Leona tiba-tiba diculik dan dibunuh oleh orang yang tidak ia kenal. Namun ketika berada di pintu kematian, seorang anak kecil datang dan mengatakan bahwa ia dapat membantu Leona kembali. Akan tetapi ada syarat yang harus Leona lakukan, yaitu menyelamatkan ibu dari sang anak tersebut.
Leona kembali hidup, namun ia harus bersembunyi dari orang-orang yang membunuhnya. Ia menyamarkan diri menjadi seorang pria dan harus berhubungan dengan pria bernama Louis Anderson, pria berbahaya yang terobsesi dengan kemampuan Leona.
Akan tetapi siapa sangka, takdir membawa Leona ke sebuah kenyataan tidak pernah ia sangka. Dimana Leona merupakan puteri asli dari keluarga kaya raya, namun posisinya diambil alih oleh yang palsu. Terlebih Leona menemukan fakta bahwa yang membunuhnya ada hubungan dengan si puteri palsu tersebut.
Bagaimana cara Leona dapat masuk ke dalam keluarganya dan mengambil kembali posisinya sebagai putri asli? Bagaimana jika Louis justru ada hubungannya dengan pembunuhan Leona?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34. USAHA
Netra peridot itu perlahan muncul di balik kelopak yang kini terbuka. Pelan-pelan kesadaran gadis berambut pirang itu kembali, mendapati dirinya berada di sebuah ruangan.
"Leona? Kau sudah sadar?"
Suara familiar yang terdengar tak jauh darinya, membuat gadis tersebut menoleh ke sumber suara.
"Vio?" ucap Leona, kesadaran gadis itu masih hilang timbul, efek dari bius yang diterimanya.
"Syukurlah kau segera sadar," kata Violet dengan air muka lega di balik ketakutan yang lebih kental terlihat di paras cantik gadis itu.
Leona mencoba untuk duduk, terkejut saat mendapati tangan dan kakinya terikat. Ketika melihat Violet ternyata sepupunya juga sama, dalam keadaan terikat. Ia beringsut ke arah Violet sebisa mungkin. Hal yang Leona syukuri adalah para penculik itu menempatkan Violet juga dalam satu ruangan dengan Leona.
Setelah berada di dekat Violet, Leona langsung bergerak untuk membuka ikatan pada tangan sang sepupu. Perlu usaha lebih karena tangan Leona juga terikat, sehingga gerakan yang dilakukan oleh gadis itu jadi terbatas.
Setelah berhasil membuka ikatan tangan Violet, kini Violet yang membantu membuka tali di tangan Leona. Sebelum akhirnya kedua tangan mereka lepas dan membuka ikatan pada kaki masing-masing.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Violet yang masih diselimuti ketakutan.
Leona memberitahu apa yang harus dilakukan, setidaknya mereka harus berusaha untuk tidak hanya berdiam diri di sini, walau mereka tidak tahu ini ada dimana.
Satu jam setelahnya, dua pria mencari kunci di saku untuk membuka pintu ruangan guna mengecek keberadaan dua gadis yang mereka tangani.
"Kita harus memindahkannya ke tempat penampungan sesegera mungkin," kata salah satu pria dengan kepala plontos.
"Jadi kita akan menyerahkannya ke Mr. Victor untuk dijual seperti biasa?" sahut pria lainnya.
"Benar, karena itu jangan sampai membuat luka terutama wajah mereka berdua kalau tidak ingin Mr. Victor marah," ucap si pria plontos.
Saat pintu terbuka dua pria itu panik ketika hanya melihat satu wanita yang tergeletak di lantai.
"Mana yang berambut pirang?!" panik si plontos
BUGH!
Sebuah tendangan menghantam pria lain di sebelah si plontos. Dan dalam hitungan detik pria itu pun mendapat pukulan telak di wajah. Belum sempat mereka berbalik sekedar untuk melihat siapa hang melakukan kekerasan itu. Sebuah pukulan dan tendangan mereka lagi-lagi dapatkan.
