Lie seorang pria dari keluarga kelas menengah harus di usir dari sekte karena bakatnya yang buruk, tidak hanya itu, bahkan keluarganya pun dibantai oleh sebuah sekte besar, dia akhirnya hidup sebatang kara di sebuah desa terpencil. Tanpa sengaja Lie menemukan sebuah warisan dari leluhur keluarga, membuatnya tumbuh menjadi kuat dan mulai mencari siapa yang sudah membantai keluarganya,
akankah Lie berhasil membalaskan dendam keluarganya dan melindungi para orang-orang terdekatnya...
Cerita ini adalah fiksi semata, penuh dengan aksi dan peperangan, disertai tingkah konyol Mc
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mdlz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2 Warisan Keluarga Nugraha
Di dalam gua, Di dasar sungai
"Kemarilah Nak"
Lie yang masih diliputi rasa terkejut, kembali tambah terkejut ketika dia mendengar suara misterius dari kedalaman gua. Lie merasa penasaran sekaligus takut secara bersamaan, ia bingung dan bimbang untuk mengikuti perintah suara itu atau tidak.
Seolah paham jika Lie sedang dilanda keraguan dan kekhawatiran, suara misterius itu kembali berkata. "Jangan takut, Nak! Aku tidak akan menyakitimu."
Lie menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya. Setelah beberapa saat berpikir dan menyakinkan diri, Lie melangkah memasuki kedalaman gua dengan langkah mantap.
Dengan arahan dari suara misterius yang terus menggema, sampailah Lie disebuah aula kuno berukuran kecil. Di tengah aula, terdapat sosok Roh lelaki tua dengan pakaian yang sangat kuno.
Melayang sambil menatap Lie dengan datar. Aura yang keluar dari tubuhnya terkesan berwibawa dan Agung, Lie menyimpulkan bahwa suara misterius itu berasal dari lelaki tua di hadapannya ini.
"Sebutkan nama lengkap mu!" pinta lelaki tua itu dengan suara datar. Terselip sedikit harapan dalam nada bicaranya.
"Lie Ragil Nugraha...! Maaf kalau boleh tahu, kakek ini siapa?" tanya Lie dengan sopan dan hati-hati.
"Hahaha.... Bagus! Bagus! Lie, aku adalah leluhurmu, sekaligus leluhur Keluarga Nugraha kuno, namaku Cakra Nugraha." jawab Lelaki tua dengan tawa bahagia. Ia tampak senang dan bersemangat.
"Leluhur..?" ulang Lie, tercengang mendengar perkataan lelaki tua yang mengaku leluhurnya itu.
'Setelah menunggu ditempat ini selama ribuan tahun, akhirnya aku bertemu dengan keturunanku, hehe.' batin leluhur Cakra sembari tersenyum senang.
"Benarkah ucapanmu itu, Kek?" tanya Lie sedikit ragu-ragu.
"Tentu saja. Dulu, Keluarga Nugraha Kuno adalah salah satu Keluarga besar di Benua timur, bahkan merupakan keluarga nomer tiga di Dunia Elanor ini. Pada masa Puncak kejayaannya, Keluarga Nugraha pernah mendominasi hampir sepertiga Benua!
Haaa... Sayang sekali, seiring berjalannya waktu. Keluarga Nugraha semakin melemah, bahkan setiap generasi semakin memburuk serta kekuasaan dan kekuatan keluarga Nugraha menurun dan merosot. Hingga tiba saat ini, keluarga Nugraha benar-benar hancur dan musnah." imbuh leluhur Cakra sambil mendongak menatap langit-langit gua, seakan mengenang masa lalu.
Sedangkan Lie hanya menunduk dan merenung. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri. Keluarganya pernah menjadi keluarga besar di benua Timur? Mendominasi sepertiga Benua? Kenapa ayah dan kakeknya dulu tidak pernah menceritakan hal itu?
Setelah beberapa saat bergelut dengan pikirannya sendiri, Lie mendongak sekaligus menatap leluhurnya.
"Kalau begitu, kenapa leluhur memanggilku kemari?" tanya Lie penasaran.
"Aku ingin mewariskan kekuatan Keluarga Nugraha kepadamu. Aku berharap Keluarga Nugraha akan kembali berjaya dibawah kendalimu. Apakah kamu bersedia keturunanku?" ujar Leluhur Cakra Nugraha.
