Merasa patah hati di kalah ingin meminang wanita yang selama ini dia kagumi ternyata sudah menikah hal itu menjadikan Syamil memilih ke suatu tempat untuk pelarian cinta nya, dia pun memutuskan tidak akan jatuh cinta lagi. Tapi takdir berkata lain disaat dia bertemu dengan gadis malam yang membuat Syamil tertarik yaitu Syakilah. Tanpa disadari kedekatan mereka telah menumbuhkan rasa cinta Syamil kembali, tapi banyak sekali kendala yang menyeret kisah cinta mereka juga jarak yang harus memisahkan mereka ketika Syamil di tuntut untuk meneruskan usaha ayahya. Sebuah kerudung telah di berikan Syamil untuk Syakilah sebelum perpisahan mereka.
"Pakailah jika kau sudah yakin dengan keputusan mu!" pesan Syamil.
"Kerudung ini akan aku simpan, seperti cintaku padamu" lirih sendu.
Syakilah selalu mengharap suatu saat Syamil datang dan memakaikan kerudung itu untuknya. Tapi apakah semua itu bisa terjadi?
Adakah cinta tanpa batas untuk seorang wanita malam seperti Syakilah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Berharap lebih
"Mami ingin bicara apa?" tanya Zen meski dia merasa gugup. Mami menarik nafas dalam seraya menatap Zen.
"Berhentilah bekerja Zen!"
Deg
"K-kenapa mami?" tanya Zen tercekat. Mami menarik nafas dalam dia mengambil sebuah map lalu di sodorkan di depan Zen.
"A-apa ini mami?" Zen menatap map itu.
"Itu hasil lab yang dikirim oleh dokter Camelia" mami menatap Zen yang tangan nya bergetar mengambil map tersebut.
"Masa depan mu masih panjang Zen, keluargamu membutuhkan mu, jadi berhentilah dan lakukan operasi!" lanjut mami menatap Zen.
"Tapi mami, jika-"
"Besok temui dokter Camelia, jangan pikirkan biaya, dan kamu jangan memikirkan apa pun fokuslah pada pengobatan mu, masalah keluargamu biar Jac yang akan tangani" jelas mami, air mata Zen luru, dia menatap mami dalam.
"Terima kasih mami, aku berhutang Budi pada mami" Isak Zen.
"Zen, semua anak-anak disini sudah mami anggap anak sendiri, jadi jangan sekali-kali menyembunyikan apa pun, katakanlah jika ada masalah, biar mami tahu dan bisa mencari solusinya. Ngerti?" terang mami lembut. Zen mengangguk dan menatap mami dalam.
"Mami terima kasih banyak Zen pasti balas kebaikan mami" ujar Zen.
***
"Syakilah.." Syamil mencoba membangunkan Syakilah ketika sampai di apartemen. Syakilah nampak menggeliat.
"Syakilah.." panggil Syamil, Syakilah pun membuka mata perlahan, lalu menatap Syamil.
"Sudah sampai" tanya Syakilah serak.
"Hem,," balas Syamil, Syakilah segera bangun.
"Terima kasih" kata nya lirih, seraya membuka pintu.
"Masuklah!" seru Syamil. Syakilah mengangguk.
"Hati-hati Syamil" kata Syakilah sebelum dia beranjak masuk ke dalam lobi. Syamil memerhatikan Syakilah sampai benar-benar masuk dalam apartemen baru dia menyalahkan mobil dan memilih menginap di hotel terdekat karena jarak villa masih terlalu jauh sedangkan dia butuh istirahat seraya meredam pikiran nya.
Pagi hari Syamil main ke apartemen nya Fernando. Terlihat Arkan yang sudah siap untuk pergi ke sekolah.
"Kamu beneran sudah sarapan Syamil?" tanya Nura yang menyiapkan sarapan di meja.
"Sudah Tante di hotel" jawab Syamil yang membantu Arkan memakai sepatu.
"Syukron kak" ucap Arkan seraya berdiri, dia tersenyum manis, lalu menghampiri ibu nya ke meja makan.
"Tante buatin kopi ya?" tawar Nura. Syamil pun menolak. Terlihat Fernando yang sudah rapi dengan pakaian kantornya bergabung ke meja makan.
"Syamil, gimana apa kau suka dengan mobil om?" tanya nya pada Syamil.
"Suka om, terima kasih banyak sudah pinjamin Syamil" balas Syamil
"Pakailah sepuas mu. Biar pak Bastian memakai mobil yang lain" ujar Fernando.
"Thanks om, maaf Syamil repotin om dan Tante" balas Syamil.
"Santailah Syamil, jika kau mau sesuatu disini bilang saja pada om, kamu itu tanggung jawab om"
"Terima kasih om"
"Kamu mau nggak ikut om besok, kebetulan om ada kunjungan di salah satu mall" tawar Fernando sebelum dia menyantap hidangan yang di sajikan Nura untuk nya.
"Apa Syamil gak ganggu"
"Hei, kau itu harus belajar mulai sekarang, karena bagaimanapun bisnis ayah mu itu banyak dan hanya kau yang bisa meneruskan nya" lanjut Fernando.
