Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Pertemuan
"Cut ......!" teriak Erland. Semua pun langsung bertepuk tangan karena ini adalah pengambilan gambar yang terakhir.
Amezza, langsung mendekati Erland. "Bagaimana akting ku?"
Erland langsung menggandeng tangan Amezza. "Bagus dong, sayang. Kenapa sih kamu masih meragukan kemampuan aktingmu?"
"Tapi kan kali ini aku menjadi pemeran utamanya. Di dua film sebelumnya aku hanya pemeran pembantu."
Fifi, maneger Amezza tersenyum melihat pasangan itu. Mereka selalu berkata tak ada hubungan apa-apa namun Erland selalu memanggil Amezza dengan sebutan kata 'sayang'.
"Syutingnya sudah selesai, jadi sekarang kita sudah boleh liburan kan?" tanya Fifi. Ia sudah rindu dengan suaminya.
"Iya. Aku sudah janji pada semua kru. Minggu depan, kita akan ke Bali."
Amezza terkejut. Tentu saja ia ingat keindahan tempat itu. Amezza sudah dua kali ke sana. Terakhir ia pergi saat ia baru lulus SMA.
"Sepertinya sudah 7 tahun berlalu." ujar Amezza.
"Aku boleh membawa suamiku kan?" tanya Fifi.
"Boleh dong. Kalau Erland tak mau membayarnya, biar aku saja." kata Amezza sambil melirik ke arah Erland.
Cowok itu tersenyum. "Tenang saja, sayang. Akan ku bayar. Sekarang apakah kamu mau kembali ke hotel? Pesawat mu besok pagi jam 7."
"Iya. Aku mau ke hotel saja. Aku sangat capek dan ingin segera tidur."
Erland segera mengajak kedua perempuan itu pergi.
Sudah 2 tahun ini Amezza memutuskan untuk terjun ke dunia akting. Erland yang membujuknya sampai ia mau syuting di filmnya Erland. Film pertama Amezza berjudul Lukisan Cinta. Amezza menjadi pemeran pembantu. Aktingnya langsung mencuri perhatian para peminat film sehingga Amezza langsung meraih penghargaan sebagai artis pendatang baru terbaik.
Hampir 3 bulan Amezza ada di London untuk syuting film keduanya ini dimana ia menjadi pemeran utama. Kali ini filmnya tak ada hubungannya dengan lukisan. Amezza justru mendapatkan peran menantang sebagai pembunuh bayaran. Siapa yang sangka, penampilan Amezza yang lembut justru bisa memainkan perannya sebagai gadis yang kejam dan tak mengenal kasihan.
Begitu tiba di hotel, Amezza langsung mandi dan tidur. Ia merasa hari ini sangat lelah.
**********
"Bagaimana hubunganmu dengan Gaby?" tanya Caleb kepada Evradt.
"Begitulah. Maju mundur tak tentu arah. Terkadang aku bosan. Makanya aku tak menghubunginya saat datang ke London."
Caleb merasa kasihan dengan temannya itu. Ia mengalami kecelakaan dan kehilangan sebagian ingatannya. Menurut dokter amnesianya ini permanen. Beruntung kalau Evradt tak melupakan dirinya.
"Kalau memang tak membuatmu bahagia, kenapa tak pisah saja?"
Evradt mengangkat bahunya. "Mamaku sangat menyayangi Gaby. Dan aku tak mau menyakiti mamaku. Dia sudah cukup menderita di penjara selama 23 tahun."
"Memangnya kamu tak pernah menyukai gadis lain?"
"Aku jadi malas untuk memulai hubungan dengan gadis lain. Aku hanya ingin konsentrasi saja dengan kerja sama kita."
Caleb mengangguk. "Baiklah. Proyek kita setelah 3 tahun akhirnya selesai. Aku mau menawarkan kerja sama denganmu. Kamu masih mau?"
"Tentu saja, Caleb. Urusanku di Perancis sekarang ini banyak dibantu oleh adikku."
"Ayo kita berinvestasi di Indonesia."
"Boleh. Kota apa?"
"Bali."
"Waw aku suka Bali."
"Rencananya minggu depan kita akan pergi ke sana."
"Aku ikut."
"Senang mendengarnya. Sekarang aku ke kamar ku dulu ya?" pamit Evradt. Ia meninggalkan ruang kerja Caleb yang ada di hotel ini. Langkah menuju ke lobby hotel.
Evradt hendak naik lift menuju ke kamarnya yang ada di lantai 7.
Saat pintu lift terbuka, nampak Amezza keluar dari sana. Keduanya tak saling menatap. Tak saling mengingat. Amezza yang memang baru bangun tidur merasa lapar dan kebetulan Erland sudah menunggunya di restoran. Evradt pun masuk ke dalam lift. Lelaki itu menekan angka 7. Namun hidungnya yang tajam mencium bau harum parfum. Mungkin parfum perempuan itu pikir Evradt lalu kembali menunggu pintu lift terbuka.
***********
Bali, seminggu kemudian.....
Amezza menahan topinya saat angin kencang berhembus. Pantai di belakang The Thomson hotel ini memang tak begitu banyak pengunjung karena hanya dikhususkan untuk penghuni hotel saja.
