Cinta Di Atas Menara (Pencuri Hati Pria Lumpuh)

Malam semakin larut, Andara dan Devan bergegas masuk ke dalam rumah kontrakan.

"Ra, memangnya gak apa apa aku nginep di sini lagi? " Tanya Devan.

Andara tersenyum sambil melepaskan sepatu dan jaketnya " Ya gak apa apa Dev, toh aku juga sudah bilang sama pak RT dan pemilik kos kalau kamu itu kakakku. O iya Dev, aku sebenarnya masih penasaran sama kamu, kok kamu bisa menyusul aku ke sini".

Devan menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal kemudian memutar kursi rodanya

" Sebaiknya jangan bahas itu dulu lebih baik kita segera tidur, sudah malam ini Ra".

Andara mengernyitkan keningnya dan menghalangi Devan, membuat Devan menatapnya "Kenapa?".

" Aku tidak akan pergi sebelum aku mendapatkan jawabannya " Jawab Andara dengan ketus.

Devan mendengus perlahan " Anak ini pasti tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang dia mau" Batinnya.

Andara terus menatap Devan " Bagaimana? ".

" Baiklah, duduklah aku akan menceritakan siapa diriku ".

🌿🌿🌿

Vania terus memaksa Bayu untuk menemui keluarganya. Hingga akhirnya Bayu tidak punya pilihan lain dan membawa Vania bertemu dengan papa dan mamanya.

Bayu terlahir dari keluarga yang berada, papa dan mamanya memiliki usaha rumah makan dan Hotel yang masih berada di bawah naungan Mahendra group.

Sejak 6 tahun lalu Bayu memilih keluar dari keluarganya karena memilih Andara sebagai pacarnya karena tidak mendapatkan restu dari keluarganya dengan alasan dia gadis tidak jelas asal usulnya (karena dia besar di jalanan.)

Dengan usaha dan kerja kerasnya Bayu bisa mandiri dan hidup di luar tanpa meminta bantuan pada kedua orang tuannya.

Tok tok tok .

Ceklek

Vania dan Bayu berdiri dengan bergandengan tangan. Nampak seorang wanita cantik berdiri setelah pintu dibuka.

" Mama"

"Bayu, kamu bawa siapa Bay? " Tanya Dina dengan tatapan tidak suka.

Vania tersenyum dan menyodorkan tangannya untuk berjabat " Kenalkan nama saya Vania".

Dina tersenyum tipis dan membalas uluran tangan Vania " Baguslah bukan gadis kampung itu yang kamu bawa kemari".

Dan mereka pun melangkah masuk.

Setelah berada di dalam mereka kembali dikejutkan dengan adanya seorang gadis cantik yang lebih cantik, mulus dan putih dari Vania, sedang duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya.

Mata Bayu melotot tajam seperti mau lepas dari tempatnya melihat kemolekan gadis itu.

Melihat tingkah putranya, Dina hanya senyum senyum sendiri.

"O iya Bay, kenalkan ini anaknya teman mama, namanya Siska selain pintar dan cerdas dia adalah seorang model".

Bayu segera mengulurkan tangannya yang langsung di tarik oleh Vania " Bay, apa apaan sih, ingat Bay aku hamil anak kamu" Bisiknya di telinga Bayu.

"Cuma kenalan doang" jawab Bayu.

Siska tersenyum tipis " Tidak berjabat tangan juga tidak apa apa, nama saya Siska, nama kamu Bayu kan semoga ke depannya kita bisa menjadi teman dengan baik".

Bayu yang masih terpesona dengan Siska hanya mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari dada padat yang menyembul keluar dan hampir tumpah dari tempatnya serta paha putih mulus yang terpampang menggoda ( karena saat itu Siska mengenakan rok panjang tapi belahannya hampir ke bagian inti).

Bayu tiba tiba berkeringat dan hasratnya muncul tanpa bisa dihentikan " Van ayo ikut aku".

Bayu pun meminta ijin untuk ke belakang sebentar bersama Vania, dan tanpa curiga Dina mengijinkan Bayu ke belakang.

Bayu menarik tangan Vania, dan setelah di rasa aman, segera mendorong Vania untuk masuk ke kamarnya.

" Au, kamu kenapa sih Bay "

Bayu tidak menjawab apa apa langsung menyerang Vania dengan ciuman di seluruh wajahnya.

Vania tidak keberatan dan membalasnya dengan penuh gairah, hingga tanpa, sadar mereka sudah sama sama melepaskan pakaiannya masing masing.

" Bay, kamu harus hati hati ada bayi kamu di dalam rahimku" Bisik Vania yang dijawab anggukan oleh Bayu yang sudah dipenuhi kabut gairah.

lenguhan dan desahan mengiringi penyatuan mereka. Dan Bayu benar benar melakukannya dengan perlahan dan lembut karena mengingat Vania yang sedang hamil.

