NovelToon NovelToon
Tergoda Tunangan Sahabat

Tergoda Tunangan Sahabat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nunna Zhy

"Gue tahu gue salah," lanjut Ares, suaranya dipenuhi penyesalan. "Gue nggak seharusnya mengkhianati Zahra... Tapi, Han, gue juga nggak bisa bohong."

Hana menggigit bibirnya, enggan menatap Ares. "Lo sadar ini salah, kan? Kita nggak bisa kayak gini."

Ares menghela napas panjang, keningnya bertumpu di bahu Hana. "Gue tahu. Tapi jujur, gue nggak bisa... Gue nggak bisa sedetik pun nggak khawatir sama lo."

****

Hana Priscilia yang mendedikasikan hidupnya untuk mencari pembunuh kekasihnya, malah terjebak oleh pesona dari polisi tampan—Ares yang kebetulan adalah tunangan sahabatnya sendiri.

Apakah Hana akan melanjutkan balas dendamnya, atau malah menjadi perusak hubungan pertunangan Zahra dan Ares?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nunna Zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Hana melangkah masuk ke dalam kelas dengan langkah santai, meskipun hatinya sedikit gugup. Ini adalah hari pertama sebagai mahasiswa hukum, dan ia belum tahu apa yang menunggunya. Matanya menyapu ruangan, mencari tempat duduk yang masih kosong. Di dekat jendela, Zahra melambai kecil dengan senyum ramah. Hana segera berjalan ke arahnya.

"Hai Ra, pagi amat lo," sapa Hana sambil duduk di sebelah gadis berhijab itu.

Zahra tersenyum lembut. "Iya dong, gue excited banget buat kelas pertama. Lo sendiri kok baru masuk sekarang? Telat bangun ya?" godanya.

Sebelum Hana sempat menjawab, suara lain yang lebih nyaring memotong pembicaraan mereka.

"Jangan-jangan lo tadi ngecengin kating duluan, terus nggak ngajak-ngajak gue lagi. Jahara banget, tau nggak!"

Hana menoleh, menemukan Dafa—cowok dengan gaya gemulai yang tak pernah gagal mencuri perhatian. Ia duduk tepat dibelakang kursi Zahra, bibirnya yang berkilau karena lip gloss mencebik seolah-olah benar-benar tersinggung.

"Kurang kerjaan banget gue ngeceng kating, Fa," balas Hana sambil memutar mata. Ia menaruh tasnya di meja dan duduk dengan santai.

"Ih, sumpah deh lo nyebelin. Padahal tadi gue liat kating-kating ganteng di depan gedung fakultas. Harusnya lo ajak gue!"

"Dasar bencong!" Yuna menoyor kepala Dafa, "lo cowok woi, ngapain suka liatin cowok-cowok ganteng."

"Ih Yu... sewot aja lo sama gue, takut kalah saing sama gue."

"Najis!" Sekali lagi Yuna menoyor kepala Dafa, kali ini cukup keras, hingga kepala Dafa terjengkang kebelakang.

"Astoge, lo jahara banget sama gue Yu."

"Bisa nggak jangan panggil gue Yu, norak anying!"

"Lah, nama lo kan Yuna, apa salahnya gue panggil Yu?" Dafa memprotes.

"Lo bisa panggil gue Yuna, bencong! Jangan Yu, lo kira gue yayuk-yayuk jamu?"

Dafa tertawa terkekeh-kekeh, "duh kalau yu jamunya macem lo, gue yakin kagak ada yang beli. Muka jutek dan asem gini, mana mau orang beli."

"Vangke lo, bencong!!!" Yuna menendang betis lelaki jadi-jadian itu keras, membuat Dafa memekik kesakitan.

"Siaul lo Yu, gue perkaos lo juga nih!"

"Bisa berdiri emang perkutut lo?" Ledek Yuna.

"Bisa, mau gue tunjukin." Respon Dafa cepat, membuka resleting celananya.

Bugh! 

Sebuah buku tebal mendarat di kepalanya dengan keras.

"Akhhh...." Pekik pria jadi-jadian itu keras, suaranya terdengar mirip dengan suara tikus kejepit.

"Anying! Siapa sih yang berani-beraninya ngeplak kepala berharga gue!" seru Dafa sambil menegakkan punggung, matanya menyapu ruangan mencari pelaku. Namun, senyum licik yang sudah ia siapkan lenyap seketika saat pandangannya bertemu dengan seorang pria berjas abu-abu berdiri di hadapannya.