Leona mengambil udara dengan rakus untuk mengisi paru-parunya setelah melakukan serangan dengan cepat barusan. Menatap dua pria yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri.
"Vio?" panggil Leona kepada sepupunya yang berpura-pura masih pingsan akibat bius.
Buru-buru Violet bangun setelah mendengar suara Leona. Menatap lega ketika ketakutannya saat mendengar kalau Leona akan melumpuhkan orang yang masuk ke dalam ruangan ini seorang diri. Tidak menyangka kalau Leona dapat melakukan bela diri dengan amat sangat baik.
Leona segera merogoh setiap kantung dua pria itu. Tersenyum senang saat mendapati sebuah smartphone di dalam salah satu saku pakaian mereka. Tak membuang banyak waktu lagi, Leona langsung mengirimkan pesan ke Louis dan Noah menggunakan ponsel tersebut. Sejak kejadian pengejaran waktu itu dari rumah lama Leona, gadis itu berusaha mengingat dua nomor telepon dari orang yang akan membantunya saat menghadapi masalah yaitu Louis dan Noah. Karena Leona tahu bahwa keberadaannya masih dalam bahaya selama dalang dari orang yang menukar Leona dan Luna belum juga dibereskan.
"Louis ini aku," ucap Leona langsung ketika panggilan telepon gadis itu dijawab oleh sang empunya nomor.
"Leona? Syukurlah, dimana dirimu sekarang? Bagaimana keadaanmu?" tanya Louis berhamburan.
"Aku tidak tahu dimana aku sekarang, aku masih berada di sebuah ruangan. Aku mengambil salah saru telepon orang yang membawa kami ke sini. Violet ada di sini bersamaku dan kami dalam keadaan baik sejauh ini," jawab Leona seraya melihat ke luar ruangan, takut kalau ada pria lain yang datang untuk mengecek.
"Oke tenanglah, aku akan segera datang ke lokasimu. Jika kau bisa keluar dari tempat itu, sebisa mungkin cari jalan raya, aku akan datang. Dan jangan tinggalkan ponsel itu, aku akan menemukan kalian dengan itu," suruh Louis.
"Baik," jawab Leona.
"Leona?" panggil Louis dengan nada suara lebih lembut.
"Ya?" sahut sang gadis.
"Kumohon tetaplah baik-baik saja sampai aku menemukanmu," ucap Louis.
"Akan kuusahakan," jawab Leona.
Setelah itu panggilan berakhir, dan Leona menarik napas untuk menenangkan diri. Ia harus keluar dari tempat ini secepatnya dan juka bisa tidak diketahui. Walau rasanya itu tidak mungkin ketika ingat malam dimana Leona diculik pertama kali, ada begitu banyak orang yang berjaga baik di dalam maupun di luar bangunan.
"Vio, kita harus pergi dari sini sekarang sebelum ada yang datang lagi," beritahu Leona atas apa yang harus mereka lakukan setelah ini.
Violet mengangguk.
Perlahan Leona berjalan mengendap-endap seraya melihat situasi sekitar. Ia menoleh ke belakang, memastikan Violet mengikuti dan tetap berada di dekatnya. Bahkan sesekali Leona menggenggam tangan sepupunya, takut kalau sesuatu terjadi dengan Violet ketika ia tidak melihat.
Leona mengumpat pelan saat melihat beberapa pria berjaga di ujung koridor, sadar rupanya ia berada di sebuah rumah besar yang sepertinya bukan untuk dihuni sebagai tempat tinggal biasa, melainkan sebuah markas. Bisa dilihat dari para pria-pria di penjuru tempat. Dan itu sangat tidak memungkinkan untuk Leona maupun Violet melarikan diri dari pintu utama. Ia harus mencari jalan keluar lain.
Leona memutar jalannya ke arah berlawanan, beruntung karena ia berada di lantai dasar sekarang, sehingga memungkinkan untuk dapat menemukan jalan keluar tanpa perlu melukai diri dengan melompat.
