Gwen, seorang pembunuh bayaran kelas kakap, meregang nyawa di tangan sahabatnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Melody, seorang istri yang dipandang rendah dan lemah oleh keluarga suaminya. Parahnya, Melody bukan meninggal biasa, melainkan korban pembunuhan di tangan salah satu anggota keluarga.
Bersemayam dalam tubuh barunya, Gwen bersumpah akan membalas semua derita Melody dan membuat suaminya tunduk padanya. Saat ia mulai menelusuri kebenaran di kediaman utama keluarga suaminya, satu per satu rahasia mengejutkan terbongkar. Dendam juga menyeret sahabat lamanya yang telah mengkhianati dirinya.
Ketika semua pembalasan tuntas, Gwen menemukan kebenaran yang mengguncang tentang suaminya. Marah, namun pada akhirnya ia harus mengakui, cinta telah mengalahkannya. Merasa suaminya tak mencintainya, Gwen memilih ingin menyerah, akankah dia benar-benar melepaskan segalanya? Apakah ia akan berakhir bahagia?
Penasaran?! Yuk baca👆👆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peringatan Pertama dan Terakhir
...Selamat Membaca...
.... ...
.... ...
"Kenapa kau ke sini? Apa kau menginginkan sesuatu?"
Melody semakin geram melihat tingkah Bella yang tampak biasa saja seolah tak terjadi apa-apa. "Jalang sialan!" Dengan langkah cepat, Melody maju mendekati Bella yang tengah duduk di kursi rias.
"Beraninya kau menyentuh kedua putraku sialan!"
Melody mencekik leher Bella dengan kuat. Matanya menyorot tajam dengan tangan yang semakin kuat mencekik Bella.
"Aaakh ... A–apa yangh .. ka–kau lakukan?!" Bella berusaha melepaskan diri. Namun ia tak mampu, tenaga Melody benar-benar sangat kuat. "le–pas! Lepas–kan!"
"Kenapa kau menyentuh putraku sialan!" Melody menghempas tubuh Bella dengan kasar.
"Menjauh! Menjauh Melody!" Tubuh Bella beringsut mundur. Kenapa dia terlihat menyeramkan sekarang?!
Wajah Bella semakin panik. "Damian! Tolong aku! Hentikan Melody!" Bella tak menyangka jika Damian hanya diam di ambang pintu dan membiarkan Melody melakukan ini padanya. "Kenapa? Kenapa dia hanya diam?!"
Plak
Plak
Dua kali Melody menampar Bella. Membuat wanita itu meringis kesakitan. "Kenapa kau mundur? Heem? Bukannya semalam kau sangat berani untuk menculik putraku, heem?" Dengan kuat Melody menarik rambut Bella membuatnya mendongak ke atas.
"Aaakh ...Le–lepaskan! Ka-kau bisa dihukum karena melukai ku!"
Melody tertawa pelan. "Di hukum? Siapa yang bisa menghukum seorang ibu yang membasmi penjahat seperti mu! Kau bahkan lebih biadab dari penjahat sekalipun sialan!!" pekik Melody.
"Ini peringatan pertama dan terakhir Bella, jika kau sampai berani menyentuh kedua putraku lagi, maka aku tak akan segan-segan menghabisimu saat itu juga!" Melody menatap Bella dengan sorot dingin. Melepaskan rambut Bella dan mengibas tangannya ke udara seolah membersihkan kuman.
Dari belakang, Damian mendekati mereka. Merangkul mesra pinggang Melody dan menatap Bella dingin. Kemudian ia beralih menatap Melody dengan lembut. "Ayo sayang, tidak baik untukmu berada di satu ruangan dengan iblis ini."
Bella, menatap mereka dengan kesal. Nafasnya memburu. Ia mengusap pipinya yang terasa masih sakit. "Sialan kalian!"
Dengan susah payah Bella berdiri. Menatap penampilannya di cermin. Ia tak mungkin mengadu, karena jika ia mengadu, sudah pasti ia dan Aliya akan kena akibatnya.
"Aaaagrh sialan! Melody sialan! wanita sialan!" Bella mencampakkan semua barang yang ada di meja rias nya. Tampilannya begitu berantakan. Rambutnya terlihat kusut dengan noda darah di sudut bibirnya.
"Awas kau Melody! Sekarang kau masih bisa berbangga! Tapi nanti ....akan ku pastikan kau tersingkirkan dari posisi mu itu! Aku akan membuatmu melihat Damian menikahi ku!"
"Saat hari itu tiba, aku adalah orang pertama yang akan menertawakanmu dan membalas apa yang hari ini kau lakukan padaku!"
Bella menyeringai. Ia membuka laci dan menatap jam tangan milik Damian yang ia temukan di atas nakas tadi. "Jam tangan ini ....yang akan menjadi saksi kehancuranmu Melody! Sebentar lagi, Damian ...akan menjadi milikku!"
.......
.......
Melody melepaskan tangan Damian di pinggangnya. Emosinya yang masih belum stabil membuatnya ingin melampiaskannya pada sesuatu.
"A–aku butuh pelampiasan!"
Melody memejamkan matanya, mengepakkan tangannya. Berulang kali ia menghela nafas agar emosinya tidak meledak.
Di belakangnya–Damian berdiri menatapnya. Tatapannya tenang, datar, namun juga lembut. Tangannya terulur mengambil tangan Melody. Menggenggam jari-jemari sang istri hingga ia bisa merasakan jika kepalan itu perlahan mengendur.
Ntah dorongan dari mana, Damian menarik tubuh Melody hingga istrinya itu menabrak dada bidangnya. Mengusap punggung Melody seolah memberitahu jika ia harus tenang. Kemudian mengecup pucuk kepala sang istri seolah memberitahu jika semuanya sudah baik-baik saja.
Perlahan-lahan, Damian dapat merasakan jika nafas Melody mulai teratur. Ia masih terus dengan kegiatannya yang mengusap punggung Melody agar membuat istrinya itu tenang.
"Mami, papi!"
Suara cempreng itu berhasil memecah keheningan. Melody, terdiam lalu menatap Damian dan langsung menjauh.
Melody tersenyum ke arah mereka, ia melangkah menghampiri kedua putranya dan memeluk mereka saat itu juga. "Syukurlah kalian baik-baik saja. Mami benar-benar khawatir dengan kalian." Ia menatap Kevan dan Kevin bergantian. Lalu mengecup kening putra kembarnya itu bergantian.
"Don't cry mami, kami baik-baik saja." Kevan mengusap air mata Melody dengan ibu jarinya, membuat Melody tertawa kecil.
Kevin pun melakukan hal yang sama, di kecupnya pipi Melody dan tersenyum. "Mami jangan khawatir, papi selalu menjaga kami."
Melody mengangguk. Ia melirik ke belakang dimana Damian menatapnya. Kau menepati janjimu untuk menjaga mereka.
.......
.......
dan Damian juga Gwen seperti terhubung sesuatu dimasa lalu 👍