Tubuh Dafa seketika merosot seperti jeli saat melihat sosok pria setengah tua berdiri di hadapannya dengan wajah serius yang jauh dari kata ramah. Sosok itu adalah dosen mereka—Pak Rahadian, dengan Aura tegasnya, membuat para mahasiswa langsung duduk tegap seperti prajurit siap perang.

"Se... sejak kapan Bapak di sini?"  tanya Dafa tergagap.

"Nggak penting sejak kapan saya berdiri disini." Rahadian menatap tajam, lalu mengangkat alisnya. "Siapa nama kamu?"

"D-Dafa, Pak..." jawab Dafa, suaranya hampir tak terdengar.

"Bagus, Dafa. Sekarang, maju ke depan kelas."

Dafa merosot sedikit di kursinya, matanya melirik Hana, Yuna dan Zahra, bergantian, berharap ada yang akan membantunya. Tapi teman-temannya hanya menunduk, mencoba menahan tawa.

"Maju," ulang Rahadian, lebih tegas.

Dengan berat hati, Dafa berdiri dan berjalan ke depan kelas seperti seorang tahanan yang sedang menuju pengadilan. Saat sampai di depan, ia berdiri dengan kaku, menatap lantai.

"Resleting naikin dulu Fa, repot nanti kalau perkutut lo kabur."

Dengan cepat, Dafa menarik resleting celananya. Wajahnya memerah karena malu. "Ah... Vangke emang nih!" Cicitnya.

***

Setelah setengah hari penuh dengan kelas yang melelahkan, Hana dan teman-teman barunya duduk di bawah pohon rindang di area parkir kampus, menunggu jemputan. Angin sepoi-sepoi mengusap wajah mereka, sedikit mengurangi penat akibat aktivitas di fakultas hukum yang padat.

Tin! Tin!

Suara klakson membuyarkan obrolan santai mereka. Sebuah mobil putih mengkilap berhenti di depan mereka, menarik perhatian semua orang.

"Itu mobil tunangan gue," Zahra menunjuk sambil tersenyum kecil. "Ayo, naik."

Hana, Yuna dan Dafa saling melirik sebelum akhirnya berdiri, mengikuti langkah Zahra menuju mobil putih yang terparkir di depan mereka. Tunangan Zahra, pria matang berpenampilan rapi dengan kemeja biru yang digulung hingga siku, keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Zahra dengan sopan.

"Hai, maaf udah nunggu lama. Teman-teman Zahra, ya? Ayo, masuk." ucapnya ramah.

"Iya Mas.." jawab mereka kompak.

Di dalam mobil, suasana terasa nyaman. Zahra memperkenalkan tunangannya, Ares, sambil tersenyum hangat. "Mereka teman baru aku, Mas. Ada Hana, Yuna dan Dafa. Kita mau ngerjain tugas bareng di rumah."

Ares mengangguk sambil tetap fokus menyetir. "Bagus. Kalau ada yang kurang atau butuh apa-apa, bilang aja, sama Mas."

Melalui spion mobil, mata Ares tanpa sengaja bertemu dengan mata Hana. Ada sesuatu yang aneh—seperti deja vu—namun Ares tidak bisa mengingat dimana pernah bertemu dengan gadis itu. Tatapan mereka bertahan sejenak sebelum Hana mengalihkan pandangan, membuang muka ke luar jendela.

Perjalanan menuju rumah Zahra diisi dengan obrolan ringan. Seperti biasa, Dafa menjadi pusat kegaduhan kecil di dalam mobil.

"Ra, lo beruntung banget dapat tunangan model begini. Mukanya aja udah kayak aktor drama Korea versi lokal!" ujar Dafa dengan suara antusias, matanya berbinar-binar memandangi Ares yang fokus dengan jalanan.

Ares hanya tertawa kecil, tangannya tetap fokus di kemudi. Sementara Zahra melirik Dafa sambil menggeleng pelan. "Udah, Fa. Lo puji-puji Mas Ares terus, nanti kepalanya gede, tau."

"Tapi serius, Ra. Kalau gue jadi lo, tiap hari mungkin gue bakal senyum-senyum sendiri lihat tunangan lo."

"Yaudah, kenapa lo nggak cari cowok yang mirip Mas Ares aja?" balas Hana, sewot.

"Gue kan cowok, Hanhan."

"Tumben lurus, apa karena di depan cowok ganteng?"

"Ih..." Dafa yang malu, mencubit lengan Hana gemas, "lemes banget mulut lo tumben."

