"Kau hanya perlu duduk dan menghabiskan uangku, tapi satu hal yang harus kau penuhi, yakni kepuasan!" Sagara Algyn Maheswara.
"Asal kau bisa membuatku keluar dari rumah sialan itu, aku bisa memberikan apapun termasuk yang satu itu, Tuan." Laura Alynt Prameswari.
Laura menderita karena hidup dengan keluarga tirinya, ayahnya menikah lagi dan selama itu dia selalu ditindas dan diperlakukan seenaknya oleh keluarga barunya itu, membuat Laura ingin bebas.
Akhirnya, dia bertemu dengan Sagara. berawal dari sebuah ketidaksengajaan, namun siapa sangka berakhir di atas ranj*ng bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Catherine tersenyum manis sambil mengulurkan tangannya ke arah Sagara. Laura menelan ludahnya dengan kepayahan, jujur dia terkejut bukan main saat mendengar wanita itu memperkenalkan dirinya sebagai mantan kekasih Sagara.
Sagara menepis kasar tangan Catherine, membuat wanita itu mendelik. Laura lebih terkejut lagi, dia tidak tahu kenapa Sagara bersikap demikian.
"Oh, santai saja." Catherine terlihat biasa saja, dia memasang wajah datarnya seolah ini bukanlah kali pertama terjadi.
"Dunia ini begitu sempit sampai aku harus bertemu denganmu lagi."
"Haha, ini takdir."
"Dan aku membenci takdir itu." Jawab Sagara tak mau kalah. Laura malas mendengar perdebatan antar dua mantan kekasih itu, jadi dia melanjutkan belanjanya sendirian. Dia memilih barang-barang yang sudah habis di apart, agar lebih tertata, Laura mencatat apa saja yang habis di rumah.
"Apa kabar, Saga?"
"Kau tidak perlu berbasa-basi kampungan, kau bisa melihat dengan jelas bagaimana keadaanku."
"Hmm, kau lebih terurus sekarang. Kau menikah juga akhirnya, kapan kalian menikah? Kau tidak mengundangku?"
"Aku hanya mengundang orang penting."
"Bukankah Demian juga teman baikmu, harusnya dia jadi orang penting untukmu." Tanya Catherine yang membuat Sagara terkekeh.
"Kau amnesia atau bagaimana? Aku tidak akan pernah menganggap penghianat sebagai temanku."
"Tapi kita sekarang sudah punya kehidupan masing-masing, Saga."
"Ya, benar."
"Apa kau masih belum bisa move on dariku? Sampai-sampai kebencianmu pada Demian masih bertahan sampai sekarang?"
"Jangan terlalu percaya diri, Cath. Aku hanya tidak bisa memaafkan penghianat, bagiku kau tidaklah penting. Aku hanya menyayangkan karena persahabatan bertahun-tahun bisa hancur karena seorang jal4ng." Sagara tersenyum sinis, sudah jelas dia menyindir Catherine.
Demian adalah sahabat Sagara, keduanya berteman sejak keduanya masih duduk di bangku SMA. Bukan hanya Sagara dan Demian, ada beberapa orang lagi yang membentuk satu circle. Tapi Demian berulah, saat melihat Catherine di tongkrongan circle mereka, Demian mulai melancarkan aksinya hingga akhirnya Catherine mau menjalani hubungan gelap di belakang Sagara.
Sagara tidak hanya menyalahkan satu pihak, karena pada dasarnya perselingkuhan itu ada karena kesepakatan dua pihak. Keduanya sama-sama gatal dan mur4han menurut Sagara, tidak menunggu waktu lama setelah hubungan itu terbongkar, Sagara memutus hubungan dengan keduanya dan membenci keduanya sampai sekarang.
Sekarang, Demian dan Catherine sudah menikah, membangun rumah tangga bahkan telah memiliki dua orang anak. Setahunya, pasangan itu tinggal di luar negeri, tapi mengejutkan sekali tiba-tiba saja Sagara bertemu dengan Catherine di supermarket. Artinya dia pindah kesini lagi setelah bertahun-tahun lamanya?
"Saga.."
