Sebuah keluarga sederhana yang penuh tawa dan kebahagiaan… hingga suatu hari, semuanya berubah.
Sebuah gigitan dari anjing liar seharusnya bukan hal besar, tapi tanpa mereka sadari, gigitan itu adalah awal dari mimpi buruk yang tak terbayangkan.
Selama enam bulan, semuanya tampak biasa saja sampai sifat sang anak mulai berubah dan menjadi sangat agresif
Apa yang sebenarnya terjadi pada sang anak? Dan penyebab sebenarnya dari perubahan sang anak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn Aru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Gilang terlihat sangat lemas dan pucat dengan nafas tak beraturan, seakan ia telah berlari puluhan kilometer. "Gak apa-apa, aman gue santai." Ia pun menutup semua tubuhnya dengan selimut.
Mahen akhirnya keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu, ia yang cemas dengan keadaan Gilang yang semakin parah pun meraih ponsel dan menelpon seorang dokter, ia berbicara dengan berbisik, seakan tak ingin Gilang mengetahui apapun.
Tak lama Mahen menutup panggilan dan meletakkan ponselnya di sampinya, ia meraih kotak rokoknya, menatap rokok itu dengan seksama. Pikirannya melayang, pergi tanpa di ketahu tempatnya, seakan hanya raganya yang berada di dalam unit itu.
Gilang dengan selimut tebal menutupi tubuh dan wajahnya mendekat kearah Mahen yang membuat Mahen terkejut. "Hehe." Tawa Gilang dengan lemas. "Roh lu dah pergi ke alam laen tuh. Lagi mikirin apa sih lu?" Lanjutnya.
Mahen menahan pukulannya dan menghela nafas kasar, ia melihat kotak rokoknya dengan tatapan kosong. "Lang, mau langsung gw bunuh atau gue jadiin bahan uji coba?" Gilang yang mendengar ucapan Mahen pun terkejut dan tersenyum ngeri.
Ruangan menjadi hening, hanya suara kitty dan coco yang memenuhi ruang tamu. "Hen, ambilin remote tolong." Ucap Gilang yang merasa bosan dengan keheningan. Mahen hanya diam dan meraih remote yang berada di sampingnya.
Saat TV menyala, menampilkan sebuah berita yang memperlihatkan tempat PSK di sana. Mahen dan Gilang yang melihat hal itu pun melebarkan mata mereka karena terkejut.
"Berita terkini : Penyakit Misterius Menyebar di Kota Ubudkarta
Kami baru saja mendapatkan laporan bahwa beberapa karyawan yang bekerja di hotel xxx mengalami gejala aneh pada tubuhnya, mereka berbondong-bondong keluar dari hotel xxx dengan terburu-buru dan berdesakan saat malam hari. Terlihat di sebuah video amatir bahwa beberapa warga yang berada di TKP tergigit oleh para karyawan. Yang berada di hotel tersebut."
Gambar di belakang membawa berita berubah menjadi video, di mana terlihat orang-orang yang berdiri tak stabil, beberapa daging yang tak lagi menempel, dan kulit pucat layaknya mayat dengan tubuh yang di penuhi oleh darah.
"Hingga saat ini belum diketahui penyebab dari penyebaran virus zombie yang tiba-tiba, para medis saat ini tengah berusaha mencari tau dan menangkap beberapa zombie dengan berbagai cara."
Berita kembali menyorot pada pembawa acara yang duduk tegak di sana
"Pemerintah menghimbau untuk para warga tidak berkeliaran dengan jangka panjang dan tetap berada di rumah. Kami akan selalu memberikan perkembangan dari wabah yang menyerang negri ini. Sekian dari kami dan terimakasih ."
Gilang melihat berita itu hingga akhir, ia hanya terdiam dan tak memberi respon walau telah di panggil oleh Mahen. "Woy lo kenapa cok?!" Mahen dengan sengaja memukul pundak Gilang agar dia tersadar.
Saat Gilang tersadar ia dengan buru-buru melepas selimut dan berlari kearah pintu, Mahen dengan segera menyusul dan menahan Gilang yang akan membuka pintu. "Lo kenapa cok?!" Teriak Mahen.