Saat mobil berhenti di depan rumah Zahra, Hana tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Rumah itu besar, berdiri megah dengan taman yang rapi dan asri. Pohon-pohon kecil berjajar di sepanjang jalan masuk, dan sebuah air mancur kecil menghiasi halaman depan.

"Wah rumah lo gedong banget, Ra." Puji Dafa takjub, sambil celingukan melihat-lihat sekitar.

"Rumah bokap gue, Fa."

"Ih, ya sama aja dong, Rara sayang. Mereka kan ortu lo."

"Iya deh serah lo, Fa. Ayok kita masuk." Zahra mempersilahkan teman-temannya masuk kedalam istananya yang megah.

"Eh, bentar gue terima telepon dulu ya." Hana ngacir meninggalkan teman-temannya dan mengangkat telepon dari mamanya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ares keluar dari mobil dan berjalan kearah rumah. Namun, matanya terus mencuri pandang ke arah Hana yang bertelepon di pinggir kolam.

Sambil mencoba mengingat, sebuah kilasan memori melintas di benaknya. Ekspresi Ares berubah, dan dengan langkah cepat, ia mengejar Hana. "Woi, bocil!" serunya tiba-tiba, mengagetkan Hana yang baru saja mematikan ponselnya.

"Elo!" Mata Hana membelalak saat mengenali pria itu. "Astaga! Lo tunangan Zahra?"

"Pantas aja muka lo familiar."

"Apa sih! Jangan sembarangan manggil gue bocil!" Hana mendengus, wajahnya memerah. Ia cepat-cepat melangkah menjauh, tapi Ares mengikuti dengan santai, tetap dengan ekspresi iseng.

"Gue kira lo masih anak sekolahan, Cil," ucap Ares sambil terkekeh.

Dug!

Tanpa pikir panjang, Hana menendang betis Ares. "Sembarangan lo! Gue sama Zahra seumuran tahu!"

Ares meringis, tapi bukannya marah, ia malah terkekeh lagi. "Mungkin kalian seumuran, tapi muka lo bocil banget. Jauh banget sama Zahra."

"Anying!" Hana sekali lagi menendang betis Ares, kali ini lebih keras. "Nggak jelas banget lo! Jauh-jauh dari gue, paham?"

"Dasar bocil!" Ares melayangkan ejekan terakhir sambil tersenyum lebar, memancing amarah Hana yang sudah di ujung tanduk.

"Diem nggak, mau gue aduin sama Zahra soal lo ke club?" Hana balas menantang dengan sorot mata tajam.

"Aduin aja," Ares terkekeh sambil melipat tangan di dada. "Lagian Zahra tahu kok."

"Hah???" Hana terpaku, matanya membulat sempurna. "Zahra tahu?!"

Sebelum Hana bisa melanjutkan protesnya, suara Zahra memotong dari arah pintu. "Mas Ares… Hana… Ayok cepetan masuk!"

Ares tersenyum tipis, melirik Hana yang masih terkejut. "Lihat? Gue nggak ada rahasia-rahasiaan sama tunangan gue."

Hana hanya mendengus sambil mengepalkan tangan, menahan diri agar tidak melayangkan pukulan ke Ares. Dengan berat hati, ia mengikuti Zahra masuk ke dalam rumah, sementara Ares berjalan di belakangnya dengan santai, jelas menikmati setiap momen kecil yang membuat Hana kesal.

Dafa yang melihat semuanya dari jauh hanya menggeleng sambil terkikik pelan. "Ih, vibes temen makan temen nih, pasti deh endingnya gitu." gumamnya, membuat Hana menoleh tajam ke arahnya.

"Bacot lo, Fa?!"

Bersambung...

1
Chalimah Kuchiki
semangat hana.. jangan jatuh cinta ke siapa2 dulu, fokus cari tau penyebab meninggalnya pacar kamu siapa
Mas Sigit
di tunggu up nya thor, klu bisa yg bnyk🤭💪💪💪
Chalimah Kuchiki
hana ingat jangan kegabah baper ke tunangan temen atau ke arion. kenali mereka baik2 dulu
Chalimah Kuchiki
sukaaaaa
Mas Sigit
wah ceritany bikin jantung jedag jedug serasa adrenalin
Chalimah Kuchiki
ah lanjutttt... jadi aku team pak intel atau bad boy nih 🤗
Mas Sigit
wkwkwkkkkk
Mas Sigit
ceritany sungguh bikin jantung q dug"ser krn penasaran sekaligus tegang krn takut hana kenapa"
November
lanjutewe
Devi Nur Fitri
Q mampir kak ....suka banget sama yg badhusband
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!