Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14 - Diet
Irfan kembali duduk. Dia menatap ketiga murid yang duduk di hadapannya. Irfan memberi banyak pertanyaan perihal Ifa.
Rasti menjawab apa yang dirinya tahu. Kemarin dia benar-benar hanya kebetulan terlibat dengan insiden membolos Ifa.
"Nggak usah bohong! Jelas-jelas kau pulang bersama Ifa kemarin. Kau pasti tahu sesuatu," timpal Jali.
"Kenapa kau sangat keras kepala?! Bahkan saat berpisah aku dan Ifa berdebat," jelas Rasti.
"Berdebat?" Irfan mengerutkan dahi.
"Iya, itu karena aku dan Ifa tidak berteman. Tapi jujur, aku merasa ikut sedih saat mendengar Ifa menghilang," imbuh Rasti.
"Alah! Bacot," sinis Jali.
"Kau bisa diam nggak? Kalau Rasti terlibat sama menghilangnya Ifa, pasti Ifa bisa ditemukan sekarang!" tukas Yoga. Berada di pihak Rasti.
Jali memutar bola mata jengah. Dia pergi begitu saja keluar. Mengingat seluruh pertanyaan sudah diberikan Irfan. Polisi berperawakan jangkung itu lantas juga membiarkan Rasti dan Yoga pergi.
"Kalau begini acara perpisahan sepertinya harus dimundurkan," celetuk Yoga. Dia melangkah bersama Rasti. "Menurutmu Ifa akan ditemukan kan?" tanyanya dengan raut wajah cemas.
"Aku yakin begitu," tanggap Rasti. Dia sebenarnya tidak yakin Ifa akan ditemukan. Meskipun begitu, Rasti sama sekali tidak berpikir kalau Rudi adalah penyebab menghilangnya gadis tomboy itu.
Bel pertanda masuk kelas berbunyi. Rasti dan Yoga segera pergi ke kelas masing-masing.
Rasti harus menjalani proses belajar. Baginya semua pelajaran terasa sangat mudah. Mengingat di kehidupan sebelumnya dia menempuh pendidikan hingga magister. Rasti bahkan selalu mampu menjawab pertanyaan tersulit yang diberikan guru.
Semua orang di kelas kaget dengan perubahan Rasti. Sebelumnya gadis itu tidak pernah aktif sampai begitu.
Awalnya semua orang mengira Rasti ahli di satu mata pelajaran saja. Tetapi kenyataannya tidak. Dia terkesan sangat menguasai semua pelajaran. Siswa terpintar bernama Iqbal merasa terancam dengan perubahan Rasti.
Sayangnya di antara seluruh pelajaran, ada satu hal yang tidak dikuasai Rasti. Yaitu olahraga. Karena olahraga sering melakukan praktek lapangan, Rasti kesulitan melakukannya. Tubuh gemuk gadis tersebut sulit bergerak lincah dan bertahan.
Sekarang sudah masuk jam olahraga. Rasti baru selesai mengenakan setelan olahraga. Dia merasa antusias karena bisa melihat Yuda lebih lama.
Setiap olahraga selalu di mulai dengan pemanasan. Demi Yuda, Rasti memilih barisan paling depan.
"Semuanya ikuti gerakan Bapak seperti biasa!" seru Yuda.
"Siap, Pak!" seluruh murid menjawab serentak. Termasuk Rasti sendiri.
"Satu, dua, tiga... Satu, dua, tiga..." Yuda melakukan pemanasan sambil berhitung. Dia dalam posisi berdiri membelakangi barisan anak didiknya.
Rasti tidak mengalihkan pandangan dari Yuda. Saat dalam posisi berjongkok, atensinya tertuju ke arah pantat lelaki itu.
'Wah, aku rindu ingin menepuk bokong seksi itu," batin Rasti sembari mengingat kehidupan sebelumnya saat bersama Yuda. Dia sering balas memukul pantat hanya untuk bercanda. Hal sekecil itu selalu berhasil membangun keharmonisan dalam hubungan.
Lamunan Rasti buyar ketika Yuda memberitahu bahwa pemanasan telah berakhir. Kini dia menyuruh semua siswa untuk bersiap melakukan lomba lari.
"Kecepatan lari kalian akan menjadi penentu nilai akhir. Semakin singkat waktunya, maka akan tambah tinggi nilainya," ujar Yuda yang terlihat sudah memegangi alat penghitung waktu.
Rati mendengus kasar. Dia yakin dirinya pasti akan mendapat nilai buruk jika penilaiannya begitu.
Lomba lari dimulai. Hingga tibalah giliran Rasti. Tentu saja dia tidak bisa berlari dengan laju. Gadis tersebut menjadi orang yang berlari paling belakangan.
Rasti bahkan menjadi bahan tertawa teman-temannya. Terutama saat dia kelelahan dan terduduk ke tanah.
"Aku tidak mau body shaming, tapi tubuh ini benar-benar menyiksa. Lapar banget lagi. Tadi pagi cuman makan sepotong roti doang," keluh Rasti sambil memegangi perut. Dia jadi tergoda untuk melupakan dietnya. Tetapi semua itu lekas ditepis ketika melihat sosok Yuda.
"Tidak! Aku nggak boleh nyerah." Rasti bertekad.
Ketika semua teman-temannya sudah bubar, Rasti menghampiri Yuda. Dahi lelaki tersebut sontak berkerut heran. Bagaimana tidak? Rasti tampak tidak berhenti tersenyum malu-malu.
"Kau mau apa?" tanya Yuda ketus.
"Aku ingin minta bantuan Bapak," jawab Rasti seraya duduk ke sebelah Yuda. Pupil mata lelaki itu otomatis membesar. Ia buru-buru bergeser untuk menjaga jarak.
"Bantuan apa?" Yuda bertanya dengan terpaksa.
"Bantu aku biar bisa hebat olahraga! Aku janji akan berlatih dengan baik," cetus Rasti.
Mendengar Rasti berkata begitu, Yuda memperhatikan gadis itu dari ujung kaki sampai kepala. Jawaban dalam kepalanya adalah kata mustahil.
"Kau sebaiknya kuruskan dulu badanmu," tukas Yuda. Dia berdiri karena ingin beranjak.
Dengan berani Rasti meraih tangan Yuda. Mencegah kepergian lelaki tersebut. Mata Yuda membulat. Apa yang dilakukan Rasti juga sukses menarik banyak pasang mata di sekitar.
"Kalau begitu, bantu aku menguruskan badan. Bagaimana? Sebagai guru olahraga, aku yakin Bapak tahu caranya," ujar Rasti penuh harap.
"Apa-apaan!" bukannya menjawab, Yuda justru terlihat marah. Dia melepaskan genggaman tangan Rasti.
"Sudah kubilang jangan coba main-main denganku. Apa kau masih belum kapok?!" timpal Yuda seraya mengarahkan jari telunjuk ke wajah Rasti. Ia terlihat benar-benar marah.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