Kabar Jerri kembali terdengar sampai ketelinga Zahira,mereka pernah berteman namun harus terpisah oleh jarak dan keyakinan,kabarnya Jerri sudah mualaf saat ini.
Apa ada kemungkinan mereka bertemu lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Pagi saat sarapan Jerri menunggu Mama keluar sebelum berangkat kekantor,Jerri masuk lagi kedalam kamarnya memastikan Zahira sudah bangun,namun saat dilihat Zahira masih meringkuk dibawah selimut.
"Ra,kamu gak bangun?"tanya Jerri
"Aku lelah Mas."kata Zahira dengan suara serak
"Aku panggil dokter ya?"tanya Jerri
Zahira mengangguk mendengar Jerri memanggil dokter,dia kembali menarik selimut yang sempat ditarik oleh Jerri.
Mama memanggil Jerri namun ternyata Jerri tidak ada diruang makan.
"Mana anak Papa?"tanya Mama
"Barusan menunggumu,tapi masuk lagi."jawab Papa
"Kenapa?"tanya Mama
Jerri keluar karena ingin membuatkan Zahira minuman hangat,namun sebelumnya Jerri mendekati Mama dan membisikkan sesuatu.
"Mama darimana dapat ide gila semalam?"tanya Jerri
"Apaan?"tanya Mama
"Minuman yang Mama kasih Zahira membuatnya gelisah."jawab Jerri
"Terus?"tanya Mama
"Ya gak bisa tidurlah."jawab Jerri
Jerri beranjak karena mendengar klakson dari luar,dia menyambut temannya yang berprofesi sebagai seorang dokter.
"Pagi Win."sapa Jerri
"Pagi,bagaimana kabarmu?"tanya Arwin
"Seperti yang kamu lihat."jawab Jerri
Jerri mengajak Arwin masuk kedalam kamarnya,dia meminta kepada Zahira untuk bangun dan sedikit bersandar karena Arwin harus memeriksanya.
Mama yang melihat Arwin juga langsung ikut masuk kedalam kamar Jerri,Mama melihat Zahira terbaring lemah.
"Zahira kenapa?"tanya Mama
"Semua bagus kok,hanya butuh istirahat lebih,dan..."Arwin belum bisa memastikan
"Apa?"tanya Jerri santai
"Mungkin setelah cek urin baru akan tahu hasil pastinya."jawab Arwin
"Bilang saja Zahira hamil gitu aja kok pakai muter-muter."kata Mama
Arwin tersenyum melihat Mama Jerri sangat antusias, Arwin mendengar kabar kalau Jerri akan menikah dengan Aira,gadis pilihan Mamanya tapi kini nama istrinya Zahira.
"Perkiraan Tante benar,hanya saja butuh kepastian."kata Arwin
Didalam kamar mandi Zahira menunggu dengan cemas,ada perasaan takut jika nanti hasilnya mengecewakan,bisa-bisa Mama akan menuntut Jerri untuk kembali menikahi Aira.
Jerri masuk karena tidak sabar ingin melihat hasilnya,dia melihat Zahira termenung duduk diatas kloset dan menghampirinya,sepertinya Zahira belum melihat hasilnya.Jerri meraih test peck dan melihatnya,bibirnya tersenyum,dia membuang tes peck kedalam tempat sampah karena sudah tidak membutuhkannya.
"Kenapa kamu malah melamun?"tanya Jerri
"Aku takut melihat hasilnya."jawab Zahira
"Sudah,jangan sedih nanti baby yang dalam perut kamu ikut sedih."kata Jerri
"Apa?"tanya Zahira
"Iya,kamu hamil."kata Jerri
Zahira hanya menangis dia memeluk erat Jerri yang jongkok didepannya,Mama yang sangat tidak sabar membuka pintu,dia masuk dan melihat tes peck sudah dibuang didalam tempat sampah,Mama memungutnya dan melihatnya,tawanya riang saat melihat dua garis.
"Aaaaaa,Jerri kamu memang hebat."kata Mama
"Apaan sih Ma,nanti aku bikin lebih banyak cucu buat Mama."kata Jerri mendorong tubuh Mama untuk keluar.
"Ah,apa sih kamu dorong Mama.Mama mau ngajak Zahira makan."kata Mama
"Ayo Ma."kata Zahira setelah menghapus air matanya,menggandeng tangan Mama keluar dari kamar
Saat mereka sedang menikmati sarapan yang tertunda,terdengar suara seseorang memanggil dari luar,karena melihat Jerri masih makan akhirnya Mama berdiri.
