Pelacur Metropolitan
Semburat cahaya redup yang menawan, menyambut suasana intim sensual. Lantai dansa berkilauan, memantulkan cahaya dari lampu kristal yang tergantung dari langit-langit tinggi.
Di atas sofa mewah berwarna gelap, kharisma penguasa dunia malam sangat terasa, bahkan di tengah hiruk pikuk musik dan tawa. ‘Selebriti’ bergaun mini berkilauan, sibuk menyibakkan rambut yang menutupi kalung berlian mereka.
Namun, yang paling menarik perhatian bukanlah pakaian atau perhiasannya, melainkan cara mereka bergerak dan berinteraksi. Semakin larut, semakin bebas dan bergairah.
“Belom dapet?” Seorang bartender muda dengan name tag kecil bertuliskan Rayan, muncul dari balik etalase bar yang dipenuhi botol-botol memabukkan, menyadarkan lamunan seorang wanita cantik yang sedang duduk manis di depan mejanya.
Wanita penakluk taipan. Gaun hitamnya membingkai indah lekuk tubuh yang sempurna. Riasan natural dan rambut hitam terurai panjang, sambil sesekali melirik jam cartier di pergelangan tangannya. Pesona yang memikat setiap mata memandang.
“Dua orang aku tolak… yang satu masih bocah, satunya lagi minta bj, najis.” Jemari lentiknya menelusuri sisi atas gelas sambil terkadang menilik sekeliling.
Radar dalam tubuhnya yang biasa memberi sinyal dolar, seperti belum berfungsi dengan benar setelah beberapa hari kemarin dilanda demam tinggi.
“Ambil aja lah. Kamu off tiga hari, pasti butuh duit, kan? Si Vanya, udah close target malem ini.”
Tatapan mata cokelat wanita itu langsung menusuk Rayan, hukuman atas perkataannya barusan. Ia menyesap lagi gordon pink kesukaannya dengan tenang, senyum tipis bermain di bibirnya.
"Rayan," panggilnya dengan suara lembut penuh kuasa, “kamu mau tau gak, apa perbedaan aku sama Vanya?” Rayan tertegun, ludah tercekat di kerongkongannya.
Hanya berjarak dengan meja bar yang tidak telalu besar, wanita tahta tertinggi di ‘Wanna Fly?’ club itu bangkit dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah Rayan.
Wangi parfum mewah memenuhi indra lelaki berperawak tinggi kurus itu, sambil dimainkannya name tag yang menempel di dada Rayan. “Ingat ini, Yan," ucapnya mendayu, "I have class but she don’t!"
Tepat pukul dua belas malam. Musik bertransformasi, DJ menaikkan volume sekencang mungkin dengan intro yang menggila. Semua pengunjung riuh bertepuk tangan.
Wanita itu meninggalkan meja bar beserta Rayan yang menyebalkan dan memulai aksinya di lantai dansa. Lighting laser berkedip liar, bass menggelegar menggetarkan dada.
Ia berlenggak-lenggok, tubuh sexy-nya meliuk dengan anggun. Dan tak butuh waktu lama untuk musik menguasai jiwanya. Tangan yang tanpa sadar terangkat ke udara dan senyum lebar mengembang di wajahnya saat pelukan dari lelaki yang entah dari mana, terasa hangat di punggung.
Sentuhan demi sentuhan membelai kulit halusnya yang tak tertutup kain, menciptakan lenguhan kecil tertahan. Kecupan di tengkuk lehernya juga membuat wanita itu terbang di antara awan-awan.
Ia tidak peduli dengan pandangan orang lain, ini adalah dunianya sendiri. Di antara kerumunan laki-laki yang mengagumi, wanita itu menemukan ruangnya sendiri.
“Rhaell, aku yakin kamu bisa bikin malamku lebih berkesan.” Ucap seorang pria yang memeluknya, suara yang nyaris saja tak terdengar di tengah dentuman musik.
Ia mengelus lagi pinggang pelacur mahal, bernama Rhaelle itu dan berusaha membujuknya.
Rhaell berbalik, dia sama sekali tak heran jika nama dan tarifnya yang fantastis, sudah menjadi rahasia umum. Mata coklat itu kembali menjelajahi lekuk tubuh lelaki yang beralih membelai lengan tangannya. Aroma maskulin dan luxury brand penampilannya ditimbang, layakkah ia 'dilayani'? Atau hanya pantas dikasihani?