Gilang hanya menatap Mahen dengan bingung seakan dia telah kehilangan kesadarannya. "Gue harus keluar." Ucap Gilang berulang kali dengan suara kecil dan kekhawatiran, seakan dia telah menggunakan obat terlarang.
Mahen yang termakan emosi pun memukul Gilang dengan keras pada wajahnya. Terlihat darah yang seakan mulai menghitam keluar dari bibi Gilang. "Da...darah lo." Gilang yang tersadar dengan cepat mengusap darah di bibirnya dan terlihat bahwa darah nya yang tak segar layaknya darah manusia normal.
Dengan segera Gilang kearah kamar dan meraih rantai yang ia miliki. Benar, sebuah rantai besar yang ia simpan di bawah kasurnya, rantai itu ia gunakan di saat dirinya sedang merasa sangat buruk, dan Mahen lah yang selalu memantau keadaan Gilang dari cctv kamarnya. "Rantai gue." Mahen yang menyadari sesuatu pun dengan segera meraih rantai itu dari tangan Gilang. Ia mengikat Gilang pada besi yang telah di tanamkan ke tembok oleh Gilang.
Setelah melakukan itu, Mahen duduk di depan Gilang yang terikat oleh rantai, mereka hanya terdiam dan menunduk tanpa suara. "Kenapa lo tadi?" Tanya Mahen memecahkan keheningan.
Gilang yang terduduk menatap Mahen, terlihat kesedihan mendalam yang di pancarkan dari wajah Gilang, ia terlihat kebingungan untuk menjelaskan keadaan nya. "Tina. Dia, perempuan baik." Mendengar ucapan Gilang, Mahen hanya menatap Gilang, seakan ia meminta untuk penjelasan yang lebih dari hanya itu. "Gue, bulan lalu. Ngelamar dia." Lanjutnya.
Mahen mengusap wajahnya frustasi dan menghela napas kasar, ia benar-benar tak habis pikir dengan apa yang di ucapkan oleh Gilang. "Kan gue udah bilang, dia itu psk. Kenapa malah lo lamar, lo kira kita di drama?" Ucap Mahen dengan ekspresi datar dan menumpukan wajahnya pada tangan.
Untuk kesekian kalinya, Mahen kembali menghela nafas kasar. "Gini Lang, biar gue jelasin sesuatu." Gilang hanya terdiam dan siap untuk menyimak. "Gue udah ambil sampel darah lo pas bikin tato." Lanjut Mahen.
Gilang terlihat kebingungan dengan apa yang di ucapkan oleh Mahen. Ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, untuk apa dan kenapa Mahen harus sembunyi-sembunyi meminta darahnya. Melihat kebingungan dari Gilang, Mahen pun menceritakan garis besar dari alasannya. "Gini, setelah gue cek dan cari tau di lab. Lo gak sakit apa-apa dan gak di temuin apapun, gue gak tau pasti kenapa darah lo menghitam, tapi gw curiga satu hal."
Mahen pun mulai menjelaskan bahwa saat melihat darah Gilang, tak terdapat apapun yang mencurigakan, tak ada virus atau di temukan apapun di darahnya, bahkan setelah beberapa hari di lakukan pengecekan terhadap darah itu, dan di simpan dengan tertutup darah itu mulai menghitam.
Awalnya Mahen berpikir itu hanyalah pembusukan yang terjadi, tapi semakin lama di biarkan terlihat ada sebuah kristal yang terbentuk di dasar wadah. Mahen yang baru pertama kali melihatnya pun meminta salah satu profesor untuk melihat kejadian ini, dan dalam beberapa hari ini ia sedang melakukan penelitan dengan hal itu.
Saat menceritakan hal itu terdengan di TV yang masih menyala, sebuah berita muncul dan mengatakan bahwa di temukan beberapa zombie yang tiba-tiba muncul tanpa di ketahui siapa yang pertama kali menyebarkan virus ini. Mahen dan Gilang yang mendengar berita itu hanya saling menatap. "Apa kata gw, pasti ada yang aneh."
