NovelToon NovelToon
Pelacur Metropolitan

Pelacur Metropolitan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Arindarast

Pelacur mahal milik Wali Kota. Kisah Rhaelle Lussya, pelacur metropolitan yang menjual jiwa dan raganya dengan harga tertinggi kepada Arlo Pieter William, pengusaha kaya raya dan calon pejabat kota yang penuh ambisi.

Permainan berbahaya dimulai. Asmara yang menari di atas bara api.
Siapakah yang akan terbakar habis lebih dulu? Rahasia tersembunyi, dan taruhannya adalah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arindarast, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gencatan senjata

Mobil Marco beriringan dengan mobil Dayana, melaju melewati gerbang besar, lalu menyusuri jalan setapak yang panjang dan berkelok. Di kanan dan kiri, hamparan kebun yang terawat rapi membentang luas, diselingi oleh air mancur dan tanaman hijau yang subur.

Rhaell terkesima. Ia belum pernah melihat sesuatu yang semewah ini sebelumnya. Akhirnya, mobil berhenti di depan sebuah mansion modern yang megah, dengan desain minimalis dan garis-garis bersih, serta dinding kaca yang memantulkan cahaya matahari.

“Sampai,” kata Marco, tersenyum. Ia membuka sabuk pengamannya dan berbalik ke arah Rhaell. Sebelum Rhaell sempat bereaksi, Sienna yang dibuntuti oleh Grace, sudah membuka pintu mobil dari samping dan berteriak riang, “Princess Lucia!”

Sienna memeluk Rhaell dengan erat. Gadis kecil itu tampak sangat gembira. Rhaell membalas pelukan Sienna, merasakan kehangatan dan kasih sayang dari gadis kecil itu. Ia tersenyum, rasa cemas yang sebelumnya mengganggu sedikit mereda.

“Hai, Sayangku, Princess Sienna,” sapa Rhaell lembut, mengusap rambut Sienna.

“Masuk, yuk!” ajak Sienna bersemangat, menarik tangan Rhaell.

Mereka masuk ke dalam mansion. Interiornya tak kalah menakjubkan dengan eksteriornya. Ruang tamu yang luas dan elegan, dipenuhi perabotan modern yang stylish dan karya seni kontemporer. Lampu-lampu LED yang terintegrasi di langit-langit menciptakan suasana yang hangat dan nyaman. Rhaell berjalan mengikuti Sienna, takjub dengan keindahan mansion itu. Bau harum bunga segar dan aroma kopi yang baru diseduh memenuhi ruangan.

“Rumah kamu… besar sekali,” gumam Rhaell, terkesan. Ia melihat sekilas sebuah tangga modern yang terbuat dari kayu dan kaca, membentang ke lantai atas.

“Iya, kan?” kata Sienna, matanya berbinar. “Papi Arlo bilang, ini rumah impiannya.”

Rhaell mengamati sekeliling, ia teringat CCTV yang ditunjukan Arlo dan benar ternyata rumah ini yang dilihatnya.

“Sienna suka sekali menggambar, jadi kadang-kadang… ya… beginilah keadaannya.” Marco menunjuk beberapa coretan di dinding, yang ternyata adalah gambar-gambar lucu karya Sienna. Rhaell tertawa kecil. Ia merasa suasana tegang sebelumnya telah sirna, digantikan oleh suasana hangat dan ceria.

“Aku mau tunjukkan sesuatu!” seru Sienna, matanya berbinar penuh semangat. Ia menarik Rhaell menuju sebuah pintu di pojok ruangan, sebuah pintu kayu berwarna putih yang menyatu sempurna dengan dinding. Sienna membuka pintu itu, dan Rhaell dibuat tercengang.

Ruangan itu jauh lebih besar daripada yang ia bayangkan. Cahaya alami membanjiri ruangan melalui jendela-jendela besar yang menghadap ke taman.

Di tengah ruangan, berdiri sebuah meja kerja besar yang terbuat dari kayu jati, di atasnya tertata rapi berbagai macam alat lukis. Namun, yang paling menarik perhatian Rhaell adalah kanvas-kanvas yang terpajang di seluruh dinding ruangan, dari lantai hingga langit-langit.

Kanvas-kanvas itu dipenuhi dengan berbagai macam lukisan indah, potret-potret yang ekspresif. Warna-warna cerah dan berani memenuhi ruangan. Ini jelas sebuah studio lukis yang profesional.

