Di dunia yang dikuasai oleh kultivasi dan roh pelindung, seorang putri lahir dengan kutukan mematikan—sentuhannya membawa kehancuran. Dibuang oleh keluarganya dan dikhianati tunangannya yang memilih saudara perempuannya, ia hidup dalam keterasingan, tanpa harapan.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan pria misterius yang tidak terpengaruh oleh kutukannya. Dengan bantuannya, ia mulai membangkitkan kekuatan sejatinya, menyempurnakan kultivasi yang selama ini terhalang, dan membangkitkan roh pelindungnya, **Serigala Bulan Biru**.
Namun, dunia tidak akan membiarkannya bangkit begitu saja. Penghinaan, kecemburuan, dan konspirasi semakin menjeratnya. Tunangan yang dulu membuangnya mulai menyesali keputusannya, sementara sekte-sekte kuat melihatnya sebagai ancaman.
Di tengah pengkhianatan dan perang antar kekuatan besar, hanya satu hal yang pasti: **Pria itu akan selalu berada di sisinya, bahkan jika ia harus menghancurkan dunia hanya untuknya**.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Kejutan di Bangunan Tua
Setelah Xiaolin memberitahu pendeta dan kepala desa tentang bangunan tua yang dia temukan di pinggir desa, mereka segera memutuskan untuk pergi ke sana bersama beberapa warga yang sebelumnya ikut mengantarnya ke hutan. Warga yang selamat dari serangan serigala roh juga ikut bergabung, meskipun beberapa di antaranya masih menderita luka-luka parah. Ada rasa ketakutan yang jelas di wajah mereka, tetapi rasa ingin tahu tentang apa yang terjadi di tempat itu membuat mereka tak bisa tinggal diam.
Di bawah sinar matahari yang memudar, mereka berjalan menuju bangunan tua yang terletak di pinggir desa. Bangunan itu tampak lebih menyeramkan dari dekat, dengan pintu kayu yang tampaknya sudah lama tidak dibuka. Ketika mereka membuka pintu dan memasuki ruangan yang gelap, suasana yang menekan langsung menyambut mereka. Bau busuk dan kelembapan ruangan terasa begitu kuat.
Pendeta memimpin dengan hati-hati, diikuti oleh Feng Dao dan Xin Yun. Xiaolin mengikutinya dengan langkah ragu. Ia tidak bisa menghindari perasaan bahwa ada sesuatu yang sangat tidak beres dengan tempat ini.
Mereka akhirnya tiba di aula utama bangunan tua itu. Di sana, mereka menemukan pemandangan yang sama seperti yang Xiaolin temui sebelumnya: sepuluh pengantin wanita berdiri kaku di tengah ruangan, mengenakan jubah pengantin yang tampak baru meskipun tempat itu terabaikan. Mereka tampak seperti patung yang tak bergerak, berdiri tegak di samping satu sama lain.
Tapi saat Xiaolin menatap lebih lama, sesuatu terasa berbeda. Di antara sepuluh pengantin itu, ada satu yang berdiri di tengah. Pengantin itu tampak lebih tua dibandingkan yang lainnya, seolah dia adalah pengantin yang lebih dihormati atau yang paling penting dari semuanya. Xiaolin menelan ludahnya, merasakan ketegangan di udara. Matanya terfokus pada pengantin yang baru muncul di tengah—sesuatu yang tidak ada ketika ia pertama kali datang ke sini.
"Apakah kalian melihat ini?" kata Xiaolin, suaranya bergetar. Tanpa menunggu jawabannya, ia melangkah maju, mendekati patung yang baru itu. Wajahnya yang terbalut dengan kerudung putih tampak tidak bernyawa, tetapi aura yang dipancarkan berbeda dari yang lainnya. Xiaolin merasakan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya saat mendekat.
"Ini... Ini tidak seperti yang aku lihat sebelumnya," lanjut Xiaolin pelan, terkejut dengan perubahan yang begitu jelas.
Feng Dao dan Xin Yun yang juga ikut mendekat, merasakan kegelisahan yang sama. "Ini tidak normal," kata Feng Dao dengan suara rendah. "Ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi di sini."
Pendeta yang berada di belakang mereka memejamkan mata sejenak, merasakan kehadiran yang lebih kuat daripada sebelumnya. "Ini... bukan hanya pengantin-pengantin biasa. Mereka adalah bagian dari ritual, mungkin... sebuah persembahan."
Xin Yun memandang Xiaolin, matanya penuh tanya. "Kamu bilang sebelumnya ada sepuluh pengantin. Kenapa ini bertambah satu? Apa artinya ini?"
Xiaolin hanya bisa terdiam, merasakan ketegangan yang semakin mencekam. Ia berpikir sejenak, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi di sini. Ketika ia pertama kali melihat sepuluh pengantin, semuanya tampak seperti korban yang terperangkap dalam suatu ritual, namun pengantin yang baru ini menambah ketidakpastian dalam pikirannya.
Beberapa warga mulai menangis saat mereka melihat beberapa jasad yang tergeletak di sudut ruangan—beberapa di antaranya mengenakan pakaian pengantin yang sama. Warga yang mengenali mereka langsung terisak, merasakan kedukaan yang mendalam. Jasad-jasad itu tampaknya menjadi bagian dari persembahan, sebuah simbol dari sesuatu yang jauh lebih gelap daripada yang bisa mereka bayangkan.
"Ini bukan hanya sekedar iblis pemikat wanita, ini lebih dari itu," kata pendeta dengan nada serius. "Ritual yang terjadi di sini melibatkan lebih banyak nyawa dari yang kita duga."
Ketegangan semakin tinggi, dan mereka tahu bahwa mereka harus segera keluar dari tempat ini untuk merencanakan langkah berikutnya. Xiaolin merasa tubuhnya kaku, matanya terus tertuju pada pengantin yang berdiri di tengah. Mungkin ada jawaban yang tersembunyi dalam tempat ini, namun ia merasakan bahwa semakin banyak yang mereka ungkap, semakin besar bahaya yang menanti.
Setelah beberapa saat, mereka keluar dari bangunan itu dengan hati yang berat. Warga yang hadir tampak bingung dan ketakutan, sementara pendeta, Feng Dao, dan Xin Yun berbicara dengan serius tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Namun, Xiaolin tidak bisa melepaskan perasaan cemas yang menggerogoti dirinya. Seperti ada sesuatu yang mengikuti mereka, sesuatu yang lebih mengerikan dari sekadar patung-patung itu. Sesuatu yang mungkin masih bersembunyi di antara bayang-bayang desa ini.
