Digo Melviano, seorang CEO tampan yang merasakan pertentangan dihidupnya.
Disatu sisi ia memiliki istri yang nyaris sempurna. Namun itu saja tidak cukup, orang tua Digo selalu mendesak mereka agar cepat memiliki momongan sebagai penerus tahta keluarga Melviano. Namun Kiara, istri Digo nampaknya acuh terhadap keinginan itu.
Hingga datanglah seorang wanita cantik dihidup Digo, yang membuat pria itu merasa tertarik padanya.
Digo meminta Renata Anastasya untuk menjadi istri keduanya, dan memiliki keturunan dari rahimnya.
Renata adalah artis sebuah majalah dewasa yang saat itu tengah menjalani kerja sama dengan perusahaan Melviano group.
Renata memiliki pemikiran yang cukup terbuka, hingga membuatnya berani mengambil keputusan untuk menjadi istri kedua Digo.
.. Happy Reading ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Cucu Menantu Keluarga Melviano
Kini mereka menikmati makanan malam sambil mengobrol ringan.
"Bagaimana Renata, apa kamu suka makanannya?" tanya Oma Carla.
"Iya Oma, ini sungguh enak. Apakah Oma sendiri yang membuatnya?" tanya Renata.
"Oma sudah tua, tidak mungkin bisa untuk menyiapkan makanan sebanyak ini. Ini semua di masak oleh para pelayan rumah, mereka sudah lama berkerja dengan Oma. Jadi masakan mereka sudah dipastikan lolos uji dari lidah Oma dulu tentunya." ucap Oma Carla sambil terkekeh membuat Renata ikut juga.
"Tapi Oma, masakan Renata juga tidak kalah enak dari ini. Istriku ini sangat pandai dalam memasak." puji Digo.
"Benarkah? ternyata kamu bisa memasak?" tanya Oma Carla.
"Sedikit Oma. Aku juga masih belajar." jawab Renata sungkan.
"Oh, kalau begitu bagaimana jika kapan-kapan kamu memasak untuk Oma. Oma sungguh ingin mencicipi masakan buatanmu itu." ujar Oma Carla antusias.
"Boleh Oma, mungkin jika nanti aku ada waktu senggang, aku akan datang ke rumah Oma." jawab Renata tidak kalah antusiasnya.
"Oma senang sekali jika kamu datang kemari. Oma jadi tidak kesepian lagi." ujar Oma Carla.
"Aku senang Ren, kalau kamu mau menemani Oma." timpal Digo.
"Tentu mas, Oma orang yang sangat baik. Aku pasti akan senang jika bisa menemani Oma." ujar Renata.
"Kamu juga wanita yang baik sayang, Oma bisa merasakan itu." puji Oma Carla.
"Terimakasih Oma, sudah mau menerimaku dengan baik." ucap Renata.
Oma Carla tersenyum sambil menghela nafas. "Oma hanya mendukung apa yang menjadi pilihan Digo. Tapi tidak berarti jika Oma membenarkan cara kalian. Harusnya kalian jujur sejak awal, dan jangan buru-buru mengambil keputusan sendiri seperti ini." ucapannya.
Mereka berdua sama-sama terdiam. "Ah, sudahlah.. Ngomong-ngomong kamu tinggal di mana Renata?" tanya Oma Carla lalu.
"Aku tinggal di apartemen Oma, mas Digo sendiri yang membelikannya untukku setelah kami menikah." jawab Renata apa adanya.
"Oh, jadi kalian sudah punya sarang sendiri rupanya." ucap Oma Carla yang membuat mereka semua terkekeh.
Makan malam telah selesai, kini mereka tengah duduk di kursi ruang tengah.
"Renata, sebenarnya selain makanan malam, ada yang ingin Oma tunjukkan padamu." ujar Oma Carla.
Renata mengerutkan alisnya. "Apa itu Oma?" tanyanya lalu.
"Sebentar, akan Oma ambil." Oma Carla memanggil salah satu orang kepercayaannya untuk membawa sesuatu yang Oma Carla maksud.
Sebuah kotak kecil berwarna hitam Oma Carla ambil dan membukanya tepat di depan Renata.
