kanaya seorang gadis yang baru saja akan merasakan bangku kuliah tiba tiba harus menikah dengan Bumi Mahesa Erlangga teman masa kecilnya yang sudah di anggap seperti kaka sendiri , hari dimana Bumi akan melakukan akad , tiba tiba Nesa menghilang . Pak Arif ayah kandung Bumi meminta Naya untuk menggantikan posisi mempelai perempuan. disinilah cobaan untuk Kanaya di mulai orang yang selama ini ia kagumi , dan selalu melindunginya tiba tiba menjadi orang yang dingin dan tidak berperasaan . luka hati akibat penghiantan Nesa membuat Bumi berubah menjadi orang yang sangat kejam bahkan kepada wanita lembut yang selalu berada di sampingnya. WARNINGGGG!!!!! siapkan tisu dan kanebo setiap membaca karena akan banyak mengandung bawang merah , bawang putih, dan bawang bombay... canda bawang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shadirazahran23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 KEGELISAHAN SEORANG BUMI
Pikiran Bumi semakin kacau, bayang-bayang tentang mimpinya mengusik hatinya. Kanaya, kenapa bisa perempuan itu mempunyai anak laki-laki yang mirip dengannya,sedang selama masa pernikahan ini mereka sama sekali belum bersentuhan.
Sekelebat kejadian malam itu hadir kembali, mungkinkah orang yang Bumi tiduri adalah Kanaya, istrinya sendiri?. Lalu kenapa gadis itu tidak memberitahu hal yang sebenarnya jika memang Nayalah wanita itu.
Bumi menyugar rambutnya kebelakang, hatinya benar-benar gusar, bukan sekedar tentang mimpinya yang mengusik, namun Kanaya yang menjauh darinya saat ini.Apa artinya pria itu sangat merindukan wanita itu?
“Aku harus segera ke Bandung untuk menanyakan masalah ini sama Naya.”
Di rumah, Bumi segera berkemas memasukan beberapa lembar baju dan celana kedalam koper,ia sudah mengantongi alamat tempat tinggal Kanaya dari sang Mama. Setelah berpamitan pada Bu Ningsih, Bumi segera melajukan mobilnya menuju kota Kembang.
Di Bandung,
Kondisi Kanaya masih seperti sebelumnya, pada pagi hari ia akan merasakan mual-mual, kondisi ini sudah berlangsung hingga dua minggu. Kanaya yang awam akan kondisinya ini, memilih untuk membiarkan, karena jika menjelang siang tubuhnya akan sedikit lebih baik.
Seperti pagi ini, saat bangun tidur. Ia kembali merasakan gejolak dalam perutnya. Kanaya yang masih terbaring di atas tempat tidur, buru-buru lari ke kamar mandi untuk memuntahkan semua cairan bening dari dalam mulutnya.
“Apakah aku harus ke dokter untuk periksa? Masa masuk angin sampai selama ini?” pikirnya.
Hampir setengah jam Kanaya berada di kamar mandi,setelah itu ia kembali duduk diatas tempat tidur dan mengambil ponsel yang ia letakan di atas meja. Kanaya mulai membuka ponselnya, tampilan layar terlihat foto kedua orang tuanya yang sudah lama meninggal.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu, buru-buru ia membuka menu pada ponselnya dan melihat tanggalan yang tertera disana.
“Tanggal ini… harusnya masa periodeku?”
“Masa periodeku sudah lewat lebih dari…” Kanaya tidak melanjutkan ucapanya. Ia mulai *******-***** tangannya sendiri dan mulai muncul dugaan-dugaan, apalagi dengan tubuhnya yang beberapa har ini sangat tidak stabil.
‘”tidak…tidak…bagaimana ini, Apa yang harus aku lakukan sekarang? Mas Bumi saja tidak peduli padaku, bagaimana jika dugaanku benar?” ucap Naya lagi.
Kanaya kini mulai menangis meratapi nasibnya lagi, kembali memikirkan suaminya yang telah mengabaikan dan tak mempedulikannya. Ia meraba perut ratanya
“Benarkah ada kamu disini? Kamu datang untuk menemaniku?”
Siang harinya di kampus,
Beruntung hari ini dosen yang akan mengajar mata kuliah sedang berhalangan hadir. Para mahasiswa hanya di beri tugas untuk di kerjakan dirumah, situasi ini dimanfaatkan oleh Kanaya. Ia akan pergi ke klinik untuk memeriksakan kondisinya dan meyakinkan dugaanya.
Setelah keluar dari area kampusnya, Kanaya memutuskan untuk pulang dulu ke kostan,ganti baju dan baru akan ke rumah sakit. Tubuhnya membeku di tempat, saat melihat seseoarng yang sebulan ini sama sekali tidak ia temui. Orang yang pesannya selalu ia tunggu. Air matanya perlahan mulai turun membasahi pipi.
Bumi berdiri di depan pintu Kost, menunggu Kanaya pulang. Kata pemilik Kostan itu biasanya Kanaya akan pulang saat hari menjelang sore, namun saat ia melirik jam digital di pergelangan tangannya waktu baru menunjukan pulu satu siang.
“Nay..kamu sudah pulang?” Bumi perlahan melangkah mendekati istrinya. Ada perasaan aneh saat bertatapan dengan perempuan yang sudah dua bulan menjadi pendamping hidupnya ini. Jika dulu perasaan itu seperti seorang Kaka pada sang adik, sekarang ia tidak tahu perasaan apa itu.
Tubuhnya semakin mendekat dan ia langsung meraih gadis itu dalam pelukan.
Bersambung.