Seorang gadis muda bernama Alya dikhianati oleh kekasihnya, Raka, dan sahabat dekatnya, Mira, yang menjalin hubungan di belakangnya. Dunia Alya runtuh. Namun, tanpa diduga, dia justru dinikahi oleh Davin, om dari Raka , seorang pria dewasa, mapan, dan berwibawa. Hidup Alya berubah drastis. Dia bukan hanya menjadi istri sah seorang pengusaha kaya, tapi juga tante dari Mira dan mantan pacarnya. Dari situ, kisah balas dendam elegan dan kisah cinta tak terduga pun dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 13 Harapan Kecil di Antara Cinta
Keesokan harinya, Melati tinggal sebentar di rumah mereka. Ia mulai membuka diri. Ternyata, di balik sikap keras dan dinginnya, Melati hanya wanita tua yang kesepian. Ia tinggal sendirian di rumah besar peninggalan orangtuanya, tak menikah, dan tidak memiliki anak.
Alya pun mulai bisa memahami Melati. Bahkan keduanya sempat duduk bersama di taman sambil minum teh dan membicarakan masa kecil Davin.
“Dia anak yang sangat pintar. Tapi terlalu cepat dewasa,” ucap Melati pelan.
“Waktu ibumu meninggal, dia tidak menangis. Dia cuma berdiri di depan makam dan berkata ‘Aku akan jagain Papa’. Padahal dia baru 13 tahun waktu itu.”
Alya menahan napas. Ia bisa membayangkan betapa dalam luka yang Davin pendam selama ini. Tapi semua itu perlahan sembuh. Dengan cinta.
Beberapa hari setelah Melati pulang ke rumahnya di Bandung, Alya mendapat kejutan.
Sebuah surat tiba, ditulis tangan dan dikirim dalam amplop berwarna hijau tua.
"Untuk Alya.
Aku minta maaf. Aku salah menilaimu.
Tapi aku percaya sekarang… Davin telah memilih wanita yang tepat.
Peluklah dia untukku saat dia terlalu lelah untuk bicara.
Dan ingatkan dia bahwa darah ibunya mengalir juga dalam dirimu—kuat, setia, dan lembut.
— Melati."_
Alya menitikkan air mata.
Dan malam itu, saat Davin memeluknya dari belakang, ia hanya berbisik pelan, “Aku janji akan terus jaga kamu. Tidak peduli seberapa kelam masa lalu kita.”
Dan dalam diam, Alya tahu, mereka sedang menyusun masa depan—bersama.
...----------------...
Sudah lebih dari enam bulan sejak Alya dan Davin resmi menikah. Kehidupan mereka kini jauh dari kata biasa.
Alya tidak hanya menjadi istri dari pria mapan dan dewasa, tapi juga menjadi bagian dari dunia yang sebelumnya hanya bisa ia bayangkan, dunia keluarga kaya, bisnis besar, dan tanggung jawab sosial.
Tapi di balik semua itu, ada satu hal yang mulai menggelitik hati mereka berdua—keinginan untuk memiliki buah hati.
Suatu pagi, ketika sinar matahari menyusup lembut ke dalam kamar melalui celah gorden,
Alya terbangun lebih dulu. Ia menatap wajah Davin yang masih terlelap. Ada damai yang tak bisa dijelaskan. Namun di balik ketenangan itu, hatinya mulai dipenuhi tanya. Sudah setengah tahun, dan belum ada tanda-tanda kehamilan.
Alya bangkit perlahan, duduk di sisi ranjang, dan menyentuh perutnya. Ia tersenyum, lalu bergumam pelan, "Kamu belum ada di sini ya..."
Beberapa minggu terakhir, ia mulai menghitung masa subur, membaca artikel-artikel tentang kehamilan, bahkan mulai mencoba makanan sehat dan mengurangi konsumsi kopi. Davin tahu dan tak pernah memaksa. Tapi ia juga berharap.
Hari itu, saat sarapan bersama di ruang makan, Alya membuka topik yang selama ini hanya mengambang di antara mereka.
"Mas... kamu pernah mikirin soal anak?" tanyanya hati-hati.
Davin menoleh. "Tentu. Aku pengin banget, kalau kamu juga siap."
"Aku siap. Tapi... entah kenapa aku mulai khawatir. Sudah enam bulan, dan belum ada tanda-tanda apa pun." jawab Alya khawatir
Davin meletakkan sendoknya. Ia mengulurkan tangan, menggenggam tangan Alya lembut.
