menangis pilu
Amel pun mulai ikut memandikan ibunya. Benar saja bagian tubuh yang tidak kunjung bersih dari tadi di sentuh oleh Amel langsung bersih.
"Nak ibumu ingin di mandikan olehmu. Lihat sudah bersih". Kata bu Sri yang tak hentinya menangis
" Mungkin selama ini Amel yang selalu minta di mandikan oleh ibu. Sekarang ibu yang meminta Amel untuk memandikan untuk terakhir kalinya" Ucap Amel sambil menangis sesegukan.
"Ayo ibu ibu kita kafani dulu lalu bersiap untuk di sholatkan".
30 Menit kemudian jenazah bu Isa selesai di kafani, jenazah pun siap di sholat kan. Para warga sudah berkumpul. Banyak yang ikut men sholatkan jenazah bu Isa. Setelah selesai di sholat kan jenazah sudah siap untuk menuju peristirahatan terakhirnya. Banyak juga yang mengantar jenazah bu Isa ke makam terdekat. Amel pun juga di minta ikut.
Pak Ustad meminta pak Sugeng untuk mengadzani jenazah bu Isa sebelum di tutupi dengan tanah. Tetapi pak Sugeng menolak.
"Pak ustadz saja yang mengadzani, saya tak sanggup pak ustadz". kata pak Sugeng yang sudah benar benar tak sanggup. Untuk berdiri saja pun pak Sugeng harus di papah
"Baiklah pak Sugeng". jawab pak ustadz
Adzan pun di kumandangkan. Setelah selesai barulah tanah mulai menutupi jenazah bu Isa. Tangis Amel pun semakin histeris. Lambat laun bu Isa sudah tak terlihat dengan tumpukan tanah yang mulai menutupinya. Setelah selesai para warga pun pulang ke rumah duka. Kini hanya tinggal Amel dan pak Sugeng
"Bu, kenapa ibu pergi meninggalkan Amel. Ibu gak sayang lagi ya sama Amel. Nanti siapa yang bakal nyuci baju Amel, siapa yang bakal masakin Amel dan bapak". Amel terus menangis di atas makam ibunya. Begitupun dengan pak Sugeng yang terus menangis, ia memeluk anaknya yang sangat kehilangan
"Pak, apa Allah tidak sayang sama Amel sehingga Allah mengambil ibu Amel. Kenapa harus ibu Amel? Kenapa tidak orang lain saja". kata Amel yang sudah frustasi dan pikirannya mulai menyalahkan takdir dari Tuhan.
" Nak jangan berbicara seperti itu. Semua yang akan bernyawa memang akan mati nak. Semua yang di ciptakan oleh Tuhan akan kembali padanya. Kuatkan dirimu nak masih ada bapak di sini". Kata pak Sugeng berusaha menenangkan Amel. Meskipun dirinya sendiri juga sedang tidak baik baik saja dia berusaha kuat di hadapan anaknya.
Amel terus menangis memeluk batu nisan sang ibunya. Ia masih tak percaya jika ibunya telah tiada. Amel tidak mau pulang ia terus menangis dan memeluk tanah yang ada di hadapannya yang tak lain adalah makan ibunya. Hingga sore hari pun Amel tak kunjung pulang. Pak Sugeng terus membujuk Amel untuk pulang.
"Nak ayo pulang dulu, ini sudah sore, kalau kamu nangis terus begini ibumu pasti merasakan sedih juga nak. Ibumu pasti tidak tenang di alam sana". ucap pak Sugeng pada Amel berusaha membujuk
" Apa nanti ibu bakal pulang pak? ". tanya Amel dengan polosnya
" InsyaAllah nanti ibu akan datang dalam mimpi kita nak. Ayo kita pulang dulu di rumah mau ada tahlilan untuk ibumu nak"
"Hiks Hiks Hiks... Bu Amel pulang dulu yaa. besok Amel kesini lagi. Ibu pasti sangat lapar kan. Besok Amel akan bawakan sarapan buat ibu". Kata Amel dengan polosnya yang masih tidak bisa menerima kenyataan
Amel dan pak Sugeng pun pulang ke rumahnya. Tak lupa dia membersihkan diri dulu. Malam harinya sudah banyak warga yang berdatangan ke rumah duka untuk ikut mendoakan bu Isa. Sangat ramai yang mendoakan bu Isa. Karna bu Isa memang terkenal baik, ramah, rendah hati dan sopan.
Bahkan pemilik rumah yang di tumpangi oleh keluarga pak Sugeng pun sudah mendengar kabar duka ini. Namanya bu Zuliatin
Bu Zuliatin dan suaminya langsung pulang ke kampung halamannya. Bu Zuliatin berada di Surabaya, tadi siang langsung pulang ke kampung halamannya.
"Amel kamu yang kuat ya nak. Masih ada bapak kamu dan keluarga yang akan selalu menyayangimu". ucap bu Zuliatin yang juga masih menangis
" Nanti siapa yang akan menyisir rambut Amel? Sedangkan ibu sudah tidak ada". jawab Amel yang mengingat kenangan bersama ibunya.
Para keluarga yang sedang berkumpul pun tak kuat menahan tangisnya dengan ungkapan dari Amel. Anak yang masih butuh kasih sayang dari seorang ibu. Kini sudah tidak dapat merasakannya lagi. Ibunya telah pergi dan tak akan mungkin kembali lagi.
7 hari kemudian di mana 7 harian bu Isa sudah selesai. Rumah yang di tempati oleh pak Sugeng perlahan mulai sepi hanya tinggal bu Zuliatin pemilik rumah. Bu Zuliatin pun berbicara kepada pak Sugeng
"Kak Sugeng tetap tinggalah dini sini. Saya dan suami saya akan kembali ke Surabaya". kata bu Zuliatin
" Tidak dek, saya tau hanya menumpang. Saya akan pergi dari sini sama Amel. Saya akan pulang ke rumah saudara saya. Rumah yang sudah membesarkan saya. Istri saya sudah tidak ada, di sini juga hanya keluarga istri saya". kata pak Sugeng yang menolak tawaran dari bu Zuliatin
"Tapi bagaimana dengan Amel yang masih sekolah di sini?"
"Nanti setelah kenaikan kelas Amel juga akan pindah ke sekolah yang ada di desa sana dek. Untuk sementara waktu biarlah saya bolak balik mengantar dan menjemput Amel".
" Baiklah jika itu keputusan kak Sugeng, saya pun mengerti yang di rasakan kakak. Jadi kapan kakak akan pindah".
"InsyaAllah besok saya akan langsung pindah dek".
Pak Sugeng dan Amel akan pindah ke desa sebelah di mana pak Sugeng di besarkan bersama saudaranya. Di sinilah kehidupan Amel akan di mulai. Banyak cobaan yang akan Amel lalui nanti, bahkan kisah cintanya pun tidak akan berjalan dengan lurus.
Hi Guys jangan lupa like dan komen kalian yaa. Aku sangat butuh saran dan kritikan dari kalian semua. Semoga kalian suka
Nanti Amel ini juga akan banyak mempelajari tentang kehidupan, kerasnya hidup. Akan kah Amel bisa melewati semua itu?
Dan akankah Amel bisa bahagia dengan pasangannya nanti. Ikuti terus yaa cerita novel ini