"Leona?" panggil Violet dengan berbisik seraya menepuk pundak gadis pirang itu.
Leona menoleh ke arah Violet.
"Jendela," tunjuk Violet ke jendela yang setengah tertutup kotak-kotak kayu di sisi kanan mereka.
Leona mengangguk dan berjalan ke arah jendela tersebut bersama Violet seraya tetap melihat ke sekeliling untuk waspada terhadap orang-orang di bangunan ini.
Pelan-pelan Violet membuka jendela itu ketika Leona menyingkirkan kotak-kota kayu, setenang mungkin agar tidak menimbulkan suara yang dapat memancing perhatian. Sedikit susah payah karena jendela sedikit macet, tapi beruntung karena masih bisa terbuka.
Leona menyuruh Violet memanjat terlebih dahulu, dan keluar dari sana dengan baik.
"Hei, you?!"
Mendengar suara ke arah mereka, membuat keduanya panik seketika. Dua orang pria berlari ke arah mereka dengan cepat, terlihat marah dan terkejut di saat bersamaan saat mendapati Leona dan Violet melarikan diri.
Leona segera merogoh kantungnya, dan mengambil smartphone milik pria plontos tadi lalu memberikannya ke Violet.
"Larilah, di depan sana ada jalan raya. Louis dan Noah akan segera datang. Bawa ini, dan telepon Louis ketika sudah di dekat jalan raya. Mereka akan menemukanmu. Nomor Louis ada di histori panggilan. Cepat lari, aku akan menahan mereka. Setidaknya kau harus membawa Louis dan Noah ke sini," perintah Leona buru-buru.
"Leona, ini berbahaya. Kau tidak bisa melawan mereka semua, mereka terlalu banyak," kata Violet, enggan meninggalkan sepupunya sendirian.
"Kalau kita pergi berdua dan tidak ada yang menahan mereka, kita akan kembali ditangkap dan dibawa entah kemana lagi," jawab Leona. Bukannya sok hebat, tapi bisa jadi kemungkinan ia dan Violet tertangkap dan dibawa ke tempat lain begitu besar, terutama setelah mendengar dua pria yang masuk ke ruangan tadi mengatakan akan membawa mereka ke suatu penampungan entah apa itu. "Larilah, aku akan baik-baik saja aku janji. Aku akan menyusul!" sambung Leona.
Violet mendengarkan apa kata Leona, tidak mau bersikap bodoh dan dramatis dengan mengatakan kalau ia tidak akan pergi jika Leona tidak pergi. Karena benar kara Leona, bantuan dari Louis dan Noah yang paling dibutuhkan saat ini. Violet berlari dengan kencang ke arah yang ditunjuk oleh Leona, berdoa kalau sepupunya itu akan baik-baik saja sampai bantuan datang. Ia percaya setelah melihat Leona dalam bela dirinya. Setidaknya Leona akan baik-baik saya, yah, Violet berdoa seperti itu sepanjang ia berlari.
Leona yang dicengkeram tangannya oleh salah satu pria yang berlari ke arahnya, langsung memutar tubuhnya dan membanting pria tersebut dengan keras di lantai. Dan mulai menendang dan melayangkan tinjuan ke pria satunya.
"Di sana!"
Leona mengumpat ketika melihat banyak pria berdatangan karena suara berisik yang terdengar.
Namun Leona netra Leona membelalak ketika di belakang pria-pria itu ia melihat saru orang yang amat dikenalnya. Pria yang ia tunggu kabarnya selama berbulan-bulan, gangypergi entah kemana.
"Dad?" gumam Leona ketika ia melihat sosok ayah angkatnya berada di antara orang-orang tersebut, Herold.
Rasanya pikiran gadis itu beberapa saat kosong ketika memikirkan kenapa ayah angkat yang dicintainya ada di sini, di tempat Leona diculik dan disekap.
banyakin donk kak..bikin. tema cerita seperti ini .mengacu adrenalin...