"Alya, jangan tekanan diri sendiri. Kita bisa periksa bareng, cari tahu sama-sama. Tapi jangan pernah merasa sendiri, ya?"ujar Davin memberikan ketenangan
Alya mengangguk, meski matanya sedikit berkaca-kaca.
Minggu berikutnya, mereka mendatangi dokter spesialis fertilitas. Pemeriksaan dilakukan, dari mulai tes darah, USG, hingga analisa hormon. Hasilnya membuat hati Alya campur aduk.
"Secara umum, kondisi Mbak Alya sehat. Tapi ada sedikit gangguan hormon yang mungkin mempengaruhi kesuburan. Tapi itu bukan sesuatu yang tidak bisa ditangani. Kami bisa bantu dengan terapi hormon ringan, pola makan, dan manajemen stres." jawab sang dokter
Davin langsung menggenggam tangan Alya saat itu juga. Ia tahu istrinya sangat sensitif terhadap masalah ini.
Di dalam mobil saat perjalanan pulang, Alya terdiam cukup lama. Davin menoleh.
"Kamu sedih?" tanya Davin
"Sedikit. Aku takut mengecewakan kamu, Mas." jawab Alya
"Alya... kamu nggak pernah mengecewakan aku. Bahkan kalau pun nanti kita nggak punya anak kandung, kamu tetap wanita terbaik yang pernah aku miliki."ujar Davin, menguatkan
Alya tak bisa menahan air matanya. Ia bersandar ke bahu Davin, membiarkan dirinya larut dalam ketenangan yang diberikan pria itu.
Beberapa minggu berlalu. Alya mulai menjalani terapi yang disarankan dokter. Ia juga mulai ikut yoga khusus untuk program kehamilan, dan mengikuti komunitas kecil wanita pejuang garis dua. Di situ, ia merasa tidak sendiri. Ia mulai punya teman-teman yang saling menyemangati.
Davin juga ikut mendukung penuh. Ia bahkan belajar memasak makanan sehat dari internet hanya agar bisa membantu Alya menjaga pola makan. Kadang, masakannya aneh. Tapi semangatnya tak pernah pudar.
"Aku nggak tahu ini sayur bening atau jus bayam, tapi kamu harus coba," ucap Davin suatu pagi sambil menyodorkan mangkuk berisi sup berwarna mencurigakan.
Alya tertawa hingga air mata keluar. "Mas! Ini kayak air rendaman daun!"
"Tapi penuh cinta," jawab Davin dengan senyum lebar.
Mereka tertawa bersama, dan hari itu menjadi salah satu hari paling ringan setelah sekian banyak malam penuh air mata.
Suatu malam, Alya bangun lebih awal dari biasanya. Ia merasa mual. Tapi tidak seperti biasanya, mualnya kali ini berbeda. Ada sensasi hangat di perut, campur aduk dengan rasa gugup yang aneh. Ia mengecek kalender. Lalu berdiri, mengambil test pack dari dalam laci kamar mandi. Tangannya gemetar saat membuka bungkusnya.
Beberapa menit kemudian, ia terduduk di lantai. Matanya tak berkedip menatap dua garis merah yang muncul perlahan di alat itu.
"I..... Ini... Ini sungguhan? Garis dua? Aku hamil, hiks hiks hiks.....?" ujar Alya shock hingga menangis bahagia
"Mas... Davin..." teriak Alya kaget bercampur bahagia.
Davin yang terbangun karena suara Alya, langsung menghampiri. Ia melihat Alya menangis sambil menunjukkan test pack itu.
"Dua garis... Mas... dua garis..."
Davin memeluknya erat. Sangat erat.
"Ini... hadiah terindah dalam hidupku," bisik Davin,
Malam itu, mereka menangis bersama. Tapi untuk pertama kalinya, itu adalah air mata bahagia.
Dan di luar sana, langit malam tampak lebih terang dari biasanya.
Mereka berdoa semoga semua akan baik baik saja dan semua berjalan dengan lancar.
Bersambung
kn ksel kl trs ngusik alya sm davin....
raka bnrn tlus atwcma modus????
kya'nya dia pduli sm alya,tkut d skiti ktanya....
aku udh mmpir lg...tp gmes pgn getok kplanya tu orng,gila bgt smp ftnah plus neror sgla sm alya....pdhl kn mreka yg udh jht....