"Ini adalah gelang pemberian ibu Oma dulu yang sudah menjadi turun temurun. Tapi tidak semua orang yang akan menjadi anggota keluarga Melviano akan mendapatkannya. Hanya orang-orang tertentu saja, yang kita rasa memang pantas memakainya. Dan Oma mau memberikan ini padamu. Pakailah, Oma rasa kamu adalah orang yang tepat." ucap Oma Carla panjang lebar.
"Tapi Oma, aku tidak merasa cukup pantas untuk menerimanya." tolak Renata halus.
"Kamu sangat pantas Ren, Oma pasti punya alasan untuk memilihmu. Dan aku juga akan sangat senang jika kamu mau memakainya untukku." timpal Digo.
"Tapi mas..." ucap Renata ragu.
"Oma sudah memilihmu, apa kamu akan mengecewakan Oma?" tanya Oma Carla yang membuat Renata tidak bisa lagi menolaknya.
"Baiklah Oma, aku terima." ucap Renata. Oma Carla langsung memakaikannya dipergelangan tangan Renata.
"Pas sekali, gelang itu sangat cantik ditanganmu." puji Oma Carla.
"Terimakasih banyak Oma." Renata langsung memeluk tubuh Oma Carla. Ia merasa sangat senang karena akhirnya ada yang mau menerima hubungan mereka berdua.
"Sama-sama sayang, sekarang kamu sudah Oma anggap sah menjadi cucu menantu dari keluarga Melviano." ucap Oma Carla.
Waktu bergulir, kini sudah jam sembilan malam. Digo dan Renata pun pamit pada Oma Carla untuk pulang. Digo mengantarkan Renata untuk pulang ke apartemennya malam ini.
🌰
🌰
🌰
Beberapa hari semenjak kejadian malam itu, Hariz tidak lagi pernah menghubungi Kinara. Ia tidak ingin mengusik rumah tangga Kinara dan Digo.
Bagi Hariz, apa yang ia lihat malam itu sudah sangat cukup untuk membuat pria itu tau diri dan memutuskan untuk mundur.
Mungkin Kinara memang bukanlah untuknya, dan secepatnya Hariz juga akan pergi meninggalkan kota itu, ia tidak mau lagi terus membaya-mbayangi Kinara dengan masa lalu mereka. Hariz rasa Kinara berhak bahagia bersama Digo.
Drrt!
Drrt!
Ponsel Hariz bergetar, sebuah panggilan masuk dari seseorang yang tidak lain adalah Friska, adik kandung Hariz.
"Halo?"
(Halo kak, apa kabar?)
"Baik, kamu sendiri bagaimana?"
("Ya, aku juga baik-baik saja.")
"Hmm... Ada apa, tumben sekali kamu menelfon Kaka, semua baik-baik saja bukan?"
("Aku baik, tapi restoran kita saat ini sangat membutuhkan Kaka.")
"Kenapa? Semua masih aman bukan?
("Tidak! Akhir-akhir ini restoran kita mulai agak sedikit sepi. Aku juga sudah mencoba beberapa cara untuk menarik perhatian pelanggan, tapi tetap saja itu semua terasa sia-sia. Kak, apa kita harus merelakan restoran kita untuk gulung tikar?")
"Jangan gegabah dulu, semua pasti ada solusinya. Kaka janji akan secepatnya pulang setelah pekerjaan Kaka disini selesai."
("Benar ya... Aku harap Kaka bisa secepatnya kesini")
"Ya, Kaka akan usahakan secepatnya. Kamu jaga dirimu baik-baik disana."
"Hmmz.. Baiklah."
Tut!
Hariz tidak bisa membiarkan restorannya tutup begitu saja. Restoran yang saat ini Friska pegang adalah salah satu restoran milik keluarganya yang sudah beroperasi sekitar delapan tahun lamanya.
Hariz mengerti, Friska masih terlalu muda untuk memegang restoran itu sendiri. Untuk itu Hariz memutuskan agar mempercepat pekerjaannya di kota ini, agar bisa kembali ke kota 'B' untuk mengelola kembali restorannya.
Lagipula tidak ada lagi yang bisa diharapkan dikota ini. Itu akan membuat langkah Hariz semakin ringan untuk pergi.
/Heart/