"Aku bersedia, Leluhur." jawab Lie yakin. Keluarga Nugraha adalah Keluarganya, tentu saja dia ingin memajukan dan membuat keluarganya kembali ke puncak dunia.
Walaupun saat ini dirinya hanya hidup sebatang kara, namun dimasa depan Lie pasti akan mempunyai pasangan dan keturunan, yang mana merekalah yang akan meneruskan keluarga Nugraha.
"Hmm." leluhur Cakra berdehem lalu mengangguk, melambaikan tangannya kemudian.
Seketika muncul sebuah benda bulat berwarna ungu kegelapan di telapak tangganya, lalu benda yang lebih mirip seperti bola itu melayang dan memasuki tubuh Lie melalui kedua pelipis.
Lie merasakan energi alam dalam skala besar memasuki tubuhnya dengan sangat cepat, lalu berubah menjadi Qi murni dan mengisi dantian miliknya.
"Ini adalah pusaka Keluarga Nugraha kuno, Mutiara Naga Kegelapan. Mutiara itu akan membantumu menyerap energi alam dengan cepat, memperkuat tubuh, otot, dan tulang, bahkan mungkin saja membantumu disaat-saat kritis." jelas leluhur Cakra.
"Ini....!" Lie yang terkejut seketika berubah menjadi senang dan bersemangat, saat mutiara naga kegelapan memasuki tubuhnya, itu mempercepat kenaikan kultivasinya.
Leluhur Cakra melambaikan tanganya kembali. Kemudian muncul Cahaya yang sama dengan Mutiara Naga Kegelapan, namun cahaya ungu kali ini terlihat lebih pekat.
Tak lama kemudian, cahaya ungu pekat itu kembali memasuki kepala Lie. Mengendap dan bermukim di dalam lautan pengetahuan Lie tanpa di perintah.
Seketika, Lie merasakan berbagai ingatan tentang jurus tingkat tinggi, keterampilan medis dan alkimia tingkat tinggi, mantra tingkat tinggi, serta beberapa informasi dan pengetahuan lainnya memasuki pikirannya.
"Aaaachhh....!"
Lie menjerit ketika kepalanya merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa. Rasa sakit seolah di hantam Godam besar, lalu di tusuk-tusuk dengan ribuan jarum, membuat Lie tak tahan dan pingsan di tempat.
*
Beberapa saat kemudian.
Lie tersadar dari pingsannya. Ia merasakan tubuhnya sangat kuat dan dipenuhi oleh energi yang sangat melimpah. Dengan sangat tebal dan melimpahnya energi alam di dalam gua, serta berkat bantuan dari Mutiara Naga Kegelapan.
Lie berhasil menerobos ke alam Qi sejati tahap Kelima!
"Leluhur, terimakasih banyak. Aku pasti akan berusaha mengembalikan kejayaan keluarga Nugraha ini." ucap Lie seraya membungkuk dan menangkupkan tangan di dada.
"Haha.... Bagus Cucuku, memang itulah yang aku harapkan. Dan satu lagi, ini adalah Tombak Kegelapan. Tombak ini akan mengikutimu menaklukkan dunia kultivator bersama dengan Mutiara Naga Kegelapan." ucap Leluhur Cakra sembari melemparkan sebuah tombak seukuran satu meter berwarna hitam kelam.
Lie menangkap Tombak yang dilemparkan padanya, menatap bentuk dari tombak yang sudah berada di tanganya. Di lihat dari bentuk fisiknya, tombak yang ada di tangan Lie terkesan biasa saja, tidak ada yang istimewa dari tombak itu.
"Terimakasih banyak, Leluhur atas semua warisan ini, kalau begitu aku mohon undur diri." ujar Lie sambil membungkuk dan hendak pergi dari aula.
"Tunggu dulu, Nak." suara leluhur Cakra menghentikan langkah Lie.
"Ada apa Leluhur?" Lie kembali bertanya dan mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Kalo kamu mengalami kesulitan di sekitar ibukota kerajaan, cari dan Mintalah bantuan pada keluarga Prakasa. katakan saja kamu adalah keturunan Cakra Nugraha." pesan leluhur Cakra, lalu terdiam sejenak.
"Ini adalah token keluarga Nugraha kuno, tunjukkan kepada anggota inti keluarga Prakasa." ucap Leluhur Cakra sambil melemparkan sebuah token yang tertancap pada pedang kecil di atasnya dan seekor naga emas melilit Token tersebut.
