NovelToon NovelToon
NusaNTara: Sunda Kelapa

NusaNTara: Sunda Kelapa

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Spiritual / Evolusi dan Mutasi / Slice of Life
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jonda

Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.

"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendapat Pasangan

Tara berjalan ke arah Nusa. Dia agak kesusahan untuk berjalan, karena jalanan yang berbatu dan tanah pinggir sungai yang agak lembek. Akhirnya dia sampai di tempat Nusa.

"Lain kali kau sendiri yang pegang kendalinya. Kan kamu yang butuh kerbau ini." kata Nusa.

"Iya, iya. Lain kali biar aku yang pegang sendiri, kalau kau tidak mau." sarkas Tara.

"Lah, malah ngambek. Nih, benda yang kau cari." Nusa menyerahkan benda temuannya dan lanjut mengayam.

"Padahal kau punya penglihatan tajam. Masak mencari benda yang jauhnya tidak sampai 100 meter tidak kelihatan." lanjut Nusa.

Penanda itu adalah kutang berwarna ungu. Kutang itu cukup besar dan kondisinya masih bagus. Tara menjadikan nya penanda tempat dia memasang pasak perangkapnya.

"Hei...kenapa kau menandai pakai kutang? Dan...dimana kau mencurinya?" tanya Nusa heran dengan perilaku temannya.

"Apa? Kau juga mau mencurinya?" kata Tara sambil merampas kutang itu. Dia terdiam sejenak, sadar akan apa yang diucapkannya.

"Ja..jangan asal menuduh kamu. Aku tidak mencurinya." lanjut Tara menyanggah.

"A..aku mendapatkannya ditanah. Sebuah batu yang menjatuhkannya." kata Tara lirih.

Dia mengalihkan pandangannya dan membuat raut wajah aneh karena mencoba berbohong.

Nusa melihat tingkah aneh temannya. Dia menyadari kalau temannya berbohong.

"Tidak mungkin kamu mendapatkannya ditanah. Tuh, lihat. (menunjuk)Ada namanya " Tari ". Kau pasti mengambil dari jemuran mbak Tari, kan?" seru Nusa tidak mempercayai omongan temannya.

Tara spontan menyembunyikan kutang itu disebalik tubuhnya. Dia menjadi panik ketika kebohongannya tidak mempan ke Nusa.

"Te..terserah kalau kau tidak percaya. Yang penting aku dapat kutangnya." kata Tara.

"Aaahhh, wangi janda." Tara mengendus kutang itu seperti orang mesum.

**Kejadiannya.

Tara sedang menunggangi kerbaunya lewat depan rumah mbak Tari sepulang berbelanja sayur. Dia melihat jemuran yang tergantung di balkon samping rumah pohon yang terbangun dari pohon beringin, yang berada tiga meter dari tanah.

"Eh, apa itu?" kata Tara.

Dia melihat ada barisan kutang menggantung di salah satu tali jemuran. Kutang itu tersembunyi di antara pakaian lain. Hembusan angin membuatnya terlihat sedikit. Karena mata Tara tajam, dia bisa mengetahuinya walau dari celah kecil. Dia tergoda dan memikirkan sebuah rencana.

"Hehehehe."

Tara tersenyum jahat karena mendapatkan ide yang nyeleneh.

"Oh iya. Kita lupa membeli cabai merah [padahal sudah]. Ayo kita kembali Barkeo. Mumpung belum jauh." kata Tara. Mereka pun putar balik.

Ketika hampir melewati rumah mbak Tari, Tara berhenti.

"Oh iya. Di dekat kandang ayam kan masih banyak [baru satu Minggu ditanam]. Kita pulang saja Barkeo. Kasihan Mama. Pasti sudah menunggu." kata Tara. Mereka pun putar balik lagi.

Ketika Tara sudah mendapatkan posisi yang tepat, dia segera memasukkan batu ke kain ketapelnya. Dia memposisikan ketapelnya di depan perutnya agar tidak terlihat. Dia menunggu hembusan angin melambaikan pakaian. Setelah celah terbuka dia pun melepaskan tembakan sambil tetap berjalan dan mengenai kutang berwarna ungu. Kutang itu terhempas menuju ke ladang jagung di sebelahnya.

"Yes. Mantap. Dapat warna ungu." seru Tara dalam hati. Dia sangat gembira mendapat warna favoritnya.

Tara bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Ketika Tara tiba di ladang jagung, dia langsung memberhentikan kerbau dan berjalan tertatih-tatih menuju tempat jatuhnya kutang. Tak lama mencari, dia mendapatkan kutang jarahannya. Dia tersenyum mesum sambil mengeluarkan air liur.

[Dasar bujang]

**Kembali ke masa sekarang.

"Kau memang orang sinting. Kenapa kau tidak menikahinya saja? Kau akan mendapatkan wadah sekaligus isinya." ejek Nusa merasa jijik dengan tingkah temannya.

Mendengar ucapan temannya, Tara tiba-tiba memandang tajam ke arah Nusa yang masih ada di atas badak. Lalu Tara menjulurkan tangannya, memegang lututnya Nusa.

"Kawan, janda memang menggoda. Tapi untuk mendapatkannya, kita perlu melewati berbagai rintangan. Salah duanya restu ibu dan....restu Nusa." kata Tara menggoda Nusa.

Nusa tersipu malu mendengar ucapan Tara. Tara tau kalau dia juga suka mbak Tari. Tapi dia berusaha menyembunyikannya. Dia takut nanti mereka akan bersaing karena cinta dan itu tidak baik untuk hubungan mereka.

"Aahhh, sudahlah. Cepat ambil perangkapnya lalu kita pulang. Nanti keburu malam. Kita sedang tidak bawa lampu sekarang." kata Nusa mencoba mengelak dari candaan Tara dengan wajah tersipu.