“Daddyku… dia pelukis yang hebat!” kata Sienna dengan bangga, menunjuk salah satu lukisan yang menggambarkan kartun lucu di pinggir kota. “Daddy melukis setiap hari! Kadang-kadang aku juga ikut mewarnai!” Sienna menunjuk sebuah lukisan abstrak yang penuh dengan warna cerah dan coretan yang tampak seperti karya anak-anak.

Rhaell mengamati lukisan-lukisan itu dengan seksama. Ia terkesan dengan bakat Marco yang tak pernah ia duga sebelumnya. Di ruangan ini, ia melihat sisi lain dari Marco yang tak pernah ia bayangkan. Seorang ayah yang penyayang dan seorang seniman yang berbakat.

Suara ketukan pintu membuyarkan keduanya. Marco masuk, membawa semangkuk besar popcorn, senyumnya merekah. Ia meletakkan mangkuk itu di atas meja kerja yang besar, di antara tumpukan kanvas dan alat lukis.

“Siapa yang mau jadi asisten Daddy melukis?” tanya Marco, matanya berbinar-binar. Ia melirik Rhaell dan Sienna secara bergantian, senyumnya penuh semangat.

Sienna langsung bertepuk tangan riang, “Aku mau, Dad!” Ia melompat-lompat kegirangan.

Rhaell tersenyum, sedikit terkejut dengan spontanitas Marco. Ia mengangguk, “baik, Pak Leonardo da Vinci! Kita mulai dari mana?”

Marco tertawa kecil mendengar guyonan Rhaell. “Hari ini kita akan melukis monster makan sosis di taman. Asisten kecil, kamu bantu Daddy menyiapkan catnya, ya?”

Sienna mengangguk semangat, langsung membantu Marco menyusun berbagai macam cat dan kuas di atas meja.

“Asisten besar, beri aku semangat dengan satu kecupan.” Marco menyodorkan pipinya.

Bukan ciuman manis, lagi-lagi Marco hanya mendapat kenyataan pahit, Rhaell mencubit pipinya dengan ekspresi gemas, setengah melotot, “semangat melukis ya, Pak Da Vinci.”

Marco tertawa puas, “Terima kasih, asisten besar. Sekarang, kita mulai!”

Ia mengambil kuas dan mulai menggoreskan warna di kanvas yang besar. Sienna, dengan antusias yang tak terbendung, sesekali memberikan saran pada Marco, “Daddy, monsternya harus lebih besar!” atau “Warnanya kurang ungu, Dad!”

Rhaell mengamati mereka berdua dengan senyum tipis. Marco melukis dengan penuh konsentrasi, tetapi sesekali ia bercanda dengan Sienna, membuat gadis kecil itu tertawa lepas.

Setelah beberapa saat, Marco berhenti melukis dan mengamati hasil karyanya. “Bagaimana menurut kalian?” tanyanya dengan bangga.

Sienna bertepuk tangan, “Bagus, Dad! Monsternya makan sosisnya banyak sekali!”

“Nah, sekarang sisa yang belum diwarna. asisten kecil harus melanjutkan karyanya.” Marco mengoper kuas catnya pada Sienna.

Gadis kecil itu, dengan tekun, melanjutkan pekerjaan melukis, menambahkan detail-detail kecil pada monster pemakan sosis.

Marco duduk di lantai, mengawasi Sienna sambil sesekali memberikan arahan, bersama Rhaell yang juga ikut duduk di lantai, dengan popcorn di atas pangkuannya.

Rhaell memberanikan diri untuk bertanya, suaranya pelan, hampir berbisik, “Marco... kemana ibunya Sienna?”

“Itu…” Marco menunjuk lukisan yang sedang mereka garap, “dimakan monster,” jawabnya santai.

Satu biji popcorn melayang ke arah wajah tampan Marco, Rhaell bertanya serius tapi jawaban laki-laki itu selalu saja berhasil membuatnya emosi.

“Arlo membayarmu berapa?” Tiba-tiba Marco menayankan hal yang tak pernah terprediksi oleh Rhaell.

Rhaell mengangkat dagunya, menunjuk ke arah lukisan itu juga. “Tanya saja pada monster itu.” Balas Rhaell.

Marco tertawa, menanggapi lelucon Rhaell. Sebutir popcorn terlempar, mengenai pipi Rhaell dan wanita itu tak terima, kemudian membalas dan melemparnya kembali ke arah Marco, tepat di hidungnya.

Perang popcorn pun dimulai, Sienna teralihkan dengan tawa riangnya dan ikut bergabung dalam satu kubu bersama Rhaell, melempari ayahnya popcorn dengan jari-jari kecilnya.

