Pernahkah kalian melihat Mertua dan Menantu bersitegang??
Itu hal biasa, Banyaknya Mertua yang hanya bisa menindas menantu dan tidak Suka kepada menantunya, berbeda dengan mertua dari Almira, Rahayu dan Sintia. Dan Rafa
Mertua yang memperlakukan anak menantunya seperti anak sendiri bahkan sangat menyayangi ketiganya. Mertua yang sangat jarang ditemui karena sangat langkah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Para security itu saling melempar pandangan kemudian ketiganya menatap tajam orang-orang yang dipukul oleh Sultan,
"Kalian manusia atau iblis??, binatang saja tidak akan tega membunuh orangtuanya, lalu kalian disebut apa?? manusia berhati iblis?? tanya salah satu security itu dengan tajam.
Dia juga memiliki orangtua yang sudah tua dan dia tidak akan terima jika orangtuanya diperlakukan seperti itu oleh saudaranya.
"Mereka berbohong, kami tidak mungkin melakukan hal itu pada mereka". Ucap Istri Saddam dengan gugup.
"Itu benar kami tidak melakukannya". Istri Sam kini bersuara.
"Baiklah lihat ini". Ucap Sultan memperlihatkan video di hapenya tentang pengakuan orangtua istrinya yang tadi pada istrinya. dan dia perlihatkan kepada para security bahkan dia membesarkan volumenya sehingga mereka bisa mendengar nya.
"Masih mau mengelak, kalian pasti mengenal kedua suara itu bukan, aku bahkan bisa melaporkan kalian kepolisi saat ini juga". Ucap Sultan dengan geram.
"Dan bapak security tahu kedua orangtua mereka kini berada di rumah operasi karena mereka meninggalkan orangtua mereka dirumah sakit tanpa pemberitahuan sehingga mereka terlambat dioperasi. Yang mereka alami itu memang murni perbuatan saya tapi itu sebagai bentuk kemurkaan seorang anak yang orangtua nya diperlakukan seperti itu, silahkan anda bertindak ". Sultan menatap kepada security dengan kesungguhan.
Para security itu berbalik kemudian membawa mereka tanpa bertanya lagi, mereka menyeret paksa mereka semua pergi dari sana walau meronta-ronta dan mengamuk tapi mereka tidak peduli, segala umpatan tidak terima keluar dari mulut mereka.
"Diam". Hardik para security itu dengen keras.
Teriakan itu Membuat mereka terdiam Seketika karena bentakan itu, mereka tidak menyangka akan diseret seperti ini oleh security membuat mereka sangat malu dan dibentak ditengah umum seperti ini.
Setelah mereka semua pergi Sultan memperhatikan istri nya yang nampak Shock melihat semuanya.
"Bagaimana keadaan mu dek, kamu baik-baik saja?? ". Tanya sultan kepada istrinya yang kini duduk termenung.
"Dek". Sultan menepuk pelan pundak sang istri yang kini mematung.
"Eh iya kak". Ucap Sintia bangun dari keterkejutannya.
" Kamu baik-baik saja?? ". Tanyanya lagi mengulang pertanyaannya.
"Aku baik kak, hanya saja aku terkejut kakak bisa bertarung seperti itu, dan kelihatan nya kakak sangat lihai". Ucap Sintia menatap suaminya meminta penjelasan.
"Ya begitu lah dek, aku hanya menggunakannya disaat tertentu saja, aku tidak menggunakannya untuk menyakiti orang kecuali kalau memang sudah keterlaluan". Sultan menatap istrinya dengan senyuman lembut menenangkan.
"Syukurlah, aku khawatir kakak gelap mata dan membunuh mereka, aku sungguh tidak mau terjadi apapun setelah ini".
"Aku juga tahu batasan sayang, kamu tenang saja oke, aku tidak pernah membalas mereka karena aku menghormati mereka sebagai keluargamu tapi jika itu sudah keterlaluan, aku pasti akan memberikan mereka lebih parah dari yang tadi". Ucap Sultan dengan lembut.
"Terima kasih karena selalu menjagaku". Sintia memeluk suaminya dengan sayang.
"Itu sudah kewajibanku dek, tak perlu meminta maaf, kakak sangat menyayangi kamu maka dari itu aku tidak akan membiarkan kamu tersakiti oleh siapapun termasuk diriku sendiri". Sultan membalas pelukan sang istri.
" Ululu romantis nya tak tahu tempat". Sindir Sufyan saat mereka tiba dirumah sakit tepatnya depan ruang operasi.
"Iri bilang bos". Ucap Sultan meledek sang kakak.