Tatapan mata dan sentuhan singkat di titik-titik sensitif menyegel kesepakatan. Dengan senyum menghanyutkan, Rhaell mengangguk sembari menatap laki-laki itu penuh arti, menarik ujung kerah kemejanya dan melangkah menuju ruang VIP. $1000 sudah aman di genggamannya.
Mereka berjalan melewati lorong para penjaja diri yang sedang bergumul dengan pelanggan masing-masing.
Rhaell tersenyum getir saat mendapati Vanya, teman seperjuangannya sedang beradu saliva bersama pria bekasnya kemarin. Bukan apa, Rhaell merasa iba, Vanya hanya mendapat ‘pria bekas’ dengan harga jauh di bawahnya.
Sedangkan Rhaell berpegang teguh pada prinsip tidak akan ‘menunggangi’ pelanggan yang sama dua kali, membuatnya menjadi ekslusif dan tak disepelekan sembarang orang.
Rhaell membuka salah satu pintu berderet dengan papan nomor A10 dan mempersilahkan tamunya masuk.
Bilik yang hanya berisi satu sofa besar dan cahaya lampu merah redup, meningkatkan gairah lelaki yang mulai melepas satu-persatu kancing kemejanya.
Rhaell maju selangkah demi selangkah, menatap mata sayu pelanggannya dan mendorong jatuh ke sofa yang empuk. Dia mengambil alih tugasnya membuka kancing kemeja.
Senyuman puas tersungging di bibir lelaki ber-usia pertengahan dua puluhan itu, mengagumi gerak-gerik Rhaell yang menggeliat di depan matanya. Melakukan service terbaik.
Rhaell yang berhasil menanggalkan kemeja, lantas duduk di pangkuan tuannya dengan gerakan tarian erotis penuh makna.
Mini dress berbahan satinnya menyingkap, paha mulus terekspose dengan sempurna. Tangan-tangan lincah mulai menggerayangi tubuh Rhaell.
Rhaell merasakan perubahan di bawah sana. ‘Pangeran jantan’ si tuan muda memberontak. Menuntut lebih untuk dipuaskan.
“Lepaskan bajumu, Haell.” Pinta tuan muda disela-sela desahannya.
Rhaell menggigit bibir bawahnya dengan perlahan menurunkan tali tipis dipundaknya. Memeluk erat dan menenggelamkan wajah tuan muda itu ke antara lembah bukit yang menawan. Membiarkan lidah nakal bermain di sekitar sana.
Walau masih ada kain pemisah terakhir diantara mereka, tapi gesekan nikmat dari ‘gundukan’ milik Rhaell dengan si ‘pangeran jantan’ yang sekarang sekeras batu, sangat membakar keduanya.
Lelaki itu mencoba untuk ketiga kalinya membuka celana dalam Rhaell dan seketika permainan terhenti. Rhaell berdiri dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
“Maaf. Aku gak tahan.” Raut wajah bersalah pelanggannya sangat ketara saat Rhaell menunjukan ekspresi cemberut.
“Aku gak suka kalo kamu mainin miss lily. Yang boleh dimainin cuma ini, ini, ini, ini, ini… kalo miss lily? Nono” Dengan nada dan gesture manja, Rhaell menunjuk area intimnya. Memberi peringantan pada pria itu agar tidak melewati batas perjanjian.
Seperti biasa, tidak ada lelaki yang bisa menolak tingkah menggemaskan Rhaell dan tidak ada juga satupun yang berani menyentuh miss lily-nya.
Pikir Rhaell, dengan tubuhnya saja dia bisa memuaskan ratusan pria dan hidup serba kecukupan. Jadi kenapa dia harus mengorbankan miss lily-nya?
Malam ini. Sekali lagi pembuktian dari rumor yang beredar di seluruh club malam. Bahwa pelacur metropolitan kelas atas, Rhaelle Lussya adalah ratu suci yang tak tersentuh.
“Ffkk! Rhaell ffak!…” Erangan keras terlepaskan dengan peluh membanjiri pelipis pria yang mencapai puncaknya.
Rhael meraih tisu di pojok sofa dan membersihkan tangannya yang terciprat cairan putih. Dia merapikan lagi dressnya dan duduk santai di sebelah pelanggan yang masih terengah.
“Namaku Marco, Haell.”
Rhaell menoleh dan mendapati wajah yang tadinya tegang, kini tampak rileks. “Hai, Marco.” Jawab singkat Rhaell.
“Aku mau nanya. Kalo tangan dan tubuhmu senilai seribu dolar, berapa yang harus aku keluarin buat silaturahmi sama miss lily?”