Tara tersenyum nakal sambil beranjak pergi. Dia tidak ingin mencari masalah dengan memprovokasi Nusa. Karena dia bakal di tabrak badak kalau Nusa sampai terpancing emosinya. Itu bisa berakibat fatal untuk hubungan mereka dan juga tubuh Tara sendiri.

Tara membungkuk, lalu mencabut pasak dan menarik tali perangkap. Dia menariknya pelan-pelan supaya perangkapnya tidak rusak. Otot Tara membengkak karena perangkap yang terasa berat. Dasar sungai yang deras menahan perangkap naik.

Nusa selesai menganyam tas. Dia turun dari badaknya, lalu mengikat tali kerbau ke kayu tempat penanda. Nusa mengambil bambu di punggung nya yang berbentuk seperti pengait dengan tangan kanannya. Dia menghampiri Tara dan ikut membungkuk, membantu Tara menarik tali perangkap dengan tangan kirinya. Setelah perangkap sampai ditepi sungai, Nusa mengaitkan bambunya ke celah perangkap lalu menariknya keatas bebarengan dengan Tara.

Perangkap itu terbuat dari bambu. Bentuknya yang seperti selongsong peluru berongga, bertujuan untuk memecah arus air, sehingga membuatnya tidak mudah terbawa arus. Pintu masuk ikan di buat seperti kerucut yang ujungnya di buat tajam, bertujuan supaya ikan tidak berusaha kabur. Beberapa batu ditempatkan kedalam perangkap agar perangkap sampai ke dasar.

Tara mengecek isi dari perangkap ikannya. Ada berbagai jenis ikan didalamnya. Ada ikan Nila, ikan Mujair, ikan Lele, ikan Gabus dan Belut. Tara tampak puas dengan hasil tangkapannya.

"Eh, eh, laahh." ucap Tara.

Seekor belut kabur dengan memanfaatkan tubuh licinnya dan celah perangkap. Tara mencoba menangkapnya. Karena kulit belut yang licin, belut akhirnya bisa kabur lagi ke dalam sungai.

"Haaah, biarlah." Tara menghela nafas merelakan belut itu.

Dia membuka ujung perangkap yang tertutup tempurung kelapa. Lalu menuangkannya ke wadah yang sudah Nusa buat tadi.

Nusa membukakan wadah miliknya sembari Tara menuangkan ikan. Nusa memperhatikan Ikan-ikan itu memasuki wadah. Ikan yang berukuran kecil di ambil olehnya lalu di masukkan ke sungai lagi, menyisakan ikan yang besar. Cara ini agar ikan tetap terjaga jumlahnya.

Setelah semua ikan masuk dan dipilah, Tara memasukkan umpan berupa organ ayam ke dalam perangkap dan memasukkannya lagi ke sungai. Tara menggunakan tongkatnya untuk mendorong perangkap agak ketengah. Lalu dia memasang lagi pasak dan penandanya.

Nusa menutup tas dengan cara dijepit bambu. Kemudian, dia mengalungkan wadah ikan ke lehernya kerbau.

"Oke. Sudah semua. Ayo kita pulang." ajak Tara.

"Ayo." sahut Nusa.

Saat Tara akan pergi ke kerbaunya, dia kehilangan keseimbangannya. Dia terhuyung-huyung dan reflek menarik tangan Nusa.

"Eh, eh, eh." ucap Tara.

"Byuurrr"

NusaNTara pun tercebur ke sungai. Nusa yang tidak bisa berenang, meronta-ronta di dalam air. Kemudian dia muncul kepermukaan. Dia tercebur agak jauh ketengah.

"Tara. Goblok we. Tolong. Tolong." teriak Nusa panik.

Tara muncul ke permukaan. Dia melihat temannya meronta-ronta. Dia pun berenang menghampirinya. Dia meraih bambu pengait yang masih dipegang Nusa, lalu menariknya ke tepian. Tara meraih rerumputan yang menjalar di tepi sungai.

Nusa mencoba meraih rerumputan dengan tangannya. Akhirnya Nusa sampai di tepi sungai.

"Hahaha, maaf Nusa. Tak sengaja." kata Tara sambil tertawa.

"Splash."

Tangan Nusa berkelebat di permukaan air, menghasilkan cipratan ke arah Tara.

"Hah,hah,hah. Da***k kau, hah, hah." Nusa ter engah-engah karena panik tidak bisa berenang.

_ _

Senja sudah terlihat di ufuk barat, menampilkan warna kuning kelabu di langit. NusaNTara terlihat basah kuyup menaiki peliharaannya. Mereka berjalan beriringan di hamparan sawah.

"Haaa, lain kali kalau mau terjatuh, jangan menyeret orang lain. Jatuh saja sendiri." Nusa kesal dengan yang dilakukan temannya.

"Ya, aku minta maaf. Aku reflek tadi menarik tanganmu. Tiba-tiba saja pijakanku goyah. Jangan marah ya." kata Tara meminta belas kasihan.

"Yah, terserah. Yang penting tadi kamu mau menolongku. Aku maafkan." balas Nusa sedikit kesal.

Di kejauhan, NusaNTara melihat seorang perempuan yang sedang menyapu daun pohon yang rontok didepan rumahnya, di luar pagar.

1
Ermintrude
Kisahnya bikin meleleh hati, dari awal sampai akhir.
jonda wanda: Terima kasih. Bila ada yang kurang dipahami dalam cerita, tolong disampaikan, agar tidak terjadi kebingungan.
total 1 replies
Shishio Makoto
Ngga bisa move on!
Myōjin Yahiko
Aduh, thor, aku tak sabar menanti kelanjutan ceritanya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!