"Aku harus pergi, istriku telah menungguku. Aku harap, ini adalah pertemuan terakhir kita. Apapun takdirnya, aku berharap tak pernah bertemu denganmu atau penghianat itu. Baik di kehidupan lain setelah ini, aku sangat memohon agar aku tak pernah bertemu dengan wanita sepertimu."
"Saga.." panggil Catherine, membuat Sagara mendengus. Dia celingukan mencari keberadaan Laura, untungnya gadis itu berada tak jauh darinya rupanya. Dia sedang mengambil beberapa bumbu-bumbu dan saus untuk pelengkap.
"Baby.."
"Hmm, sudah selesai bicaranya?"
"Kenapa malah pergi?"
"Aku gak mau ganggu kalian, barangkali mau flashback masa-masa pas pacaran kan?"
"Tidak ada. Semuanya pahit, tak ada yang bisa di kenang." Jawab Sagara. Dia mengambil alih troli belanja dari tangan Laura.
"Yaudahlah, gak penting juga."
"Kamu baik-baik saja, baby?"
"Iya, memangnya kenapa?" Tanya Laura. Sagara merasa ada yang berbeda dengan Laura, dia selalu memalingkan wajahnya seakan enggan menatap ke arahnya.
"Baby, kamu marah?"
"Tidak."
"Sayang?"
"Daddy, aku belum beli saus tiram. Tolong ambilin, aku gak sampai." Pinta Laura sambil menunjuk merk saus tiram yang mereka pakai di rumah. Sagara mengerti, gadisnya pasti mengalihkan topik pembicaraan agar dia tidak perlu menjawab pertanyaannya.
"Ini, baby. Satu saja?"
"Ambil satu lagi." Jawab Laura. Sagara menurut dan setelah selesai, keduanya berpindah section untuk mencari barang yang masih kurang.
"Baby.."
"Ya, Dad."
"Okay?"
"Iya, Daddy." Jawab Laura sambil tersenyum manis. Rasanya memang sedikit cemburu, tapi apa dia memiliki hak untuk cemburu pada Sagara? Dia saja tak bisa memiliki harapan apapun lagi untuk hubungannya dengan Sagara.
Setelah selesai belanja dan membeli beberapa barang, Sagara juga membujuk Laura untuk membeli tas keluaran terbaru. Gadis itu menolak, tapi Sagara tetaplah Sagara, dia membujuk tanpa henti hingga akhirnya Laura luluh dan membeli tas itu meskipun tidak terlalu menginginkannya.
Di perjalanan, Sagara beberapa kali mencuri pandang ke arah Laura. Sepanjang perjalanan pulang, gadis itu hanya diam saja. Sesekali memperhatikan jalanan yang ramai, lalu kembali bermain ponsel tanpa bicara banyak hal pada Sagara.
"Baby.."
"Ya."
"Kamu cemburu hmm?"
"Maksudnya?"
"Daddy perhatikan, kamu diam setelah bertemu Catherine tadi."
"Lalu, apa hubungannya?"
"Daddy pikir, kamu cemburu."
"Tidak. Hanya agak sedikit kesal." Jawab Laura akhirnya. Dia kesal sekali saat Catherine memperkenalkan dirinya sebagai mantan kekasih Sagara dengan bangga nya.
Sagara terkekeh pelan, pantas saja Laura hanya diam saja sejak tadi. Ternyata, dia kesal. Padahal, kesal itu hanyalah alibi. Kenyataannya memang Laura cemburu, itu membuat Sagara merasa senang karena gadis itu cemburu padanya.
"Tidak perlu cemburu. Dia bukan sainganmu, dia hanya masa lalu. Meskipun dulu, pernah menjadi perempuan yang aku cintai, namun sekarang tak ada perempuan manapun dalam hidupku kecuali kamu."
"Daddy.."
"Percayalah, Daddy tidak pernah berniat menyakitimu. Mantan ya mantan, tidak perlu di cemburui."
"Iya, Daddy. Maaf.."
"It's okay, baby." Sagara tersenyum lalu mengusap lembut puncak kepala Laura, sekarang gadis itu merasa sedikit lebih lega. Namun dia tetap bertanya-tanya, apakah dia memiliki hak untuk cemburu?
lanjut Thor dobel Napa Thor...