Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
“Ting.”
Suara notifikasi ponsel Zahira membuat jantungnya mencelos. Ia sedang pusing ngerjain tugas matematikanya, tapi pikirannya masih melayang-layang pada pesan yang baru masuk.
Dengan perasaan tidak tenang, Zahira menoleh ke arah ponselnya yang tergeletak di atas meja belajar. Cahaya dari layarnya masih menyala, menampilkan sebuah notifikasi pesan dari Zayn.
Ia menggigit bibir bawahnya.
“Duh... jangan bilang kalau dia marah karena aku larang dia nginap malam ini,” gumamnya pelan.
Namun, rasa penasaran tetap menang. Perlahan, ia menyipitkan mata, meraih ponselnya, dan membuka aplikasi pesan, WA.
[bukan pintunya, gue udah di depan]
Zahira sontak membelalakkan mata, "ya ampun, tuh anak..."
Panik dan bingung, ia berdiri dari kursinya, mondar-mandir kecil di kamarnya.
"Aku harus apa ini?" bisiknya panik, “bohong aja kali ya, bilang aku pergi… tapi... bohong kan dosa…”
Belum sempat ia mengambil keputusan, ponselnya kembali berbunyi.
“Ting.”
[Cepetan, bukain pintunya]
Zahira membaca pesan itu sambil membayangkan intonasi suara Zayn yang terdengar seperti memburu, galak, dan tidak sabaran. Seakan-akan Zayn sudah siap mendobrak pintu kalau tidak segera dibuka.
Zahira pun langsung membalas cepat.
[Iya bentar, pake jilbab dulu]
Ia mengetik sambil gemetar. Ia takut Zayn benar-benar kesal.
Di luar, Zayn yang tengah berdiri di depan pintu, membaca pesan Zahira sambil menggeleng pelan.
"Ya elah, gimana nyadarinnya ini anak, gue ini suaminya. Dia enggak pakai apa-apa juga enggak dosa, apalagi cuma karena enggak pakai jilbab," gumamnya setengah geli, setengah jengkel.
Tak lama, pintu itu pun terbuka. Zahira muncul dengan wajah tegang, masih sempat merapikan jilbabnya.
Namun, Zayn tidak menyia-nyiakan waktu, langsung menyelonong masuk.
Zahira hanya bisa memandangnya tak percaya, sambil menutup pintu.
“Salam dulu kek,” ucapnya pelan, hampir tak terdengar.
Tapi Zayn menangkapnya.
“Iya, Assalamualaikum,” sahutnya santai.
Zahira yang tak menyangka Zayn mendengarnya, refleks menjawab, “Wa’alaikumussalam.”
Zayn menuju sofa dan duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya seolah rumah itu miliknya sendiri.
“Mau minum apa?” tanya Zahira mencoba bersikap sopan walau di dalam hati ia merasa kesal.
“Enggak perlu minum. Haus gue udah hilang setelah lihat lu,” ucap Zayn tanpa beban.
Zahira mendengus pelan, “gombal enggak penting,” batinnya.
Kemudian, ia berbalik, berjalan ke dapur, membuatkan teh putih untuk Zayn. Tak ingin memperpanjang drama, ia kembali dengan gelas berisi teh, meletakkannya di meja depan Zayn.
“Minum ini aja dulu ya, aku lagi banyak tugas,” ujarnya datar.
Zayn langsung meneguk segelas air putih itu sampai habis.
"Tadi katanya enggak haus, tapi buktinya..." ucap Zahira lirih.
"Lo bilang apa?" tanya Zayn memastikan.
Zahira jadi gugup, "enggak kok, ini... kamu kok dateng sih? Kan tadi aku udah bilang, aku lagi ngerjain tugas, lagi enggak bisa diganggu.”
“Memangnya aku gangguin lo ngerjain tugas? Enggak kan? Atau jangan-jangan lo keganggu karena lo mikirin kegantengan gue terus?” ujar Zayn, meletakkan gelas yang sudah kosong itu ke atas meja.
Zahira menghela napas, mencoba bersabar, “Zayn, gue serius,” ucapnya kesal, “ya udah deh, terserah kamu mau ngapain di rumah ini. Aku mau lanjut ngerjain tugas dulu.”
Ia hendak pergi, tapi suara Zayn menghentikannya.
“Eh tunggu dulu, buru-buru amat. Emangnya sesulit apa sih tugas lo itu?” tanya Zayn.
“Tuh kan kamu ganggu,” balas Zahira tajam.
“Cuma nanya doang, udah dibilang ganggu,” Zayn mengangkat alisnya.
Zahira cemberut.
“Ya udah sini, bawain tugas lo itu, biar gue yang kerjain,” kata Zayn tiba-tiba.
Zahira menatap Zayn, ragu.
“Serius? Emang kamu bisa?” tanyanya.
Zayn menyipitkan mata, “lo nyepelein gue?”
“Bukan gitu maksudnya, tapi…” Zahira menggantung kalimatnya.
“Udah, cepet buruan. Bawain tugas lo ke sini, atau gue yang ke kamar lo,” ancam Zayn setengah menggoda.