Rhaell tertawa geli mendengar kata ‘silaturahmi’, “Emang yang barusan kurang ya?”
“Enggak. Yang barusan aku suka banget dan puas… but, i’m not vegetarian.” Sanggahnya sambil berpakaian.
Rhaell mencoba mencerna ucapan Marco.
“Jadi maksudnya kaya makanan orang vegetarian gitu? Yang dagingnya diganti sayuran? Kenyang tapi puasnya nanggung?”
Marco mengeluarkan dompet dari saku celananya dan radar Rhaell secara alami mengirim sinyal. Dia mengadahkan kedua tangan seperti cutie puppy yang menunggu majikannya memberi makan.
“Buat malem ini.” Seribu dolar diletakkan Marco di tangan kanan Rhael, “Buat kesimpulan barusan.” Dan bonus seratus dolar di tangan kiri Rhaell karena menjawab arti vegetarian dengan benar.
“Bentar!” Marco mengeluarkan beberapa lembar lagi, lalu mencium uang itu sebelum dimasukkannya ke dalam dress bagian bawah Rhaell, “Salam buat miss lily. Aku pengen cobain nektarnya.”
BRAK!
Pintu bilik mereka terbanting terbuka. Mengagetkan Rhaell dan Marco yang sedang transaksi dengan miss lily. Kilatan cahaya putih menyambar, membekukan momen tersebut dalam sekejap. Seseorang memotret mereka.
Dua bayangan sosok yang berdiri tegak di ambang pintu. Tubuhnya besar dan kekar, dengan postur yang mengintimidasi.
“Pak Marco, ditunggu bapak di bawah.”
Rhaell terperangkap dalam hal yang tak terduga. Siapa mereka? Siapa dua raksasa ini yang tiba-tiba muncul dan mengusai situasi.
“Marco? Siapa mereka? Terus ini maksudnya apa?” Rhaell tambah tidak mengerti lagi, ketika Marco merampas kembali dolar-dolarnya.
“Kembalikan!” Rhaell mulai gusar ketika Marco hendak meninggalkannya.
“Kembalikan uangku, Marco!” Nada Rhaell mulai meninggi.
Namun Marco, pelanggannya yang beberapa saat lalu masih ramah, kini berubah menjadi patung, tak bergeming menghadapi protesnya. Mata Rhaell memerah. Uang yang seharusnya menjadi miliknya, dirampas kembali oleh Marco.
“Hey, sialan! Berhenti!” Mulut Rhaell mengeluarkan umpatan-umptannya dan mengejar mereka dangan langkah gontai karena heels tinggi memperlambat langkahnya yang penuh amarah.
Dan ya, yang ditakutkan terjadi. Rhaell jatuh tersungkur, menjadi tontonan gratis bagi pengunjung klub malam itu.
Gemuruh tawa dan bisikan mulai terdengar, menambah rasa malu yang mengalir dalam dirinya.
Rayan, bartender yang menyebalkan tadi, bergegas menghampiri Rhaell dan membantunya berdiri. “Gak usah dikejar, Haell. Mereka orang berkuasa,” suaranya penuh nada peringatan.
“Terus mereka bisa seenaknya gak bayar gitu?” Rhaell membalas, kemarahan masih membara. Tanpa ragu, ia melepas heelsnya dan melemparkannya ke arah Rayan. “Simpen ini, aku bakal kejar mereka sampai neraka sekalipun.”
Dengan tekad yang membara, Rhaell tidak akan membiarkan Marco melarikan diri begitu saja.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
hqjombss
Ceritanya cukup menarik sihh, ditambah makin penasaran sama Marco ini siapa. oh iya untuk feel nya juga lumayan dapet ya walaupun gak sampe masuk wkwkwk, asalkan jgn terlalu hanyut bacanya 😂😂😂
Tapi emang ada ya pelacur yg ga sampe masuk gitu mainnya apalagi harganya $1000 ?
2025-01-13
2
Mrlyn
awalnya udah menarik banget✨✨✨✨✨, ada 2 nama yg kemungkinan salah satunya male lead. gak sabar liat siapa yg bisa buat takhluk Miss Lily, atau mungkin mereka yg dengan senang hati bertekuk lutut? gass writernim jgn kasih kendor. pokoknya harus sampai tamat😤🔥
2025-01-03
1
Sulastri Ajah
duh nggak nyangka, seorang wanita malam masih bisa mempertahankan Miss lilynya, hebat sih menurutku😍😍
2025-01-13
1