"Yang terakhir, ini cincin penyimpananku, di dalamnya terdapat koin emas, berbagai senjata langka, herbal langka dan lainnya. pergunakan sebaik-baiknya." ucap leluhur Cakra sembari menyerahkan sebuah cincin kepada Lie.
"Terima kasih leluhur, kalau begitu Izinkan aku pamit. Temanku masih menunggu di atas!" ucap Lie sambil membungkuk Seraya hormat.
"Pergilah dan guncang dunia ini, tunjukkan jika keluarga Nugraha kuno masih ada." mengucapkan itu Roh leluhur cahaya perlahan memudar, lalu hilang bak ditelan angin.
***
Sementara itu, Mayang yang masih menunggu di atas tebing sungai sangatlah cemas, ia mulai berpikir yang tidak-tidak. karena sudah hampir satu jam lamanya Pemuda pujaannya tenggelam dan tak kunjung muncul, namun saat ini...
Byur...!
Sesosok tubuh muncul di permukaan sungai. Lie melihat ke sekeliling dan menemukan Mayang sedang menatapnya antara cemas dan bahagia namun....
"Lieeeee...!" teriak Mayang kesal dengan wajah yang memerah sambil menggembungkan kedua pipinya. Ia memungut beberapa kerikil kecil dan melemparkannya pada Lie.
"Aduh... Aduh, kamu kenapa Mayang?" tanya Lie, kemudian bergegas berenang menuju tepi sungai sembari menghindari lemparan sahabatnya itu.
Ketika Lie naik dari sungai, Mayang hanya meliriknya sekilas, kemudian meninggalkan begitu saja menuju rumah kayu.
"Hei! Mayang! Tunggu aku!" Teriak Lie seraya melambaikan tangan, dan mengejar Mayang yang berjalan lebih dulu.
"Kenapa dia marah? Apa mungkin karena aku terlalu lama saat berada didalam gua?" gumam Lie, seraya terus berjalan mengikuti sahabatnya.
*
Siang hari, di meja makan.
Lie dan Mayang telah selesai menyantap ikan hasil tangkapannya tadi pagi. Kemudian Mayang segera berbalik dan berjalan kembali ke rumahnya, dia kembali tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Apa kamu marah?" tanya Lie sedikit berteriak menghentikan laju Mayang. Lalu Lie mengambil sesuatu dari cincin penyimpanan pemberian leluhurnya.
Bergegas Lie mengejar Mayang dan menghadang jalannya seraya berkata. "Mayang, apa kamu marah gara-gara tadi aku terlalu lama menyelam? Maafkan aku jika itu membuatmu risau, tapi..."
Lie sedikit ragu-ragu untuk menceritakan apa yang terjadi, biar bagaimana hal seperti ini pasti akan sulit dicerna oleh Mayang, yang notabene tidak terlalu menyukai kultivasi.
Akhirnya dengan sedikit berbohong Lie menceritakan sedikit dengan apa yang sudah dia alami saat menyelam, namun banyak yang dia tutupi, terutama dengan kekuatannya saat ini dan Tombak Kegelapan.
"Hmmmm.... Pokoknya kamu salah!" ucap Mayang dengan tatapan galak.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau besok aku traktir kamu malam di restoran?" bujuk Lie pada sahabatnya.
"Kamu serius? Apa kamu punya koin perak untuk mentraktirku?" tanya Mayang memastikan.
"Kamu tenang saja, apa ini cukup?" jawab Lie seraya menunjukan beberapa koin emas pada Mayang.
"Ko-koin emas! In-ini koin emas asli!" seru Mayang tergagap, namun ada rasa girang pada wajahnya.
"jujurlah, darimana kamu mendapatkan Koin emas ini?" tanya Mayang dengan tatapan tajam, bak ibu kost yang sedang menagih pembayaran.
"Sudah kubilang aku menemukan gua di dasar sungai, dan menemukan beberapa koin emas ini." jawab Lie sedikit berbohong, karena hanya itulah yang bisa dia katakan untuk menyakinkan Mayang.
***
Beberapa saat kemudian.
"Energi alam di daratan ini jauh lebih sedikit dibandingkan di dalam gua dasar sungai tadi." gumam Lie, saat melakukan latihan di dalam kamarnya.
Karena energi alam yang sedikit, proses penerobosan pun menjadi sangat lambat. Namun berkat Mutiara Naga Kegelapan yang membantu menyerap energi alam secara gila-gilaan, Lie berhasil kembali menerobos ke alam Qi sejati tahap Keenam, setelah berusaha keras sepanjang hari.