“Iya, iya, enggak sabaran banget sih jadi orang,” Zahira bersungut lalu berjalan menuju kamarnya. Ia mengambil buku tulis, buku paket matematika, dan pulpen.
“Ini,” ucapnya sambil meletakkan semua benda itu ke atas meja.
“Tunjukin mana tugas lo,” ujar Zayn.
Zahira membuka halaman yang dimaksud, “yang ini, soal kalkulus. Aku dari tadi enggak paham-paham.”
Zayn menatap soal itu dengan seksama, lalu menatap Zahira dengan tatapan nakal.
“Ini aja lo enggak bisa kerjain? Soal semudah ini?” sindirnya.
“Emangnya kamu bisa?” tantang Zahira.
“Bisa lah. Lo kira gue bodoh?”
“Coba buktiin,” ujar Zahira, menyilangkan tangan di dada.
“Imbalannya apa dulu nih?” Zayn menyeringai.
Zahira mencibir, “emang lo seriusan bisa?”
“Ya bisa. Tapi harus ada imbalannya. Kalau enggak, gue enggak mau kerjain,” Zayn menjawab santai.
Zahira ragu. Tapi otaknya sudah lelah. Ia butuh pertolongan, “cepetan deh, bilang mau imbalan apa?”
Zayn menatap Zahira tajam, “gue mau lo cium pipi gue.”
Zahira terkejut, “Astaghfirullah,” ujarnya cepat.
“Lah, kenapa? Suami sendiri juga. Kocak lu,” Zayn menahan tawa.
“Enggak ah. Yang lain aja,” tolak Zahira.
“Gue tidurin lo,” ucap Zayn dengan nada jahil.
“ISTIGHFAR, ZAYN!” Zahira melotot, wajahnya memerah karena malu dan marah.
“Mending aku dihukum keliling lapangan seribu kali karena enggak ngerjain pr, daripada harus nurutin permintaan enggak bener lo!”
Zahira merampas buku itu dari meja, dan hendak membawanya kembali ke dalam kamarnya, tapi Zayn dengan cepat berdiri dan menghadangnya.
“AWAS, minggir!” Zahira menatap tajam.
“Ya elah, gitu aja marah,” Zayn langsung merampas buku itu dari tangan Zahira.
Zahira berusaha merebutnya kembali, tapi tinggi badan Zayn dan kekuatan fisiknya membuat usaha Zahira sia-sia.
“Udah diem. Biar gue kerjain. Kebetulan gue lagi gabut ini, enggak ada kerjaan," ucap Zayn seraya duduk kembali dan membuka halaman buku paket.
"Yang ini kan soalnya?" tanya Zayn memastikan.
Tapi Zahira hanya diam saja, wajahnya sudah merengut seperti jeruk purut.
Zayn tersenyum tipis, kemudian ia mulai mengerjakan.
Setelah beberapa menit, Zayn menyerahkan buku yang telah diisi dengan jawaban.
“Nah, sudah selesai,” ujar Zayn menyodorkan buku tulis itu ke hadapan Zahira, yang sedari tadi duduk memperhatikan Zayn mengerjakan tugasnya.
Zahira melongo, “ini enggak asal siap, kan?”
“Enggaklah,” jawab Zayn santai.
“Kalau salah gimana?” tanya Zahira lagi.
“Kalau salah, lo hukum gue. Lo bisa tidurin gue sepuasnya,” ucap Zayn dengan wajah tak bersalah.
“Zayn…” Zahira memelototinya.
Zayn tertawa, “ta habisnya lo enggak percayaan amat sih. Emangnya lo kira gue seoon lo apa, soal semudah itu aja enggak bisa.”
“Awas aja kalau besok salah, aku enggak bakalan ijinin kamu nginep di rumah ini lagi seumur hidup!” ancam Zahira.
Zayn terkekeh, “udah simpan buku lo. Terus, temenin gue keliling kota.”
Zahira terdiam. Hatinya senang diajak jalan-jalan, karena ia memang jenuh di rumah terus. Tapi, ia khawatir kalau selama ini Zayn hanya berpura-pura baik kepadanya, dan sekarang Zayn ingin menunjukkan siapa ia yang sebenarnya. Ia takut, Zayn akan menjualnya sebagai ganti kerugian karena selama ini Zayn sudah baik kepadanya. Jadi, Zahira menolak ajakan itu.
“Enggak ah, males. Kamu keliling aja sendiri," sahut Zahira cuek.
“Kalau gue mau keliling sendiri, ngapain gue ke mari?” sahut Zayn.
“Kamu serius cuma mau ngajak keliling doang? Kamu enggak niat jual aku kan?” tanya Zahira akhirnya.
Zayn menatapnya geli, “ir geer lu. Emangnya kalau gue jual lu, ada yang mau beli?”
Zahira memayunkan bibirnya.
“Udah sana, cepetan. Lo ada tugas lagi? Sini gue kerjain,” ujar Zayn.
“Iya, kamu tungguin di sini. Enggak sabaran banget jadi orang,” ujarnya akhirnya, sebelum ia kembali masuk ke dalam kamarnya dengan senyum yang tidak bisa ia tahan.
mainan busehhh ati ati loh takut nya yang Lo anggap mainan jadi sesuatu yang berharga
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain