Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Jovan menghubungi papanya di negara P. Panggilan pertama langsung di jawab oleh Farhan.
"Pa, mama kecelakaan," ucap Jovan dengan nada panik. Hingga Jovan tidak lagi mengucapkan salam ataupun halo.
"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Farhan yang juga ikut panik mendengar wanita kesayangannya kecelakaan.
"Aku tidak bisa jelaskan, papa cepat pulang." Jovan pun menutup teleponnya sebelum sempat Farhan berkata lagi.
Farhan langsung pulang ke Indonesia detik ini juga. Dan di perkirakan malam hari baru ia tiba di Indonesia.
Jovan kembali duduk di samping Seruni. Jovan meneteskan air matanya. Seruni hanya bisa melihat tanpa bisa menghapus air mata Jovan.
"Maafkan aku, semua terjadi karena tante ingin melindungi ku, harusnya aku yang ...."
Jovan segera meletakkan telunjuknya ke bibir Seruni sambil menggeleng. Jovan tidak menyalahkan siapa-siapa. Yang salah orang itu yang sudah berbuat jahat.
"Jangan merasa bersalah, mama melindungi mu karena mama tidak ingin kamu yang celaka. Aku akan cari pelakunya sampai dapat," ujar Jovan.
Tidak berapa lama dokter yang memeriksa Saskia pun keluar. Karena Saskia kehilangan banyak darah, jadi perlukan darah.
"Bagaimana dengan mama saya Dok?" tanya Jovan.
"Pasien kehilangan banyak darah sementara stok darah golongan AB+ tidak tersedia, ada yang memiliki golongan darah yang sama?" tanya dokter.
Mereka semua menggeleng, karena mereka tidak ada yang memiliki golongan darah AB+. Bahkan Jovan sendiri pun tidak memiliki golongan darah yang sama dengan mamanya.
"Saya golongan darah O+ Dok, saya bisa mendonorkan darah ke pasien," kata Seruni.
"Baiklah, tapi kita periksa dulu kesehatannya," ujar dokter.
"Kamu yakin?" tanya Jovan memegang pundak Seruni.
"Nyawa tante lebih penting," jawab Seruni dengan yakin. Kemudian Jovan pun memeluk Seruni sebagai pelampiasan rasa bahagianya.
"Terima kasih," ucap Jovan. Tanpa sadar Jovan mengecup kening Seruni. Seruni terdiam mematung, hingga perawat datang menyadarkan nya.
Seruni di bawa ke sebuah ruangan untuk di periksa. Ternyata semuanya sehat dan tidak ada penyakit apapun.
Akhirnya dokter pun mengambil darah Seruni yang tergolong langka itu. Setelah merasa cukup, Seruni pun di minta untuk beristirahat.
Jovan membawa Seruni ke ruang perawatan untuk istirahat. Ruang VVIP tentunya yang sudah di sewa sebelumnya.
"Istirahatlah, aku akan beli makan bernutrisi untukmu," kata Jovan. Jovan meminta Warna untuk menemani Seruni.
"Mbak, apa sudah menelepon ibu?" Seruni.
"Astaghfirullah Dek, mbak lupa." Warna menepuk keningnya pelan. Kemudian dia menelepon Sari dan mengatakan jika mereka di rumah sakit.
Mendengar hal itu, Sari seketika panik. Lalu memanggil taksi online, kemudian mengajak Inem untuk ikut.
Seruni terlihat pucat setelah mendonorkan darahnya. Kemudian perawat memberinya minuman susu.
"Bagaimana dengan keadaan pasien, sus?" tanya Seruni.
"Masih sedang di tangani," jawab suster.
Setelah memberikan susu untuk Seruni, perawat itupun keluar. Tidak berapa lama Jovan pun masuk dengan membawa makanan.
"Makan dulu, kamu harus cepat pulih," kata Jovan.
Jovan pun menyuapi Seruni, baru beberapa suapan, Aldi datang dan langsung masuk tanpa mengetuk pintu.
"Tuan, ini rekaman cctv yang saya dapatkan," kata Aldi.
Jovan pun melihat rekaman cctv tersebut. Dan kejadiannya persis dengan yang di ceritakan oleh Seruni.
"Cari orang ini sampai dapat, jangan dulu di bawa ke kantor polisi, biar aku yang mengintrogasi nya sendiri," kata Jovan.
"Baik Tuan!" Aldi pun segera keluar untuk melakukan tugasnya.
"Apa yang akan Mas lakukan?" tanya Seruni.