Dengan celana pendek dan kaos singlet, Amezza duduk di atas kursi lantai.
Fifi dan Suaminya tak terlihat sore ini. Mungkin keduanya masih capek sama karena mereka baru saja tiba tadi pagi. Amezza sudah sempat tidur sebentar, namun sore ini dia ingin menikmati matahari terbenam.
Beberapa kru dari Erland juga ada di pantai ini. Amezza menyapa mereka sebelum akhirnya ia duduk menyendiri.
"Amezza, ayo berenang!" ajak Erland yang baru datang.
"Aku tak bisa berenang karena sedang datang bulan."
Erland terkekeh. Ia duduk di samping Amezza. "Ame, sudah 3 tahun semenjak kecelakaan itu, apakah kamu sama sekali tak mengingat malam kejadian itu?"
Amezza menggeleng. "Dokter kan bilang kalau aku mengalami amnesia permanen. Lagi pula aku tak mau mengingat peristiwa saat itu karena menurut mamaku, aku diculik."
Erland menarik napas panjang. Ingin rasanya ia menceritakan hal yang sebenarnya terjadi. Namun ia sudah berjanji pada mamanya Amezza untuk menutup mulutnya. Ia cukup beruntung karena Amezza tak melupakan dirinya.
"Eh, itu kakakku. Caleb!" panggil Erland.
Caleb Thomson mendekat. Di sebelahnya ada temannya yang tak lain adalah Evradt Floquet.
"Erland. Kamu di sini juga? Apa kabar?" sapa Evradt.
"Aku sedang liburan di sini." Erland menatap Amezza. "Sayang, perkenalkan ini teman kakakku."
"Amezza "
"Evradt."
Dua tangan yang dulu pernah saling menggenggam dalam perayaan cinta, kini saling menggenggam juga seperti tak pernah saling mengenal sebelumnya.
Erland mencoba memperhatikan bahasa tubuh Amezza dan Evradt. Namun mereka memang terlihat biasa saja layaknya orang yang baru kenal.
"Astaga, aku lupa sedang masak sup. Sayang, aku pergi dulu ya sebentar." pamit Erland.
"Evradt, kamu juga tunggu sebentar ya." Caleb mengikuti adiknya.
"Kak, menurut mu apakah aku salah mempertemukan mereka kembali?"
Caleb menatap adiknya yang berjalan di sebelahnya. " Tidak juga. Kamu masih ragu dengan perasaan mu pada Amezza kan?"
"Aku yakin kalau aku jadi cinta pada Ame. Namun yang aku takutkan, dia akan mengingat Ev."
"Dokter Pedro adalah dokter ahli bedah yang hebat. Yang aku dengar, orang tua Ev sengaja membuatnya hilang ingatan. Dan terbukti kan kalau Ev dan Ame terlihat sebagai dua orang asing?"
"Iya. Mungkin aku saja yang sedikit takut kehilangan Amezza. Aku berencana melamarnya di akhir liburan nanti."
Caleb menepuk bahu adiknya. "Berjuanglah dengan penuh keyakinan."
Erland mengangguk.
Sementara itu, Amezza dan Evradt yang ditinggalkan berdua terlihat saling diam.
Ponsel Evradt berdering. Ternyata panggilan dari Gaby.
"Hallo Gaby."
"Kamu ke Bali ya? Mengapa tak mengajak aku?"
"Aku kerja, Gaby. Bukan liburan."
"Terus berapa lama kalian akan ada di sana?"
"Mungkin satu atau dua Minggu."
"Baiklah. Kalau pekerjaan ku sudah selesai di sini, aku akan menyusul mu ke sana."
"Iya." Evradt jadi malas berdebat dengan Gaby. Ia pun mengakhiri panggilan Gaby. Menoleh sekilas ke arah Amezza.
"Pacar Erland ya?" Evradt mencoba membuka percakapan diantara mereka.
Amezza tak tahu harus bilang apa. Namun akhirnya ia mengangguk pelan juga.
"Aku pernah melihatmu di film nya Erland. Kamu berperan sebagai gadis pelukis di sana. Apakah tebakan benar?"
"Ya."
"Aku bersama seorang artis dong sekarang."
"Bisa saja. Aku masih pendatang baru." Amezza jadi malu mendengar perkataan Evradt.
"Tapi akting mu bagus. Aku menonton filmnya dan membaca komentar orang atas film itu. Erland memang sutradara muda yang sangat berbakat."
"Dia juga punya ide cerita yang sangat bagus."
"Ya. Aku setuju."
Keduanya kembali diam. Sampai akhirnya ada beberapa anak bule yang sedang bermain bola datang ke arah mereka duduk. Saat salah satu anak hendak melemparkan bolanya, ternyata lemparannya melesat dan bola itu justru mengarah ke pada Amezza. Evradt yang memang melihat arah bola itu, dengan cepat bergerak, ia menghadang bola itu dengan dadanya membuat Amezza kaget. Ia menahan tubuh Evradt yang hampir jatuh. Tatapan mereka bertemu.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Amezza.
Evradt mengangguk.
**********
Akankah selama nya mereka saling melupakan?
semangat menulis
apakah Ev&Amezza bs bersatu... 🤔🤔🤔🤔