Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semacam Lara
"Saya harap anda jangan terlalu banyak pikiran." Ucap Dokter Vera di akhir pemeriksaan.
Sarah mengangguk datar, berusaha tersenyum walaupun itu sangat sulit, dengan langkah gontai Sarah dan Jesica meninggalkan ruang pemeriksaan.
Sosok perempuan cantik yang tak asing, melirik bingung ketika Sarah keluar dari ruang pemeriksaan kehamilan.
"Itu Sarah bukan? Sedang apa dia sini?" Tak ingin membuang waktu dengan segudang pertanyaan dirinya melangkah masuk kedalam ruang pemeriksaan. Mata para pasien terheran pasalnya ada wanita tiba-tiba nyelonong masuk..
"Sus, kan saya belum di panggil." Teriak salah satu pasien.
"Iya Bu, sabar ya nanti di panggil." Sahut suster tak enak. Yang masuk tadi adalah Adik dari dokter Vera jadi dirinya hanya diam membisu.
Dokter Vera menghela napas ketika sosok perempuan itu masuk..
"Ngapain? Ini masih di jam praktek Kakak." Protes Dokter Vera. Tapi melihat wajah cantik sang adik membuatnya tak kuasa untuk mengusir.
Pertama, si gadis mengecup pipi Dokter Vera kemudian Duduk di sampingnya. "Jawab cepat, kalau kakak ga kasih jawaban, Yasmin akan tetap di sini."
Sebuah ancaman terlontar cepat dari mulutnya. Dokter Vera menatap sang adik tak percaya, hanya di depan adiknya ia tak berkutik. Pak Dahlan sangat meratukan Yasmin, Dia anak bungsu seperti yang kita tau bagaimana anak bungsu berperan.
"Apa?" Terlihat Dokter Vera patah arang, mengalah adalah jalan terbaik agar adiknya cepat pergi.
"Kenapa Sarah ke sini? Dia hamil?" Yasmin memperlihatkan wajah pucat, berharap kakaknya tidak mengangguk.
Sayang sekali kepala dokter Vera mengangguk pelan. "Iya Dia hamil, Sebenarnya kakak tidak boleh memberikan informasi tentang pasien ke orang lain."
Yasmin tertunduk pada awalnya, tapi otaknya kembali merekam di mana Sarah nampak lesu. Seharusnya kabar kehamilan adalah kabar yang sangat menggembirakan tapi kenapa wajahnya murung dan sedih.
"Dia ok?" Satu pertanyaan lagi dari Yasmin, Dokter Vera menghela napas berat.
"Kak? Say?" (Katakan) Yasmin memaksa begitu serakah.
"De, Kakak tidak bisa-
"Yasmin akan beri tau Ayah." Kembali Yasmin mengeluarkan jurus andalannya, mengancam dengan membawa nama sang ayah yang dirinya tau, Kakaknya itu sangat takut dengan tatapan dan tekanan dari laki-laki yang dirinya tau adalah orang berjiwa keras.
.
Jesica melirik Sarah di saat dirinya mengemudi. Penjelasan Dokter tadi jelas mengguncang diri sang sahabat. Kebahagian yang sedari tadi tercipta kini berganti sunyi dan lara.
"Kamu barus kasih tau Daren, Sar." Ucap Jesica dengan wajah sedih.
Sarah tak mendengar ucapan Jesica, dirinya sibuk merenung, ucapan Dokter Vera terus berputar di ingatan.
'Toxoplasma hal yang serius dan bisa membahayakan kesehatan anda dan janin anda, infeksi yang umum terjadi, penyebabnya adalah Parasit Protozoa. Singkatnya kandungan anda terinfeksi. Saya minta ada mengajak suami anda untuk datang dan memberitahukan masalah ini. Untuk sekarang saya akan memberikan obat penguat kandungan. Tapi sebelum itu suster akan mengambil darah anda kita akan mengujinya,'
'Apa bahaya dok?'
'Jika tidak terdeteksi lebih awal ini berbahaya karena sangat mengancam keselamatan anda dan janin anda tentunya, untuk itu ketika nanti hasil lab darah anda keluar kita bisa melihat itu. Secara umum Toxoplasma bisa sembuh sendiri tapi harus di kontrol baik olah tenaga medis. Saya harap anda bisa lebih santai menanggapi ini, beruntung kita bisa mengetahuinya sedari dini, kita akan mencari jalan keluarnya.'
...
Sarah menghela napas berat dengan berderai air mata, kedua tangannya mengelus perutnya. "Apapun yang terjadi bayi ini harus hidup, aku rela jika aku yang pergi, asal dia bisa hidup."