"Tidak, cuma ingin mencari pelaku utamanya. Karena aku yakin mereka pasti di bayar," jawab Jovan.
Jovan kembali menyuapi Seruni. Warna senyum-senyum di sofa melihat mereka. Warna tidak iri, karena dia yakin jika mereka memang sudah di takdir kan untuk bersama.
Setelah selesai makan, Jovan melarang Seruni untuk langsung berbaring, biarkan makanan nya tercerna dengan baik.
Seruni mengangguk saja, jujur dia merasa terharu di perlakukan seperti itu. Namun Seruni tidak berharap lebih, karena dia sadar siapa dirinya.
Namun jika ada yang mencintainya dengan tulus, kenapa tidak? Tentu saja akan dia terima dengan tulus juga.
Satu jam kemudian, Sari dan Inem pun datang. Sementara Kosim masih dalam perjalanan pulang dari Surabaya.
Sari mengabarkan kepada suaminya jika Seruni masuk rumah sakit. Kosim pun segera pulang dengan menggunakan pesawat agar lebih cepat.
"Bagaimana keadaanmu Nak?" tanya Sari khawatir.
"Aku tidak apa-apa Bu, tapi tante Saskia yang terluka," jawab Seruni.
Belum sempat Sari ingin bicara, dua orang perawat dan satu orang dokter pun masuk dengan mendorong brankar rumah sakit.
"Pasien masih belum sadar, tunggu satu atau dua jam lagi baru akan sadar," kata dokter.
"Terima kasih Dok," ucap Jovan. Dokter pun mengangguk kemudian pamit.
Jovan menghampiri Saskia dan memegang tangannya kemudian mencium tangan mamanya.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Sari.
Seruni pun menceritakan kejadian di parkiran mall. Sari hanya menghela nafas panjang, karena di mana-mana selalu saja ada orang jahat.
"Bu, jangan beritahu bapak ya? Aku takut bapak khawatir," ujar Seruni.
"Bapakmu sedang dalam perjalanan pulang, ibu sudah beritahu jika kamu masuk ke rumah sakit," jawab Sari.
Seruni terdiam, tadinya dia tidak ingin memberitahu Kosim. Karena sudah pasti Kosim akan sangat mengkhawatirkan nya.
Sari pun meminta Seruni untuk beristirahat. Jovan mendekati Seruni dan membaringkannya. Sementara Sari mendekati Saskia.
Mereka sengaja di tempatkan di ruangan yang sama, agar bisa dengan mudah memantau keduanya.
"Tidurlah, kamu pasti lemah, kan?" tanya Jovan. Seruni mengangguk. Jovan menjaga Seruni di sampingnya.
Ponsel Jovan berdering, Jovan segera menjauh agar tidak menggangu Seruni yang sedang tertidur.
"Tuan, pelakunya sudah tertangkap."
"Baik, aku akan segera ke sana." Jovan langsung menutup teleponnya. Kemudian berpamitan kepada Sari dan mengatakan ada urusan.
Sari yang tidak tahu pun mengiyakan saja. Jovan segera keluar dan berlari kecil menuju parkiran.
Setelah masuk ke dalam mobil, Jovan melajukan mobilnya setelah keluar dari parkiran rumah sakit.
Jovan ke perusahaannya, karena di sana ada sebuah ruangan rahasia yang tidak di ketahui banyak orang, termasuk karyawan dan karyawati nya sendiri.
Jovan sudah tidak sabar ingin mengintrogasi kedua pelaku. Jika benar terbukti Anita yang melakukannya, maka Jovan akan mengambil tindakan tegas.
Jovan tidak akan pandang siapapun lagi, walau pun Sekar dan Ridwan teman baik kedua orangtuanya.
Jovan tiba di perusahaan, ia menggunakan jalan lain untuk masuk ke ruangan itu. Pintu gerbang menuju ruangan itu terbuka otomatis saat mobil Jovan ingin masuk.
Kemudian tertutup secara otomatis juga setelah Jovan masuk. Jovan langsung menemui Aldi di ruangan itu.
"Apa mereka sudah mengaku?" tanya Jovan.
"Belum Tuan, mereka tidak mau mengatakan siapa yang menyuruh mereka?" jawab Aldi.
Kedua pria itu sudah terikat di kursi. Beruntung Aldi cekatan dalam bertugas, jadi ia bisa dengan cepat menemukan pelakunya.
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/
yg cuma buat malu 😀😀😀
kehendak Tuhan, jngan kau i gkari, yg pasti ny kau yg akan hancur sekar/ridwan 😁😁😁