Studio melukis berubah menjadi medan perang popcorn yang menyenangkan. Sienna, dengan kegesitannya, menjadi sniper ulung, melemparkan popcorn-popcorn kecil, kadang mengenai sasaran, kadang meleset, tapi selalu diiringi tawa riang.

Rhaell, dengan ketepatannya, menembak Marco dengan popcorn-popcorn yang lebih besar, menciptakan ledakan-ledakan kecil di udara. Marco, meskipun awalnya terkejut, segera bergabung dalam pertempuran, melemparkan popcorn dengan gaya yang dramatis, menciptakan hujan popcorn di sekitar mereka. Kejar-kejaran antara merekapun tak terhindarkan.

Sampai akhirnya, ketiga orang itu terduduk kelelahan di lantai, di tengah-tengah tumpukan popcorn. Mereka tertawa terbahak-bahak, badan mereka lelah, tetapi hati mereka penuh dengan kebahagiaan.

“Aku ingin sekali Princess Lucia menjadi mommy-ku.”

Pernyataan Sienna yang tiba-tiba membuat suasana berubah. Ketiga orang yang sebelumnya tertawa lepas kini terdiam, popcorn yang masih berserakan di lantai seakan menjadi saksi bisu dari pengakuan polos Sienna.

Rhaell menatap Sienna, terkejut sekaligus bungkam. Ia tidak menyangka gadis kecil itu menyimpan keinginan yang begitu dalam.

Marco, setelah beberapa saat tertegun, menarik napas panjang. Ia tidak ingin membahas topik sensitif itu dan menjadi beban untuk semuanya. Dengan lembut, ia mengalihkan perhatian Sienna dan Rhaell.

“Bagaimana kalau kita makan siang di taman belakang? Grace sudah menyiapkan pasta dan milkshake cokelat Sienna.” Kata Marco sambil tersenyum, berusaha untuk meringankan suasana.

Di sisi lain, Dayana, yang menunggu di luar mansion, menerima panggilan telepon dari Arlo. Ia menjawab panggilan tersebut dengan tenang. Arlo, suaranya terdengar dingin dan tegas, langsung bertanya, “Bagaimana keadaan Rhaell? Apakah dia sudah sampai?”

Dayana melirik ke arah dalam mansion, kemudian menjawab, “Ya, Pak Arlo. Ibu Rhaell sudah sampai di mansion bersama Sienna dan Pak Marco. Mereka sekarang sedang bermain.”

“Awasi terus Rhaell. Jangan sampai Marco melewati batas lagi. Dan, laporkan setiap perkembangan padaku.” kata Arlo. Suaranya masih dingin, tanpa sedikit pun menunjukkan kelembutan. “Sebentar lagi saya sampai rumah.”

Bersambung…

1
Grace
aku baca ini sambil makan 2 bungkus indomie, /Smile/
auralintang___-
marco, lu bisa minggir dlu gx? INI AREA ARLO DAN CIA OMEJII ngapa elu ngikut" sih ah elah ah elaaaah🤾🏻‍♀️🤾🏻‍♀️🤾🏻‍♀️🤾🏻‍♀️🤾🏻‍♀️
Galih
seru batt gilak
Mrlyn
jgn2 Cia udh diincer mau dijadiin ibunya Sienna 😅🤌🏻
Mrlyn
lanjutannya jgn lama2 ya thoorrr
Mrlyn
kira2 kenapa ya Arlo sedih 🤔
Mrlyn
Wangi manis 🌼🌼🌼🌼🌼 bayi mongmong bayi😌🫶🏻
Mrlyn
Tuh kan kepincut juga 🤣🤣🤣
Mrlyn
❤️❤️❤️❤️❤️
Mrlyn
Kasian Cia🤧 tp gpp nanti juga ada hikmahnya. sabar ya nduk
Mrlyn
wkwkwk makanya jgn macem2 sama Miss Lily🤣🔥
Mrlyn
makin menarik alurnya 😍🔥
Mrlyn
waduh udh mulai main apa🙈 awas loh kebakaran😌
Mrlyn
Nah ngejob begini aja Cia, kali ketemu jodoh 🙈
Mrlyn
Panjangin lagi babnya thorrrrrr, lagi asik baca tau2 abis🤧
Mrlyn
nungguin Arlo sama Cia interaksi lagi😍🔥
Mrlyn
Awas Lo Arlo ditandain Cia tr kepincut lagi🤣
Elok Senja
up dunk thorr....pliiisss 🤗🙏🥰
Elok Senja
ada typo kecil,
tu kan mo arah ke ❤❤ gituu 😅🤗
Elok Senja
jadi tertarik dg merek parfum nya Thor 🤣🤣😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!