"Ok, akan Syamil pikirkan lagi om"
"Sip" Fernando mengacungkan jempol.
"Arkan bagaimana kalau Syamil yang antar" tawar Syamil.
"Boleh kak" jawab antusias Arkan.
"Tapi kamu janji jangan bikin kak Syamil kerepotan" Nura memperingatkan Arkan. Arkan mengangguk pasti.
Selesai sarapan Syamil mengantar Arkan ke sekolah, saat di dalam mobil Syamil mencoba membujuk Arkan untuk ikut bersama nya nanti ketika pulang sekolah.
"Ok, nanti kak Syamil jumput ya, setelah itu kita main ke rumah kakak cantik" kata Arkan penuh dengan antusias.
"Sip,, kamu memang good boy" Syamil mengelus puncak kepala Arkan dengan gemas.
"Arkan masuk dulu kak, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam" jawab Syamil.
Dari pagi Syakilah sudah bangun, tapi dia belum keluar kamar, pikiran nya mengingat kejadian tadi malam membuatnya dia malas untuk beranjak.
'Syamil..' lirihnya. Baru pertama kali dia melihat pria seperti Syamil, pria yang menjunjung tinggi dan menghargai perempuan.
"Jangan berharap lebih Syakilah, dia menerima mu sebagai teman saja sudah syukur" monolog nya sendiri.
Ting'
Notifikasi dari ponselnya berbunyi, segera Syakilah menyambar ponselnya yang ada di sampingnya.
'Nona, hari ini aku gajian, besok kita nonton ya, aku traktir!' pesan dari Yosi.
Syakilah tersenyum kecut.
'Gak kamu tabung?' balas Syakilah.
'Ayolah nona, spesial buat kamu, mau ya, please!!'
'Lihat besok' balas Syakilah. Dia menarik nafas dalam. Sudah lama dia tidak nonton semenjak Brenda sudah pindah dari mes. Dia mengetik pesan untuk Brenda.
'Apa besok kau senggang?'
Ting'
'Why?'
'Nonton yuk, Yosi ngajak nonton!'
Ting'
'Ok, siap bos'
Seulas senyum tersungging di bibir Syakilah. Tak lama dia mendengar bel rumah nya berbunyi.
"Siapa yang datang?" monolog Syakilah bertanya pada dirinya sendiri. Segera dia beranjak dan mengikat asal rambutnya.
Klik..
"Kakak cantik..." sapa riang langsung menyambut Syakilah. Syakilah menunduk dia melihat bocah kecil yang menyapa nya.
"Arkan" pekik Syakilah melihat Arkan, lalu mata Syakilah melihat ke samping Arkan.
"Hai, assalamu'alaikum"
"W-waalaikum salam, Syamil" jawab Syakilah terbata. Dia tidak menyangka jika Arkan dan Syamil akan berkunjung ke rumah nya.
"Kakak,, boleh kita masuk?" tanya Arkan di kalah Syakilah masih mematung.
"Oh, silahkan!" ujar Syakilah membuka pintu lebih lebar untuk memberi jalan Arkan dan syok masuk.
"Silahkan duduk!" seru Syakilah pada Arkan dan Syamil.
"Terima kasih kakak" ucap Arkan sumringah.
"Kakak ambilin minum dulu ya!" ujar Syakilah, Arkan mengangguk seraya duduk. Sementara Syamil juga ikut duduk di samping Arkan mata Syamil memerhatikan Syakilah yang mengambil minum di lemari es dan Syakilah pun membawa beberapa camilan dan tiga botol minuman.
"Maaf hanya ada ini" ujar Syakilah menaruh camilan dan minuman di meja.
"Wah,, yogurt aku suka!" seru Arkan.
"Terima kasih kakak cantik" lanjut Arkan mengulas senyum. Syakilah mengangguk seraya mengacak rambut Arkan gemas.
"Arkan gak sekolah?" tanya Syakilah memecah suasana.
"Sudah pulang kak, kebetulan hari ini pulang cepat" jawab Arkan. Syakilah mengangguk mengerti.
"Jadi dari pada di rumah bosen, Arkan ajak kak Syamil main ke rumah kakak, kakak gak keberatan kan?" lanjut Arkan.
"Tidak kok, kakak malah seneng punya teman" balas Syakilah.
"Kakak tinggal sendiri?"
"Hem, begitulah" jawab Syakilah. Dia lalu melirik ke arah Syamil.
"Terima kasih" ujar Syakilah.
"Untuk apa?" tanya Syamil.
"Tadi malam bersedia mengantarku" jawab Syakilah.
"Lain kali jangan berjalan sendiri tanpa arah!" ujar Syamil.
"Hem,, aku terkejut saat melihatmu, dan aku terlalu malu" lirih Syakilah.
"Sudahlah jangan bahas itu lagi, ada Arkan dia mengajak main"
"Lalu main apa? aku tak ada mainan di rumah" ujar Syakilah. Syamil menatap Arkan.
"Arkan, di rumah kakak gak ada mainan"
"Kita ke Timezone aja kak Syamil biar seru" ajak Arkan antusias.
"Tapi apa kakak cantik mau?" tanya Syamil mengarah pada Syakilah.
Deg'