Gilang menunduk merasa bersalah. Ia tahu maksud dari ucapan Mahen. "Siapa yang tau, kalau cakaran begini bisa jadi masalah besar." Ucapnya. "Hen, mata gue aneh Hen." Suara Gilang terdengar panik. Mata gilang yang tadinya dapat melihat sekarang menjadi sedikit buram, perlahan ia menghadap ke arah Mahen dan mengedipkan matanya, mata itu telah berubah menjadi hitam keseluruhan dan Gilang dapat melihat segalanya dengan sangat jelas. "Hen mata gue kenapa Hen? Gw bisa lihat semuanya Hen." Suara Gilang terdengar semakin panik.
Mahen yang melihat itu dengan segera menutup mata Gilang menggunakan kain yang ia sobek.
4 jam berlalu, Gilang seakan telah menghilang, berkali-kali mahen berusaha menyadarkannya, tapi tak menghasilkan apapun. "Lang, Lang, pake acara jadi monster." Mahen menghela napas panjang dan hanya duduk di hadapan Gilang. Terlihat tumbuhnya kristal pada dahi, tubuhnya, dan tangannya yang perlahan mulai berubah. Perubahan ini seakan memperlihatkan bahwa di setiap orang, evolusi virus ini akan berbeda.
Mahen dengan santai berdiri dan keluar dari kamar, ia duduk di sofa ruang tamu, menonton tv dan rokok yang telah ia nyalakan. Tak lama terdengar dering dari ponselnya, dengan malas ia mengangkat panggilan itu dan terdengar suara pria paruh baya yang panik. "Kenapa?" Tanya nya dengan rokok yang masih berada di mulutnya.
"Tuan di sini sudah terkena virusnya, dan beberapa dari karyawan telah terkena infeksi dari virus." Terdengar suara nafas terengah-engah dari pria itu.
"Oke, gue ke sana." Mahen pun mematikan ponselnya tanpa menunggu jawaban dari pria itu. Ia meraih kunci mobilnya dan berjalan keluar unit, dengan santai dia melangkah kearah lift, tapi saat ia menekan tombol lift tak ad respon apapun dari lift. Dengan malas ia pun berjalan ke arah tangga darurat dengan, saat ia membuka pintu darurat, terlihat beberapa zombie yang menunggu. Saat itu pula para zombie berlari kearah Mahen dengan berebutan, dengan santai ia menutup pintu itu dan menarik pot yang ada di dekat sana. "Ngapain dah." Ia yang baru sadar pun akhirnya mengunci pintu itu dengan kuci besar yang menempel di pintu.
Mahen yang sudah berada di unit nya lagi pun akhirnya berdiri di dekat jendela dengan banyaknya zombie yang berada di bawah sana. "Banyak banget." Ia pun melihat ke sekeliling dan melihat tangga yang berada di balkon tetangganya. Dengan santai Mahen mencari benda yang dapat ia gunakan untuk menyebrang.
Ia melepas kayu dari meja kerja Gilang hang berada di kamar, dan membawanya keluar. Saat akan keluar kamar, ia menoleh ke arah Gilang. "Pinjem meja, besok gue ganti." Mahen pun membawa meja itu untuk menjadi jembatan antara unitnya dan unit milik tetangganya. Setelah berhasil menyebrang, Mahen tanpa sengaja melihat ke arah dalam unit, terlihat seorang wanita yang telah berubah menjadi zombie dan seorang pria yang punggung nya telah di tumbuhi oleh bunga.
Melihat hal itu Mahen dengan segera menurunkan tangga yang menempel pada pagar balkon, saat akan menurunkan tangga tiba-tiba saja sang istri mendekat dan membenturkan kepalanya pada pintu kaca balkon. "Sialan, susah banget sih ni tangga." Mahen dengan tenang mencari sesuatu untuk melepas ikatan tali. Saat ia mencari-cari benda tajam, di saat itu pula terdengar suara pecahan kaca dari belakangnya.
Kepala wanita itu sudah berada di luar dan kaca yang pecah itu berhamburan di bawah, dengan segera Mahen meraih kaca itu dan memotong tali yang menahan tangga. Saat tangga telah turun dan Mahen baru saja menginjakkan kaki di anak tangga, wanita itu semakin memberontak dan memecahkan kaca itu lebih besar.
Mahen melihat itu segera turun agar tak tertangkap, wanita tersebut segera melompat untuk menangkap Mahen, tetapi tak berhasil.
Bersambung....