Namun di saat detik detik mencapai klimaks Bayu mengerang dengan menyebutkan nama seseorang.

"Oh ah Siska kamu sungguh nikmat uh uh ah ahhhhh" Dan akhirnya Bayu berhasil menyemburkan lava dan seketika itu ambruk di atas tubuh Vania.

Vania merasa sedikit sesak karena Bayu menyebutkan nama Siska, kenapa bukannya namanya.

"Bay turun, ah " Bruks

Bayu pun terguling di sampingnya dengan keadaan terlentang "Kenapa sih sayang? " Racau Bayu dengan sisa sisa kenikmatan yang masih terasa berdenyut.

Vania menatap Bayu dengan tatapan tajam

" Kenapa kamu menyebut nama Siska! bukan namaku! " gertak Vania.

"Kenapa sih Van? ada ada aja kamu siapa juga yang menyebut nama Siska, gila kamu".

" Kamu yang gila! Kamu tergila gila kan sama dia! "

"Apa sih Vania".

" Aku benci sama kamu Bay" Dengan cemberut Vania pun beranjak dan memakai kembali pakaiannya.

Bayu masih enggan untuk beranjak hanya senyum senyum sendiri setiap mengingat dan membayangkan tubuh Siska yang molek dan seksi.

" Tante sepertinya managerku sudah memintaku untuk segera pulang, sebaiknya aku pulang dulu ya, lain kali aku mau kok datang lagi ke sini" Ucap Siska dengan senyum manisnya kemudian beranjak dan melangkah keluar dari rumah besar dan cukup mewah itu.

"Tunggu! " Teriakan Bayu menghentikan langkah Siska. Siska pun menoleh dan tersenyum melihat Bayu yang berlari ke arahnya.

" Ada apa Bay? "

"Ehm boleh gak aku minta nomor kamu Sis? "

Tanya Bayu dengan malu malu.

"Ehem boleh kok" Siska segera meminta ponsel Bayu dan mengetik nomornya di sana.

"Terimakasih ya, lain kali bisa jalan berdua? "

Siska mengangguk yang membuat Bayu sangat senang.

Vania yang menyaksikan di belakangnya hanya bisa geram dan mengepalkan tangannya.

" Dasar brengsek, wanita jalang, awas saja berani merebut Bayu dariku, aku pasti akan membuatnya menyesal " Gumamnya.

Bayu membalikkan badannya setelah Siska benar benar pergi sana.

" Sayang, kamu di sini? Aku pikir kamu sama mama di dalam " Ucap Bayu seperti tidak berperasaan.

Vania mendengus dengan sangat kesal dan memilih pulang ke apartemennya karena di rumah itu dia juga tidak dihargai. Sangat jelas terlihat kalau nyonya Dina tidak menyukai Vania dan lebih menginginkan Siska yang menjadi menantunya.

Di dalam apartemennya yang sepi, Vania mengingat kebersamaannya dengan Andara sahabat terbaiknya.

Tiba tiba air matanya menetes begitu bayangan Andara melintas di dalam ingatannya.

"Andara, maafkan aku, aku terlalu egois Ra, maafkan aku yang selalu iri dengan mu, kamu selalu beruntung, hikss hikss" Air matanya menetes tanpa bisa dibendung lagi.

Sedangkan di seberang sana, Andara sudah melupakan rasa sakit hatinya dan mencoba menata hidupnya yang baru yang terlalu berharga untuk dilewatkan. Andara selalu bersenda gurau dengan Devan yang selalu ada di sampingnya. Siang dan malam mereka selalu bersama, tapi mereka tetap menjaga batasannya masing masing. Mereka berdua sama sama mengalami masa masa sulit dengan pasangannya, dan bersama sama bangkit untuk saling menguatkan dan menatap masa depan dengan penuh keberanian.

"Andara, kamu sudah tahu siapa aku sebenarnya? Jadi kamu mau ikut dengan ku kembali ke kota A, nanti aku bantu membuka cabang kios bunga di sana, dan akan aku kenalkan kamu dengan sahabat baikku seorang desainer penyuka bunga mawar, agar kamu juga bisa melebarkan sayap dengan bekerjasama dengannya " Ucap Devan.

Andara terdiam sejenak kemudian tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih Devan".

Devan pun mengangguk kemudian meminta Andara untuk naik ke pangkuannya.

Andara pun mengikuti permintaan Devan dan perlahan naik ke pangkuan Devan dan memposisikan tubuhnya di dalam dekapan hangat pria lumpuh itu.

Devan tersenyum bahagia dan seakan dunianya telah kembali.

Devan mendekap tubuh Andara dengan hangat.

Andara sudah berhasil mencuri hati pria lumpuh itu.