Dia tidak peduli jika mereka melihatnya dengan tatapan aneh, toh yang dia peluk istrinya bukan orang lain.
"Iya sayang tidak masalah, tapi ingat ini rumah sakit, romantisme nya dirumah saja oke". Ucap Shofiyah terkekeh geli.
Mereka semua tertawa mendengar celotehan Shofiyah barusan. Wanita parubayah itu memang bisa menghidupkan suasana.
"Oh iya kak, tadi aku melihat keluarga kak Sintia diseret oleh security terus wajahnya pada babak belur, kenapa bisa?? Tanya Shifa mengalihkan pembicaraan mereka.
"Iya aku juga melihat mereka tadi, tapi mengapa mereka sampai diseret dan dalam keadaan babak belur?? Tanya Almira dengan penasaran.
"Mereka dihajar oleh Kak Sultan, mereka keterlaluan karena menjadikan papa dan mamaku menjadi pengemis dijalanan kemudian uangnya mereka gunakan sendiri tanpa peduli kedua orangtuanya belum makan dan minum sampai malam". Sintia menatap sendu mereka dengan mata berkaca-kaca.
"Mereka pantas di hajar, bisa-bisanya mereka memperlakukan orangtua kalian seperti itu, itu sangat keterlaluan". Ayu kini berkomentar.
"Terus bagaimana keadaan orangtuamu sekarang nak, apa operasi nya sudah selesai?? tanya Shofiyah dengan cemas.
Dia tidak membenci besannya secara pribadi, dia hanya tidak suka sikap mereka yang suka membeda-bedakan anak-anak mereka apalagi jika masalah finansial, bukankah tugas orangtua membantu anaknya secara merata tanpa membedakan mereka.
"Belum bunda, masih menunggu dokter keluar untuk hasilnya, ini kami menunggu disini, malah kakak-kakak ku datang membuat keributan".
"Sudahlah nak, tidak usah pikirkan mereka, toh orangtua kalain sudah lebih baik sekarang, kamu fokus kandungan ku dan urus orangtuamu nanti".
"Kita akan pekerjakan perawat saja dek untuk mereka sambil kamu memantau saja, kasihan kamu kalau terlalu capek". Sultan manatap istrinya minta pendapat.
"Sekalian pengurus rumah Tan, yang pulang pergi saja, rumah kalian cukup besar untuk dibersihkan sendiri oleh Sintia, bagaimana menurut kalian". Almira menyampaikan pendapat nya.
"Itu bagus juga nak, klau kalian mampu, kalau tidak biar bunda yang bayar untuk bulanan pembantunya yang tugasnya hanya bersih-bersih rumah sambil membantu mengurus orangtua kamu". Shofiyah kini menatap mereka meminta pendapat.
"Aku mah terserah yang mulia Ratu, kalau dia ingin seperti itu maka aku akan mengusahakannya, apapun untuknya". Ucap Sultan mengelus kepala sang istri.
"Sebaiknya kakak pakai pembantu saja, tugasnya hanya membersihkan rumah sekaligus mengurus orangtua kakak walau tak sepenuhnya, seperti mengganti pakaian dan yang lainnya saja, kakak belum bisa mengangkat yang berat kan kakak sedang hamil". Shifa menatap Sintia dengan seksama.
"Iya yang dikatakan kak Shifa benar, cari pembantu saja yang tidak tua dan tidak muda juga agar aman, terus tugasnya hanya membersihkan rumah, cuci piring, mengurus paman dan bibi, gajinya nanti menegosiasikan saja nanti bagaimana bagusnya". Ayu mengeluarkan pendapat nya.
Keluarga ini memang selalu mengadakan musyawarah jika mengambil keputusan, tapi keputusan tetap pada pemilik rumah tangga itu sendiri, mereka hanya menyampaikan pendapat saja.
"Bagaimana dek?? Tanya Sultan melihat sang istri.
"Iya kak, seperti nya kita membutuhkannya, karena papa dan mamaku sakitnya bersamaan, aku tidak mungkin bisa mengurusi semuanya sendirian". Pasrah Sintia mendapatkan masukan dari keluarga suaminya.
"Baiklah dek, kalau seperti itu nanti kita cari setelah papa dan mama dirumah". Ucap Sultan dengan senyuman.
Mereka semua bernafas lega karena Sintia menerima saran dari mereka, mereka hanya tidak mau Sintia kelelahan karena dia sedang mengandung anak kedua mereka.
"Biar bunda yang cari orangnya, kalian tunggu dan duduk manis saja". Ucap Shofiyah dengan senyum lebar