Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Generasi Ajaib(2).
"Baek Ling!"
"Hadir!" suara tegasnya bergema dalam aula.
"Chen Yu!"
"Di sini!" jawabnya, dengan wajah percaya diri.
"Zhao Fu!"
"Saya sendiri!" seorang pemuda dengan semangat mengangkat tangan tinggi-tinggi.
"Ma Huge!"
"Saya Tetua!" seorang pria besar dengan hati yang lembut menjawab.
"Hadir, di sini." tambahnya dengan senyuman lebar.
"Lien Hua!"
"Aku di sini, Tetua Chen," kata Lien Hua dengan anggun, senyumnya menawan.
"Yuan Rui?"
“…Hadir.” suaranya pelan namun jelas.
"Terakhir adalah, Pangeran Luo Yan..."
"Di sini..." Luo Yan tertawa, aura percaya dirinya menebar di sekelilingnya.
Semua nama yang dipanggil di atas adalah Tujuh Pendekar Legendaris di masa depan kecuali Luo Yan. Masing-masing dari mereka memancarkan aura khas yang tak tertandingi.
Baek Ling, seorang pemuda berbakat, berasal dari keluarga yang memainkan peran penting dalam tatanan politik Kekaisaran Yin.
Sementara Chen Yu adalah cucu dari Tetua Chen, sosok yang dihormati sebagai tetua nomer satu di kekaisaran.
Zhao Fu, dengan tubuh kekar dan kemampuan beladiri yang luar biasa, datang dari klan Zhao yang terkenal sebagai ahli beladiri hebat.
Lien Hua, yang tampak rupawan, mendapat julukan sebagai salah satu calon bunga di kekaisaran, dengan pesona yang selalu mengundang perhatian.
Di sisi lain, Ma Huge berasal dari keluarga yang mengatur angkatan bersenjata di Kekaisaran Yin, menjadi jaminan kekuatan militer yang tak tergoyahkan.
Jangan lupakan ada Xiao Ning. Meskipun Xiao Ning telah melewati batas usia lima belas dan tak bisa berpartisipasi, dia adalah anak dari selir Kaisar Yin sendiri. Ia adalah mantan juara dan bakatnya mulai diakui secara luas, memiliki kemiripan dengan Kaisar Naga Yin.
Sementara itu, Yuan Rui, gadis kecil yang dianggap gembel oleh orang-orang, sebenarnya menyimpan kekuatan besar, kekuatan aslinya akan segera terungkap.
Di masa depan, dia tercatat sebagai juara pertama, tak ada yang mampu menandingi keterampilan yang dimilikinya saat memegang pedang.
"Akhirnya ujian akan segera dimulai. Apakah kau baik-baik saja?" Luo Yan mendekati Yuan Rui setelah berganti busana yang sesuai.
"Luo Yan?" senyum manis Yuan Rui tersembunyi di balik rambut panjangnya yang terurai.
Luo Yan memiringkan kepalanya, merasa heran mengapa Yuan Rui mengingat namanya. Memang, dia dipanggil oleh pengawas, Tetua Chen, namun apakah mungkin seseorang bisa mengingatnya hanya dengan sekali panggilan?
"Maaf, aku tidak mengenalimu sebelumnya. Penampilanmu berubah banyak, ya?" katanya sambil tersenyum, Luo Yan yang penasaran mencoba mengurai rasa ingin tahunya.
Ada sesuatu yang membuatnya merasa aneh. Ekspresi Yuan Rui seolah menyimpan misteri yang belum terpecahkan—apakah ini pernah terjadi di masa lalu? Luo Yan merasakan ketidakpastian yang menyelimuti.
Dia memilih untuk tak menggali lebih dalam tentang bagaimana Yuan Rui mengenalnya dan lebih fokus pada bagaimana jalannya pertandingan yang akan dimulai.
"Semua orang mungkin tidak tahu, tapi aku tahu kalau kau adalah orang terkuat di sini. Aku sangat menantikan kesempatan bertemu denganmu," ujar Luo Yan, matanya penuh dengan keyakinan.
"Kebetulan aku juga tahu beberapa tentangmu. Kau dulu pernah meraih peringkat kedelapan, itu prestasi yang luar biasa!" Yuan Rui berkata, terkejut namun terkesan saat di masa lalu.
"Hah?" mata Luo Yan melebar merasa bingung. Kenapa Yuan Rui tahu tentang masa depan?! Apakah dia bicara sembarangan?
"Apa yang kau katakan?" ia mengernyitkan kening, tidak percaya.
"Hehe, pokoknya sesuai dengan apa yang kukatakan barusan. Dadah~" Yuan Rui memberikan senyuman terakhir sebelum pergi.
"Ternyata dia adalah tipemu? Sungguh tak terduga," suara Xiao Ning terdengar dari belakang, menatap Luo Yan dengan mata penuh minat. "Kupikir kau lebih suka wanita dewasa dengan ukuran yang besar."
Luo Yan hampir saja melompat di sana, kemunculan Xiao Ning sungguh tidak terduga, tapi Luo Yan kemudian tampak tidak peduli.
"Kau benar... Dia adalah cinta pertamaku, dan salah satu motivasiku untuk menjadi lebih kuat," Luo Yan mengakui dengan jujur.
Mata Xiao Ning melebar, terkejut mendengar ungkapan perasaan itu. Ada rasa cemburu dan sesuatu yang lain mulai meremas hatinya.
Kenapa Luo Yan bisa jatuh cinta pada seseorang gembel sepertinya?
"Apakah benar, cinta itu buta?"
Xiao Ning penasaran.