"Kalian lanjutkan biar Mama yang buka pintu."kata Mama
Lintang berjalan keluar rumah menuju pagar,diluar terlihat Aira tersenyum kepadanya,Aira langsung menangis memeluk Lintang.
Martin baru saja mendapat kabar jika Aira berhasil kabur,dia langsung menghubungi Jerri,meski terlihat tenang Jerri sudah tahu dari semalam jika Aira kabur,dia menumpang kapal milik nelayan.
Jerri yakin jika tamu yang datang adalah Aira,dia akan berusaha membuat Mama berpihak kembali kepadanya,Jerri memainkan sendok dan garpu hingga menghasilkan suara berdenting,hanya dalam hitungan kelima Aira masuk dan memaki Jerri.
"Jerri,kamu tega sekali melakukan semua kepadaku."kata Aira
"Apa benar itu Jerri?"tanya Mama
Jerri meletakan sendok dan garpu dengan tetap memandang kearah Zahira,seakan minta bantuan namun Zahira hanya menggeleng sementara Papa sudah beranjak meninggalkan meja makan.
Zahira menikmati suapan terakhir dia paham maksud Jerri,saat makanan mulai masuk dia merasa harus kekamar kecil,dengan menahan mulutnya Zahira berlari meninggalkan meja makan.
"Huuueeeeekkkk."Zahira berusaha memuntahkan sisa makanan yang masih menyangkut,Jerri tersenyum beranjak dari duduknya menyusul Zahira masuk kedalam kamar.
"Sayang,kamu gak papa?"tanya Jerri
"Gak papa.Bagaimana?Apa sangat menyenangkan?"tanya Zahira
"Makasih."jawab Jerri
Zahira membasuh wajah dengan air lalu keluar disusul Jerri,meski wajah Jerri tersenyum namun tidak dengan Zahira,kali ini dia merasa Mama akan kembali berpihak kepada Aira,bahkan akan mendukungnya.
Raisa mengaplikasikan bedak dan lipgloss,mengganti hijab dan baju karena memutuskan untuk kekantor siang ini.
"Kamu mau kemana?"tanya Jerri
"Aku suntuk dirumah."jawab Zahira
"Kamu mau kemana?"tanya Jerri lagi
"Aku hanya ingin kekantor siang ini."jawab Zahira
Jerri meraih tas dan jas miliknya dia berjalan mengikuti Zahira,benar kata Zahira lebih baik meninggalkan rumah jika dirumah sudah tidak merasa damai.
Mama langsung berdiri melihat Jerri berjalan mengikuti Zahira,dia harus segera bicara dengan anak tunggalnya.
"Jerri Mama mau bicara."kata Mama
"Maaf Ma,jika masih tentang dia lebih baik Jerri kekantor."kata Jerri
"Jangan kembali saat kamu melangkah keluar."kata Mama mengancam
"Pergilah Jerri,Papa akan menyusul kekantor."kata Papa
"Ok Pa."kata Jerri
Aira merasa tidak diperhatikan oleh Jerri,namun tidak begitu dengan Lintang,siang ini Lintang mengajak Aira belanja dan makan.Aira masih belum bisa menghilangkan sifat serakahnya,seperti tanpa sadar Aira mengambil sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Lintang hanya bengong melihat cara Aira,dia ingin melarang namun rasa sayangnya sudah dalam,apalagi Jerri sudah membuatnya menderita.
Lintang mengeluarkan kartu kreditnya,dia menyerahkan kepada kasir,beberapa kali dicoba namun ditolak.
"Apa Ibu memiliki kartu lain?"tanya Kasir
"Ini."kata Lintang menyerahkan kembali kartu kredit lain
"Maaf,tidak bisa."kata Kasir
Lintang mengeluarkan ponsel dan menghubungi Jerri,namun Jerri mereject panggilannya bahkan Papa juga melakukan hal yang sama.
"Apa Papa juga memblokir kartu kredit Mama?"tanya Jerri
"Iya."jawab Papa
"Papa gak takut diamuk sama Mama?"tanya Jerri
"Kalau ngamuknya bela anak atau menantu Papa gak marah,ini siapa yang dibela."jawab Papa
Papa memutuskan untuk menginap diapartemen,hanya ingin Lintang belajar memahami arti mencintai,ponsel Papa juga tidak aktif bahkan Jerri sendiri memilih pulang kerumah mertuanya.
Zahira meminta kepada Jerri untuk berhenti disebuah tempat dimana mereka sering nongkrong bersama dengan teman-teman saat kuliah.
"Mereka sekarang dimana ya?"tanya Jerri