Jesica segera memutar kemudi, menepi cukup cepat. Menoleh ke arah Sarah membawa wajah memerah karena kesal. "Kamu ngomong apa sih? Kamu sama bayi kamu akan baik-baik aja, jangan lebay, kalau dokter di sini ga bisa kasih jalan terbaik dan ga bisa sembuhin penyakit itu. Ke luar negeri cari dokter terbaik di sana, Emang Setan banget si parasit Protozoa itu,"
Jesica menarik Sarah yang terisak, memberi ketenangan, menepuk pundak sang sahabat yang bergetar. "Kamu harus berpikir positif, kamu harus kuat. kalau kamu mati, anak kamu ga bisa liat mama nya, apa kamu ga kasihan? Terus Daren bisa nikah lagi, apa kamu mau itu terjadi?"
Jelas Sarah menggelengkan kepalanya kuat. "Aku takut Jes, aku takut."
Jesica membiarkan Sarah menangis, menumpahkan kesedihan di hati. Sampai Sarah tenang, Jesica kembali membawa mobil untuk mengantarkan Sarah ke rumah Pak Anjas.
Sesampainya di sana, Sarah hanya diam tanpa ingin beranjak keluar membuat Jesica menepuk pundak Sarah. "Ayo, aku akan temani,"
Sarah menggenggam tangan Jesica kuat. "Jesica?"
"Apa?"
Sarah menghela napas berat Sebelumnya. "Aku mohon rahasiakan ini dari siapapun, ketika aku siap aku akan mengatakannya."
Jesica menatap tak percaya. "Kamu ga denger apa kata dokter tadi? Kamu harus bawa Daren ke sana, dia berhak tau."
"Tidak, dia ga boleh tau, aku tidak mau dia melihat ku seperti aku orang yang sakit dan lemah, aku akan baik-baik saja, aku mohon, jangan beri tau Daren, please." Sarah menggenggam tangan Jesica kuat.
Jesica menghela nafasnya panjang, tak mengerti dengan jalan pikiran sang sahabat, tapi seperti apapun dirinya membantah, Sarah pasti akan terus memohon.
"Ok, aku akan tutup mulut, tapi kamu harus ingat, bayi yang ada dalam rahim kamu mungkin nyawanya tengah terancam, sewaktu-waktu dia bisa kenapa-kenapa begitu juga kamu, dan satu lagi, dia akan terus membesar, bagaimana kamu menyembunyikan fakta itu."
Seolah sadar dengan ucapan Jesica, Sarah diam mematung, ia luput dalam dunianya sendiri, bahan tanpa berkata Sarah keluar mobil mengabaikan Jesica yang terus memanggilnya.
"Oh Tuhan, Sarah," Jesica berdecak kesal, tak percaya dengan sikap Sarah yang demikian.
"Tidak Sarah, Daren harus tau."
.
Para pelayan tersenyum melihat kedatangan sang Nona Muda, Menyambut dengan suka cita dan sopan.
"Selamat Datang Non Sarah." Sambut para pelayan.
Sarah berusaha tersenyum dan menampakkan wajah seperti biasa. Tenang dan damai.
"Aku mau di sini sampai sore," Tau Pak Anjas berada di kantor, Sarah nyelonong masuk tanpa bertanya terlebih dahulu. Sayup-sayup terdengar suara dari ruang utama, Nampak ada beberapa orang di sana tengah berkumpul.
"Tamu Bapak, Non." Ucap pelayan yang tadi mengikuti Sarah dari belakang.
Sarah menoleh ke arah pelayan membawa wajah bingung."Ayah kan di kantor? Kenapa mereka ga ke sana aja."
"Bapak dalam perjalanan pulang Non." Lanjut si pelayan.
Sarah mengangguk lalu kembali berjalan masuk, melewati para tamu sang ayah. Karena buru-buru ingin segera ke kamar Sarah tidak memperhatikan langkahnya sampai kakinya tersandung. Beruntung satu tangan menariknya dan terciptalah adegan yang cukup mengundang mata.
Kedua mata mereka bertemu, Jantung si pria itu berirama syahdu melihat bagaimana Sarah yang berada di antara dirinya.
"Hati-hati." Ucapnya.
Beberapa detik kemudian, Sarah melepaskan diri, dan berlalu pergi menaiki tangga.
"Nona lift-
Si pelayan wanita hanya menghela napas melihat Sarah sudah berlari menaiki tangga.
"Den Haikal, saya permisi."
"Silakan,"
Visual Haikal.